(PART 12) Hembusan angin dingin subuh menelusup lewat jendela kamar hotel. Isrina memegang hijabnya yang terlepas, dengan susah payah dia melepaskan pelukanku. Membetulkan beberapa bagian bajunya yang sempat terbuka. Mengusap kembali air matanya yang masih tersisa. Aku mengusap wajahku dengan sedikit gelisah, mengingat semalam aku memeluknya dengan begitu erat, merasakan debaran hasratku yang mengharu biru, sayang aku harus menahan hasratku dan mengurungkannya. Isrina menangis di dadaku. Isrina tersedu, membuatku hanya mampu memandangi dan memeluknya, mencoba mengerti arti tatapan sendu perempuan yang teramat kucintai itu. Hasratku tertunda malam itu. Aku bangkit, bersandar di sisi tempat tidur memperhatikan Isrina yang kelihatan begitu sedih. "Rin, maafkan aku..." Kalimatku tak se