Sang Sekretaris

1460 Kata
Silla masih melangkah tegap setelah meninggalkan ruangan sang suami, jika saja ekor matanya tanpa sengaja melirik ke arah meja yang berada tak jauh dari ruangan Ardo. Ada seorang wanita muda yang dari perawakannya tampak seumuran dengan Silla, tengah menempati meja itu. Silla yakin sekali wanita itu merupakan sekretaris Ardo yang digosipkan menjalin hubungan spesial dengan Ardo. Atau dengan kata lain sekretaris itu merupakan selingkuhan Ardo. Silla mendengus karena menurutnya ini waktu yang tepat baginya untuk menemui selingkuhan suaminya, dia harus membuat perhitungan dengan wanita itu. Silla pun tanpa ragu menghampiri meja sang sekretaris. “Permisi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” tanya sekretaris itu dengan ramah ketika Silla kini berdiri di depan mejanya. Silla tak menjawab karena wanita itu tengah sibuk memperhatikan penampilan sang sekretaris yang jika dilihat dari papan nama yang tertera di bagian d**a blazer-nya bernama Maya. Wanita bernama Maya itu Silla akui memiliki paras yang cantik dan tubuh yang ideal. Rambut panjang dan lurus wanita itu dibiarkan tergerai dengan indah, ditambah wajahnya yang dipoles make up membuatnya terlihat semakin mempesona. Tak heran jika pria seperti Ardo pun bisa terpikat padanya, Silla kini percaya wanita di hadapannya itu memang selingkuhan Ardo. “Namamu Maya, benar?” tanya Silla tanpa basa-basi langsung menyebut nama sang sekretaris. Sekretaris itu pun mengangguk. “Benar, nama saya Maya.” “Kamu sekretaris Ardo, suamiku?” Silla memicingkan mata saat indera penglihatannya menangkap dengan jelas ekspresi terkejut di wajah Maya begitu mengetahui siapa dirinya. “Ah, maaf, Bu. Saya tidak tahu bahwa anda istrinya Pak Ardo.” Silla pun menanggapi dengan santai, dia melipat kedua tangan di depan d**a dengan angkuh, dan tatapannya masih menghunus tajam pada Maya. “Bagaimana bisa kamu tidak tahu aku istri bosmu? Memangnya kamu tidak datang ke resepsi pernikahan kami beberapa hari yang lalu?” Maya menggelengkan kepala. “Maaf, Bu. Saya tidak datang karena ada urusan mendadak.” Silla pun kembali mendengus, tentu saja dia tak percaya alasan yang diberikan Maya tersebut. “Huh, tidak perlu mengarang cerita begitu, bilang saja alasanmu tidak datang ke acara resepsi pernikahanku dan bosmu karena kamu tidak tahan melihatnya. Kamu tidak tahan melihat seling …” “Silla, sedang apa kamu di sini? Aku pikir kamu sudah pergi.” Suara Ardo yang baru keluar dari ruangannya tiba-tiba mengalun, membuat Silla seketika mengatupkan mulutnya yang terbuka, tidak jadi melanjutkan ucapannya yang masih menggantung di tenggorokan pada Maya tadi. Silla menoleh pada Ardo yang berdiri di belakangnya masih dengan kedua tangan yang terlipar di depan d**a dengan angkuh dan tak gentar walau dia tertangkap basah sedang bicara dengan Maya oleh suaminya. “Aku sedang bicara dengan sekretarismu. Kenapa? Tidak boleh?” Satu alis Ardo terangkat naik. “Aku tidak bilang kau tidak boleh bicara dengan Maya. Silakan saja kalau kamu ingin bicara dengannya, kenapa kamu jadi marah-marah begitu?” Silla berdecak. “Kamu masih tidak sadar kenapa aku bisa semarah ini padamu sekarang?” Kali ini kening Ardo mengernyit dalam, mungkin karena heran Silla yang biasanya bicara lemah lembut di depannya dan selalu bersikap sopan dengan memanggilnya kakak, kini tampak kasar seperti itu. “Kalau kamu marah karena pertengkaran kita di ruanganku tadi, semua itu sia-sia. Kamu mau tahu kenapa ...” Ardo menekan kening Silla dengan jari telunjuknya, lalu mendorongnya ke belakang hingga kepala Silla ikut terdorong. “… karena aku tidak peduli apa pun yang sedang kamu rasakan atau pikirkan. Sudahlah, jangan ganggu aku lagi. Lebih baik kamu pulang saja. Atau kembali saja ke kantormu, memangnya hari ini kamu tidak bekerja? Perusahaanmu pasti membutuhkan kamu.” Silla menggeram tertahan, semakin kesal dan marah karena sikap Ardo yang sangat menyebalkan. Pria itu sama sekali tidak merasa bersalah padahal sudah melakukan kesalahan besar dengan berselingkuh di belakang istrinya. Bahkan di saat menangkap basah istrinya tengah bicara empat mata dengan selingkuhannya pun, Ardo tetap bersikap biasa saja, tetap tenang seolah tak terjadi apa pun. “Aku masih ingin di sini karena ada banyak hal yang ingin aku tanyakan pada sekretarismu ini.” Silla mendelik tajam pada Maya di akhir ucapan. “Memangnya kamu ingin menanyakan apa pada Maya?” “Itu bukan urusanmu. Biarkan kami bicara di antara sesama wanita, kamu masuk saja ke ruangan kamu dan lanjutkan pekerjaanmu.” Mendengar ucapan sinis Silla, Ardo berdecak. “Bagaimana aku bisa bekerja dengan tenang jika dinding dan lantai ruanganku jadi kotor karena ulahmu? Sebenarnya apa yang kamu lemparkan ke dinding ruanganku tadi, hah?!” Silla tersenyum miring karena Ardo tak menyadari makanan favoritnya yang baru saja Silla lemparkan ke dinding ruangan kerja pria itu, mungkin karena lasagna itu langsung hancur begitu membentur dinding dan mendarat di lantai. “Aku bertanya pada Bi Imah apa makanan kesukaanmu, dan Bi Imah bilang kamu suka lasagna. Karena itu kemarin aku belajar membuat lasagna dari Bi Imah. Padahal aku sudah susah payah membuatkan kamu lasagna kesukaanmu, aku juga sudah menunggumu semalaman, tapi ini balasan yang aku dapatkan darimu. Kamu tetap saja memberikan kekecewaan padaku. Dasar brengsek.” Ardo memicingkan mata karena ini pertama kalinya Silla berkata sekasar itu padanya. Ya, itulah yang Ardo ingat karena selama ini wanita yang berstatus sebagai istrinya itu selalu bersikap baik dan sopan di depannya. “Kalau kamu tahu aku ini pria b******k, ya bagus. Apa sekarang kamu menyesal sudah menerima perjodohan di antara kita berdua? Apa sekarang kamu ingin meminta cerai? Ayo, aku tidak keberatan jika kamu ingin kita bercerai.” Silla melebarkan mata, begitu mudah kata-kata perceraian keluar dari mulut Ardo, sungguh sikap dan perkataan pria itu semakin membuatnya marah dan sakit hati. “Aku tidak akan pernah meminta bercerai denganmu. Yang ingin aku lakukan sekarang adalah bicara dengan wanita ini.” Silla menunjuk wajah Maya dengan jari telunjuknya. Tindakan yang tidak sopan memang, tapi Silla tak peduli. Dia tidak akan beramah tamah pada orang yang mencoba merebut miliknya, terlebih merebut suaminya. “Ck, jaga sikapmu di depan sekretarisku, Silla. Jangan membuat keonaran di kantorku.” “Aku tidak peduli walau membuat keonaran di sini. Kamu yang membuatku bereaksi seperti ini.” Setelah itu Silla memekik histeris karena Ardo yang tiba-tiba mencengkeram tangannya erat, lalu membawanya paksa untuk pergi dari tempat itu. Silla dipaksa Ardo untuk mengikutinya karena kini mereka berjalan meninggalkan gedung perusahaan. “Mau kamu bawa ke mana aku?” tanya Silla begitu mereka tiba di tempat parkir. “Ke mana saja asalkan kamu tidak membuat kekacauan di kantorku. Dasar wanita tidak tahu malu. Cepat masuk ke mobil,” titah Ardo seraya menunjuk mobilnya yang sudah berada tepat di depan mereka. “Kalau aku tidak mau naik ke mobilmu, bagaimana?” tantang Silla, dan itulah kesalahan besar yang dilakukan wanita itu karena Ardo yang terlanjur tersulut emosi kini mendorong Silla agar masuk ke dalam mobilnya. “Ardo, kasar sekali kamu padaku.” “Sikapku jadi begini karena kamu yang memulai. Jangan melawanku, dan cukup duduk saja di mobilku, paham?” Silla pun tak membantah lagi karena dia mulai takut pada Ardo yang sepertinya serius sedang marah besar. Pria itu menyusul masuk ke dalam mobil, duduk di kursi kemudi, tepat di samping Silla. Lalu mobil mewah itu pun melaju meninggalkan area parkir perusahaan yang dipimpin Ardo. “Sebenarnya apa maumu, Silla? Kenapa kamu terus melanggar kesepakatan kita sebelum menikah? Apa kamu tidak paham definisi dari jangan ikut campur urusan masing-masing dan kita bisa tetap menjalani hidup dengan bebas walau sudah menikah? Perlu aku menjelaskannya sekali lagi padamu agar kamu mengerti?” tanya Ardo memulai pembicaraan. “Kenapa kamu jadi semarah ini? Padahal seharusnya aku yang marah padamu karena kamu sudah banyak mengecewakan aku. Atau kamu marah begini karena melihat aku bersikap kasar di depan selingkuhanmu?” “Selingkuhanku?” gumam Ardo seraya menunjuk dirinya sendiri. “Ya, sekretarismu yang bernam Maya itu adalah selingkuhanmu, bukan? Jangan kamu pikir aku tidak tahu apa-apa.” Silla pikir Ardo akan panik setelah mendengar ucapannya ini, tapi yang terjadi justru sebaliknya karena pria itu kini tertawa terbahak-bahak. “Ternyata gosip memang cepat tersebar, ya? Ternyata sudah sampai ke telingamu juga.” Silla mengerjapkan mata, dia coba menerka maksud ucapan Ardo ini, tapi dia tetap tak mampu memahaminya. “Gosip? Jadi kabar kamu dan sekretarismu menjalin hubungan itu hanya gosip? Semua itu tidak benar?” Silla pun memutuskan untuk bertanya langsung pada Ardo perihal gosip itu. Silla menanti dengan tak sabar jawaban Ardo, tapi yang wanita itu dapatkan justru seringaian lebar dari Ardo. “Kalau kamu memang sangat penasaran dengan hal ini, kenapa tidak kamu selidiki sendiri? Benarkah gosip itu benar atau sekadar gosip karangan orang-orang iseng?” Silla pun hanya bisa menelan ludah, sepertinya sampai kapan pun Ardo tak akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya tadi, dan jika memang dia ingin mengetahui kebenarannya … seperti yang dikatakan Ardo, dia harus menyelidikinya sendiri. Dan sepertinya itulah yang akan dilakukan Silla sekarang yaitu menyelidiki kabar miring tentang sang suami yang dikabarkan seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN