10. Sebatas Mantan Kekasih

1265 Kata
“Mas Wira, kamu apa-apaan sih? Kenapa dorong aku sampai jatuh gini?” ucapnya yang seakan tidak terima dengan perlakuan Wira yang tiba-tiba kasar dengannya. “Kamu yang apa-apaan. Datang ke rumahku tanpa permisi dan main langsung peluk aku aja? Di mana rasa sopan santunmu, Yoriko?” sahut Wira yang sama-sama tidak terima dengan kedatangan mantan pacarnya yang secara mendadak. Satu tahun yang lalu mereka baru saja putus saat Wira pergi ke kantor utama maskapainya di Singapura. Dia juga sekalian ingin berkunjung ke tempat tinggal kekasihnya yang sedang menimba ilmu di sana. Saat itu, Wira datang untuk mengucapkan selamat sebab esok harinya Yoriko akan melaksanakan wisuda yang sudah berhasil meraih gelar S2 di sana. Sebagai kekasih, Wira pun menyempatkan diri untuk menghadiri wisudanya. Namun, apa yang disambut Yoriko saat baru saja sampai di tempat tinggalnya? Dia sedang bersama lelaki lain, bahkan Wira melihat mereka yang sedang berciuman mesra yang saat itu juga Wira memutuskan Yoriko sebab telah menduakan dirinya. Padahal Wira sudah bertekad akan melamar kekasihnya usai pulang ke Indonesia. Harapannya sudah hancur lebur dan sampai saat ini, Wira memilih untuk sendiri terlebih dahulu sebab merasakan sakit hati tak mudah untuk memulainya kembali saat harapan yang memuncak tiba-tiba terjun ke tebing. “Mas, aku ke sini itu kangen sama kamu juga sama Abil.” “Tapi, Abil nggak kangen sama, Tante ganjeng,” celetuk Abil yang paling malas jika harus ketemu dengan mantan pacar ayahnya. Dia pun sering diabaikan saat main bersama, bahkan sibuk telepon yang dari saat itu sudah menghianati kepercayaan Wira. “Ini ada apa sih ribut-ribut?” Marina melangkah sampai keluar rumah saat mendengar keributan di depan rumahnya. Yoriko yang melihat Marina pun segera beranjak. Dia pun langsung bergelendotan manja dengannya. “Tante, Yori kangen sama, Tante,” ucapnya seakan mencari perlindungan dengannya. “Wira, Abil sama Melati disuruh masuk dulu. Kasihan mereka pasti kecapean,” pinta Marina. “I—iya, Mas. Abil, Melati ayo kita masuk yuk.” Sementara itu tinggalah Yoriko dengan Marina. Gadis yang memakai gaun berwarna hitam itu pun melirik Melati saat menggendong Abil hingga sampai tak terlihat masuk ke rumah gedong itu. “Tante, itu siapa sih yang gendong Abil?” Yoriko mulai penasaran dengan wanita seakan mendekati mantan kekasihnya. “Oh itu? Itu mah gurunya Abil. Lebih tepatnya guru baru di sekolahnya, Abil.” Gadis itu mengerutkan dahinya. “Guru baru?” “Iya.” “Tapi, kok kayaknya deket sih sama Abil? Abil kan gak mudah deket sama orang, Tante?” Marina pun sampai terkekeh mendengar kalimat aneh dari gadis itu. “Yang memang gurunya Abil bukan orang?” Yoriko sampai menghentakkan kakinya di atas tanah hingga kesal, “Ih, Tante nih. Maksudnya Yori itu, kenapa kayaknya deket banget gitu?” “Tante juga nggak tahu kenapa Abil bisa deket sama Melati. Intinya aja sih katanya Abil sudah pernah bertemu beberapa bulan yang lalu di hotel,” ujar Marina hingga membuat wanita itu terkejut. “Di hotel? Berarti, dia wanita nggak bener dong, Tante?” Marina sampai geleng-geleng kepala. “Jadi, maksud kamu kalau Tante menginap di hotel juga wanita nggak bener gitu?” Gadis berambut ujungnya ikal itu melambaikan kedua tangannya. “Bu—bukan begitu maksud aku.” “Ah, sudahlah. Tante mau masuk dulu.” Marina yang malas meladeni Yoriko pun meninggalkan dirinya. Sementara gadis itu pun mengikutinya hingga masuk ke rumah itu kembali yang sudah satu tahun tidak dikunjungi. Melati saat ini sudah berada di kamar anak kecil itu. Awalnya, dia ingin sekali kembali ke rumah sebab dia tidak enak terlalu berlama-lama di rumah orang apalagi ada tamu lain membuat Melati merasa tidak nyaman. Namun, tangan Abil mencekalnya. “Bu guru, Abil pingin ditidurin Bu guru lagi,” pintanya dengan memelas. “Abil, tap—” Dia sampai memohon lebih ke Melati, “Please. Abil mau Bu guru di sini aja.” “Tapi, kalau Abil sudah tidur Bu guru boleh ya pulang?” Anak kecil itu sampai menghela napas. Padahal dia ingin bersama dengan Melati sampai malam hari. “Hm, ya udah deh.” “Ya udah seragamnya ganti dulu ya.” Melati dengan tlaten membantu Abil untuk mengganti baju, melepas sepatunya hingga dari kejauhan ada lelaki yang sedang mengintipnya. Lelaki itu bahkan sampai tertegun dengan sosok Melati yang mampu mengambil hati putranya sampai beberapa baby sitter sampai kalap untuk membantu merawatnya. Hingga beberapa bulan ini, Wira tidak mengambil baby sitter dari tempat yayasan yang biasa dia ambil. Yoriko pun merasa curiga dengan sikap Wira sampai senyum-senyum melihat dari kamar putranya. Dia yang menaruh rasa penasaran tinggi itu pun menghampirinya dan betapa terkejutnya dia saat melihat Melati sedang menidurkan anaknya Wira. Ih, dasar cewek ganjen bisa-bisanya Abil dijadikan sanderaan biar dapat hatinya Mas Wira? Mas Wira nggak boleh sampai suka dengan guru itu. Gadis itu pun berdeham sedikit keras hingga membuat Wira tersadar dari lamunannya. “Serius amat lihatin dia?” “Ck, ngapain kamu di sini?” “Ngintip cewek ganjen yang lagi ambil hati anaknya sebelum hati papahnya,” ucapnya hingga membuat Wira muak dengannya. Wira langsung menarik tangan gadis itu hingga menjauh dari kamar putranya. Dia paling tidak suka melihat putranya terusik karena kedatangannya. Wira sampai membawa gadis itu ke tepi kolam renang. “Mau kamu apa sih ke sini?” “Mau aku kamu tanya apa? Ya aku mau balikanlah sama kamu. Setelah kamu putusinku, aku juga sudah sendiri lama, Mas,” sahutnya yang berusaha meyakinkan Wira. “Mau kamu sendiri atau punya pacar dua puluh pun aku tak mempermasalahkan hal itu. Sebab kamu bukan kekasihku lagi. Aku minta kamu bisa pulang sekarang juga!” Wira menunjuk ke arah pintu keluar. Yoriko menggeleng. Dia meraih kedua tangan Wira hingga segera lelaki itu tepis. “Mas, kamu itu jangan asal putusin aku lalu tinggalin aku begitu aja? Apa kamu nggak mikirin bagaimana perjuangan orang tua kita sampai mereka berteman dalam hal bisnis. Kita juga bahkan sudah akan bertunangan dan itu bukan murni kesalahanku, hanya tidak sengaja, Mas.” Yoriko menumpahkan segala unek-unek dan amarahnya. “Tidak sengaja? Selingkuh itu dilakukan dengan secara sadar bukan dalam keadaan pingsan! Jangankan selingkuh menerima orang lain masuk ke dalam kehidupanmu saja sudah menduakan aku, apalagi kamu sampai bermesraan di rumah berduaan saat menunggu kedatanganku? Kamu waras masih mengatakan bukan kesalahanmu?” Melati yang sedari tadi tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka pun sampai terkejut melihat mereka yang sedang bertengkar. Jadi, Yoriko itu mantan kekasihnya Pak Wira? Melati pun segera mencari Marina untuk berpamitan pulang. Dia tak enak melihat Wira yang sedang bertengkar dengan mantan kekasihnya. “Bu, saya mau pamit pulang.” Marina yang masih asyik membaca majalah itu pun menurunkan kacamatanya. “Lho, kamu mau pulang? Abil sudah tidur?” “Sudah, Bu,” sahut Melati dengan menunduk. “Wira? Wira?” panggil Marina dengan suara khas ala panggilan ibu-ibu memanggil anaknya yang tak kunjung datang. Wira yang mendengar sayup-sayup suara ibunya pun segera berlari ke ruangan tengah. “Iya, Mah? Ada apa?” “Ini loh. Melati mau pulang, kamu antarkan dulu.” Melati melambaikan kedua tangannya. “Oh, tidak usah, Bu. Sa—saya bisa pulang sendiri saja.” Dih, sampai segitunya Mas Wira sama guru ganjen itu? batin Yoriko yang mulai panas melihat Melati dekat dengan mantan kekasihnya. “Melati, kan barang-barang kamu ada di mobil saya. Jadi, sekalian saja saya antar pulang.” Mau tidak mau Melati pun akhirnya menerima tawaran itu dengan Arya yang memaksa. Dia masuk ke dalam mobil yang lupa seharusnya di belakang itu pun refleks duduk di depan. Melati yang hendak mengambil air minum di sampingnya pun refleks lengannya dipegang oleh Wira saat hendak memegang rem di sampingnya hingga membuat dia terkejut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN