Pagi itu SMA Nusantara heboh. Beredar foto Arka bersama seorang cewek. Foto itu beredar di grup kelas dan dalam waktu sekejab menyebar satu sekolah, termasuk di ponsel Laura.
Gadis berlesung pipi itu baru saja melepas tas ranselnya seraya duduk di bangkunya. Ia mengambil ponsel yang ada didalam tas dan menyalakanya. Matanya membulat saat melihat foto dirinya dan Arka. Dia membaca kolom komentar teman-teman sekelasnya. Ada juga tangkapan layar dari komentar anak-anak kelas sebelah dan para fans Arka.
Kata-kata pada tangkapan layar membuat Laura takut. Kebanyakan para fans Arka marah besar.
Siapa cewek ini? Secantik apa sih dia?
PD banget deketin Arka. Emang wajahnya secantik Artis.
Awas aja kalau ketemu orangnya, bakal aku jambak rambutnya.
Arka tega banget buat hatiku patah. Emang secantik apa sih dia?? Awas aja kalau kenal, bakal aku cakar-cakar tuh muka.
Enaknya tuh cewek di sate aja
Anak orang tuh. Siapa tau dia bukan cewek sekolah kita. Ibu kota ini luas, sis.
Bikin penasaran tuh cewek.
Awas aja kalau anak SMA kita, bakal aku bejek-bejek.
Laura sulit menelan ludahnya sendiri. Seram membaca komen-komen yang ada di grup. Tapi dia bersyukur di foto itu wajahnya tidak kelihatan karena dia membelakangi si pemotret.
“Ya allah... mimpi apa aku semalam. kenapa pagi gini udah ada masalah. Gimana kalau anak-anak tau. Mereka pasti marah besar." Batin Laura.
***
Ari yang duduk didepan Laura begitu menikmati baksonya. Sedangkan Laura hanya mengaduk-aduk baksonya dengan sendok, tidak berselera.
“Kenapa nggak di makan?” Suara Ari menyadarkan Laura dari lamunanya.
“Nggak selera." Laura meletakkan sendok baksonya.
“Kenapa?”
“Nggak tau. Nggak selera aja.”
“Oia, kamu tau gosip hot hari ini?”
Laura mengangguk.
“Kira-kira siapa, ya, cewek yang sama Arka itu? Kayaknya nggak asing buat aku. Tapi siapa, ya?”
“Gimana nggak asing, itukan aku,” Jawab Laura keceplosan.
“APAAA?” Teriak Ari seraya bangkit dari posisi duduknya.
Teriakan Ari menarik perhatian orang-orang yang ada di kantin.
“Ssstttt...” Laura menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya. Meminta Ari agar diam. Ia melirik orang-orang yang ada disana yang kini sedang memperhatikan mereka. Laura menarik tangan Ari agar sahabatnya itu kembali duduk. Ari pun menurut.
“Kamu serius?” Tanya Ari dengan setengah berbisik.
Laura menganggukkan kepalanya.
“Kok bisa?"
Laura menceritakan semuanya pada Sahabatnya. Dari awal sampai akhir kejadian yang ia lalui kemarin.
“Seruis kamu?”
“Iya.”
“Ya allah Laura... kamu bikin aku jadi iri."
"Iri apanya?"
"Terus-terus gimana rasanya waktu deketan sama Arka?"
Jangan ditanya, tentu saja Laura terkejut saat Arka mendekatinya. Mereka dekat sampai Laura bisa mencium bau parfum Arka. Parfumnya enak, parfum cowok ganteng.
“Biasa aja,” Jawab Laura bohong.
“Yakin? Nggak mungkin. " Ari menggelengkan kepalanya. “Tapi dia nggak cium kamu, kan?”
“Iihhh, apa’an, sih. Ya nggak, lah. Jangan mikir yang aneh-aneh, ya!"
“Jangan-jangan dia suka sama kamu."
“Tuh, kan, mikirnya kemana-mana."
“Gimana nggak mikir kemana-mana. Foto kalian itu udah kayak drama korea yang bikin baper.”
“Ya allah...” Laura memegang kepala dengan kedua tanganya. “Jangan cerita soal ini ke siapa-siapa, ya, Ar. Pleaseeee....” Pinta Laura sambil menyatukan kedua tanganya.
“Iya, aku bakal tutup mulut. Suer ...!” Ari mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V.
“Thanks, Ar. You are the best my friend. Kamu tau sendiri, kan, komen anak-anak di grup kayak apa. Kalau mereka tau habislah aku.”
“Tenang aja. Insyaallah semuanya aman. Aku penasaran yang nyebar foto itu di grup siapa, ya? Terus yang motret kalian siapa?”
“Aku sendiri nggak tau.”