06 | Levian Grup

1510 Kata
Bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Sebagian murid dari kelas lain sudah beranjak pulang lebih dulu. Satu persatu murid dari kelas lain, mulai kelihatan melewati kelas 11 IPA 1. Beberapa siswa dengan seragam berantakan terlihat menyoraki kelas yang di juluki kelas purba itu, karena belum juga pulang, padahal sudah bel. Memang, kebiasaan ala anak SMA, kalau melihat kelas lain masih ada di dalam kelas, padahal sudah waktunya pulang, bawaannya pengen julid terus. Padahal, mereka sudah tau, bahwa di kelas itu ada pak Toyo--guru Kimia tergalak sepanjang abad yang masih sibuk ceramah. Retha--gadis cantik itu menopang dagunya. Sudah mulai mengantuk hebat, tapi pak Toyo belum selesai juga berbicara. Sampai tidak lama, cewek itu terlihat mendelik sebal, ketika wajah Karrel tau-tau sudah nongol dari luar jendela kelasnya, menampilkan cengiran lebarnya, seolah tengah meledeknya sekarang. "Apa lo?" tanya Retha dengan gerakan mulut, dan pelototan kecil. Karrel malah melambai-lambai riang ke arah Retha, dan mempertahankan senyum sok tampannya. Sampai kemudian, dia jadi tersentak, saat kerah seragam belakangnya, di tarik secara tiba-tiba oleh Azka, membuat Karrel meronta-ronta, dan terpaksa ikutan pergi. Retha puas menertawai itu, membuat Rika yang duduk di sampingnya, jadi mengerutkan kening bingung. "Stres lo?" tanya Rika. Retha jadi menoleh sebal. Lima menit berikutnya, satu-persatu anak 11 IPA 1 mulai memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas. Mereka langsung pergi, setelah pak Toyo menyelesaikan ceramah dan beberapa petuahnya, tentang kenakalan anak remaja yang makin hari, makin meresahkan saja. Lagi-lagi, nama Karrel di jadikan sempel utama oleh guru berambut putih itu. 'Anggap saja, namanya itu KARREL ya anak-anak. Nah, si Karrel ini habis tawuran sama anak sekolah depan. Cuma gara-gara saling ledek. Wajar sih, anak remaja gampang kepancing gitu. Tapi apa untungnya coba kalau kalian tawuran. Nggak ada kan??' 'Malah wajah kalian babak belur. Lagi-lagi nama kalian masuk catatan hitam di BK. Bisa-bisa, kalian di drop out kalau poin-nya nambah terus. Nyari sekolah lagi. Dan itu mubazir uang. Jangan contoh yang kayak gitu ya!!!! Kasihan sama orang tua kalian yang banting tulang setiap hari.' 'Apalagi soal n*****a. JAUHI!!! Nggak ada manfaatnya kalian konsumsi obat terlarang begitu.' 'Kalau bisa ya...jangan contoh Karrel!! Manfaatkan masa remaja dengan sebaik mungkin. Kalau Karrel, dia mah anak orang kaya, santuy! Nakal kayak apa, ujung-ujungnya tetap jadi orang sukses, gara-gara bapaknya udah kaya, punya perusahaan sendiri. Betul kan???' Pak Toyo memang lucu. Ngajarnya apa, ceramahnya apa. Tidak cuma di kelas Retha, di kelas lain pun kayak gitu. Sudah biasa. Walaupun kadang suka melenceng dari pelajaran yang harusnya beliau ajarkan, tapi yang di katakan pak Toyo memang banyak manfaatnya. Karena tidak di pungkiri, kenakalan remaja, makin hari makin menjadi-jadi saja. Kemarin saja, ada salah satu anak SMK Bima yang meninggal, gara-gara tawuran sama anak SMA Taruna Jaya Prawira--salah satu sekolah swasta elite di Jakarta Selatan, yang mayoritasnya di isi oleh cowok-cowok tampan yang berkarisma. *** Seorang gadis berambut panjang dengan poni ratanya, berjalan menyusuri lorong sekolah. Sebelum pulang, Retha sempat mengganti rok kotak-kotak birunya yang pendek itu, dengan training olahraga sekolah. Karena hari ini, dia berangkat menggunakan motor. Celana training memudahkannya bergerak luas dan terhindar dari hal-hal yang tak di inginkan. SMA Cendrawasih sendiri, sore ini masih ramai. Beberapa murid masih terlihat hilir mudik di koridor. Ada pula yang masih menetap di sekolah, karena terjadwal ekskul. Seperti anak futsal dan voly contohnya, yang kini sudah nangkring di lapangan outdoor. Tiba di parkiran, Retha mengangkat sebelah alisnya tinggi melihat dari jauh sosok tampan Karrel berdiri menyender pada Ferrari putihnya, bersama ke-lima temannya yang lain. Beberapa siswi yang melewati pemuda itu, nampak tersenyum- senyum malu dan saling mendorong satu sama lain. Satu akhirnya bergerak maju, menyapa Karrel dengan manis, membuat cowok itu menoleh. Tak banyak bicara, Karrel hanya tersenyum tipis dan singkat, namun berhasil membuat gerombolan itu gelonjotan seperti cacing kepanasan. Mereka tersenyum-senyum dengan girang, lalu melangkah pergi sambil berbisik-bisik heboh. Retha mencibir kecil, melihat kumpulan adik kelas itu. Yang berikutnya, kepalanya kembali tertoleh pada kumpulan Karrel yang seperti biasa, terlihat sibuk memalak adik kelas cowok yang lewat. "HAYO-HAYO, LIMA RIBU LIMA RIBU. BARU BOLEH LEWAT YA!" teriak Tilo sudah rusuh, dengan gaya seperti tukang parkir. "Duitnya yang pas ya! Nggak ada kembalian soalnya," kata Agam jadi langsung nimbrung, lalu menarik dengan paksa uang-uang yang di sodorkan pada junior ke-arahnya. "Wah, lumayan nih Rel penghasilan kita," pekik Vian sambil menghitung uang puluhan ribu yang ada di tangannya, tanpa tau malu. "Ada berapa totalnya Yan?" tanya Billy masih sempat ikutan komat-kamit menghitung. "Sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah. Mau kita kemana in Rel?" tanya Vian, pada bosgeng di kumpulan mereka itu. "Yang dua ribu kasih gue dong! Lumayan buat parkir di Gotta Go entar pas nongkrong," seru Tilo, membuat Vian buru-buru menjauhkan uang di tangan dari tangan Tilo, membuat cowok Jepang itu mengumpat. "Bayarin ke kas Savita aja! Utang kita di situ banyak," perintah Azka, membuat Vian mengangguk. "Ck, itu anak makin lama nggak bisa di ajak kompromi," kata Karrel kesal, ingat pernah di tagih saat lagi di kantin. Mana gayanya udah kayak rentenir lagi. Sialan. "Lah, gue sama Billy kan beda kelas sama elo pada," seru Agam angkat tangan. "Santai elah. Entar di bagi rata ini," balas Vian cepat. "Eh-eh, santai dong santai! Mau kemana sih, buru-buru amat?" pekik Tilo yang langsung menghadang adik kelas laki-laki berkaca mata tebal, yang tadinya berniat melewati mereka sambil jalan menunduk. "Pu—pulang kak," cicitnya gemetar, apalagi ketika Tilo merangkul seperti memiting lehernya, membuat cowok berkaca mata bulat itu tercekik kecil. Tilo lantas menyeringai kecil, "Bagi duit lo dulu! Baru bisa balik." "Ha—habis kak. Uang-nya a—aku pakek buat nge-print tugas," balasnya takut-takut. "Periksa kantongnya!" titah Karrel, mengabaikan Vian, Billy dan Agam yang sibuk memalak anak lainnya. Sementara Azka masih kalem, merunduk dengan ponselnya lagi. Tilo tanpa pikir panjang langsung melihat kantong bagian atas adik kelasnya itu. Yang tidak lama langsung mencibir, "Ini apaan namanya kalau bukan duit?" semprot Tilo galak, sambil mengambil uang itu dari kantong seragam si adik kelas. "Cu—Cuma dua ribu kan, kak. Peraturannya kan lima ribu," balasnya membela diri. "Elah, nggak papa kali. Tetep aja kan ini duit," balas Tilo. "Saya udah boleh pulang kak?" "Hm, sono balik!" seru Tilo sambil mendorong junior itu, nyaris terjungkal. "Ma—makasih kak!" pekiknya yang langsung berlari ketakutan, meninggalkan mereka, membuat Azka yang mendongak jadi tertawa geli. "Di palak kok makasih," dumel Karrel heran. "WAH, KITA KAYA. KITA JADI ORANG KAYA GUYS! AKU TAK MENYANGKAA. AKAN KU BELI SEMUA YANG ADA DI BUMI," rusuh Tilo sambil memamerkan kesana-kemari uang dua ribuan dan lima ribuan di tangannya yang kini di bentuk seperti kipas angin. Jauh di sana, Retha jadi mendelik melihat kelakuan sepupunya itu. Kini jadi makin mendelik saat Vian dan Billy ikut-ikutan menerbangkan uang-uang itu, belagak seperti di sinetron azab, ketika berhasil korupsi uang rakyat. "TERESA, ADA SALAM DARI AZKA. I LOVE YOU KATANYA," pekik Vian sambil terbahak kencang, membuat Azka langsung menendang p****t cowok itu, yang kini jadi cengengesan. "HATI-HATI GEBY JALANNYA!! SALAM KE MAMA, PAPA DI RUMAH YA!!" celatuk Billy nyaring, dan kini tertawa melihat kumpulan adik kelas itu melewati mereka takut-takut. Retha geleng-geleng tak habis pikir melihatnya. Memang ya, kumpulan anak-anak Levian nggak bikin gara-gara sehari aja di sekolah, bawaannya itu suka alergi. Tidak memikirkan apapun, Retha melangkah dengan percaya diri di parkiran sekolah SMA Cendrawasih. Dia masih sempat melambai-lambai menyapa dengan asik, pada beberapa murid yang di kenalnya. "Til-Til, sepupu lo tuh!" tunjuk Billy pada Tilo yang sibuk menghitung uang, melihat Retha yang melangkah ke arah mereka. "Eh, ada neng Retha," celatuk Vian dengan wajah tengilnya, menyapa Retha sok asik. Mood cowok itu hari ini lagi bagus-bagusnya, karena hasil palakan mereka banyak. "Jagain Til, jagain! Yang ini jangan sampek di godain," pekik Karrel ikut-ikutan, langsung mengamankan, membuat Retha ternganga. "Wah, ada skandal apaan nih?" tanya Agam menyeringai agak curiga. "Udah mau balik Tha?" tanya Azka ikut-ikutan, di angguki tenang oleh Retha. "He, Retha? Atau Thata? Oh, Kazumi ya? Masayoshi deh yang bener kayaknya. Mm, atau Retha aja kali ya?" panggil Vian sengaja menggodai. "Apa sih lo?" sembur Retha galak. "Buset dah, santai Tha," balas Tilo-- sepupunya mengomeli. Sementara Vian malah terkikik geli. "Tha, hari ini ada ulangan ya?" tanya Vian lagi-lagi. "Hm, ada." "Kalau pelajaran Kimia, ada?" sahut Agam menimpali, sambil tersenyum manis. "Ada juga." "Kalau nomor HP lo, ada juga nggak?" timpal Karrel yang kini tersenyum miring, sambil membuang rokoknya yang hampir habis ke sembarang arah. Retha melongo. Sementara Karrel malah terkekeh pelan, memandang Retha lalu menyeringai tipis. "CIYE-CIYE, RETHA DI NOTICE KAKAK KARREL!!" pekik Vian langsung rusuh. "WADUH, ADA KETINGGALAN APA NIH GUE??" tanya Billy yang langsung maju, menyaringkan suaranya. "OH, TIPE LO TUH YANG PINTER GINI REL??" ucap Agam nyaring. "LOH, ELO NAKSIR YANG INI REL?? YANG QUEEN BEE DHARMA KAGAK JADI??" pekik Azka makin jadi, membuat Karrel langsung menabok kepalanya, dengan sewotan. Retha sontak saja melebarkan mata, melihat cowok-cowok di depannya jadi heboh setengah mati begini. Yang tidak lama, cewek itu langsung melengos keras, belagak tak mendengar apapun. Dan berjalan melewati kumpulan berpenampilan urakan itu dengan tenang. "YAH, RETHA-NYA PERGI!!" pekik Vian nyaring. "Ya elo kebanyakan bacot. Makanya dia pergi," balas Karrel kesal. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN