Bab 13 - Let Go

1489 Kata
Amanda menundukkan kepalanya, perasaannya masih sangat campur aduk. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu menmejamkan matanya beberapa saat. Hatinya terus saja bertanya apa kah ia harus menerima Arka atau tidak, sedangkan ia tahu pasti hubungan antara Azriel dan Delima. Tidak mungkin Azriel dengan mudahnya menerima ketika seseorang menggelendotinya, dan bahkan mencium pipinya. Karena pada dasarnya, kakak laki-lakinya itu bukanlah cowok sembarangan yang mudah berpacaran. Sudah bisa dipastikan, bahwa mereka berdua memang berpacaran. Tapi, kenapa Azriel tidak pernah mengatakan bahwa ia memiliki pacar pada dirinya? Bahkan sepertinya mamanya tidak mengetahui soal ini. Sejak kapan mereka berpacaran? “Arka, gue…” Amanda menarik napasnya, “gue nggak bisa jawab sekarang.” katanya. Arka mengerjapkan matanya, tidak mengerti mengapa jawaban Amanda ternyata berada di luar ekspetasinya. Karena selama ini yang ia tahu adalah mereka berdua saling menyukai, jadi tidak mungkin hal seperti ini terjadi. “Kenapa? Lo ragu ya?” tanya Arka. Amanda menggeleng, “Gue memang belum bisa jawab sekarang.” jawabnya. Arka kini menghela napasnya, ia menerima dengan keputusan Amanda yang belum bisa memberi jawaban untuknya saat ini juga. “Oke, baik kalo itu memang mau lo.” katanya sambil tersenyum, “tapi, gue harus nunggu sampai kapan?” tanya Arka. “Sampe gue tahu apa yang harus gue lakuin.” jawab Amanda. “Maksud lo apa sih, Nda? Ada masalah? Kenapa tiba-tiba lo kayak gini?” Arka sungguh tidak mengerti apa yang terjadi kepada Amanda. Beberapa jam yang lalu gadis itu masih sangat ceria, sering sekali tersenyum. Tapi sekarang? Amanda kelihatan seperti sedang menanggung suatu beban. Gadis itu kelihatan tidak setenang dan selepas tadi. Karena tidak tahu harus menjawab apa, akhirnya Amanda menggenggam tangan Arka. “Pokoknya, lo percaya aja sama gue ya, Ka.” katanya sambil meyakinkan cowok itu. Akhirnya, dengan terpaksa Arka mengiyakan apa yang diminta oleh Amanda. Ia harus menelan bulat-bulat kenyataan bahwa Amanda sepertinya emmang ragu terhadap dirinya. Amanda melepaskan genggaman tangannya pada Arka ketika smartphonenya berdering. Azriel meneleponnya. “Iya kak?” tanya Amanda. “Kamu di mana? Mau sekalian bareng nggak? Rumah Arka di komplek yang sama kan?” tanya Azriel dari balik telepon. “Nggak, aku dianter Arka kayaknya.” “Oke, hati-hati dan jangan kemaleman.” “Iya kak.” Nggak lucu kan, kalau Arka tahu tentang hubungan kakak mereka berdua saat ini juga? Lagi pula, Arka memang akan mengantarnya pulang, kok. “Ka Azriel nelepon ya? Ada apa?” tanya Arka. “Cuma nawarin untuk jemput kok, udah yuk pulang.” ajak Amanda. Arka mengangguk, ia mencoba menerima semua keputusan Amanda dengan lapang d**a. Baginya, ini bukanlah akhir dari segala hal. Amanda hanya perlu waktu untuk memikirkannya, dan tidak ada yang salah dengan hal itu.   *   Amanda masih belum menjawab pertanyaan Arka hingga satu minggu kemudian. Arka juga tidak membahas apa pun tentang hal ini ketika mereka bertemu. Jadi, Amanda bersyukur tidak harus menjawabnya dengan cepat dan Arka tidak mendesaknya untuk memberikan jawaban. Amanda, dan seluruh anggota keluarganya berkumpul di meja makan untuk melaksanakan makan malam yang… Hampir jarang terjadi. Selain karena ayahnya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan Aria yang jarang berada di rumah, bundanya juga tidak pernah memaksa makan malam wajib dilakukan. Dan jika hal ini terjadi, sudah dipastikan bahwa terjadi peristiwa penting yang seluruh anggota keluarga harus mengetahuinya. “Tumben.” celetuk Aria, cewek itu menggulung pastanya dengan garpu. “Ayah punya kabar penting dan kalian semua harus hadir, terutama kamu, Aria.” ucap ayah Amanda, yang tidak ingin berbasa-basi lagi. “Emangnya ada apa, yah?” tanya Amanda bingung. “Ini tentang Azriel,” jawab ayah, sambil melirik Azriel. “Aku mau ngelamar Delima.” kata Azriel, yang rupanya juga tidak senang berbasa-basi. “Delima? Siapa Delima?” tanya Aria bingung, karena Azriel memang tidak pernah membawa Delima ke rumah ketika Aria atau pun Amanda sedang berada di rumah. “Delima itu pacar Azriel, dan kamu harus rela kalau harus dilangkahi sama adikmu ya.” kata bunda, ia menyindir Aria yang memang selalu menolak perjodohan. “Cih, siapa juga yang mau kawin cepet-cepet?!” cibir Aria sebal. Sementara Amanda tidak tahu bagaimana cara menyikapi ini semua. Ia tidak tahu harus senang karena kakaknya akan segera menikah, atau pun sedih karena ternyata kakaknya menikah dengan kakak perempuan orang yang ia sayangi. “Amanda? Kamu kenapa? Kok bengong?” tanya bunda yang rupanya mengamati sikap Amanda sejak tadi. Lamunan Amanda buyar, dan ia langsung mengerucutkan bibirnya. “Kok kak Azriel nggak pernah ngenalin pacarnya ke aku?” protesnya, atau lebih tepatnya, ia berpura-pura protes. Azriel menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Ya… Karena kemarin-marin belom kepikiran buat serius.” katanya, “Tapi sekarang udah, dan ayah sama bunda juga udah ngizinin.” lanjut Azriel. Amanda mengangguk mengerti, “Terus, acaranya kapan? Kak Azriel kan, juga belum kerja? Nanti gimana caranya menghidupi istrinya?” Dalam hati, Amanda memaki dirinya sendiri. Kenapa ia harus bertanya hal seperti itu? Kenapa tiba-tiba pertanyaannya melantur kemana-mana? Tentu saja sepertinya, hal ini cukup mengganggu dan menyinggung Azriel. “Nah, itu harus dipikirin baik-baik. Emang lo kira kawin tuh cuma masuk-masukin aja?” sahut Aria. Ayah yang memang sudah menyerah dengan kelakuan Aria, hanya menggelengkan kepalanya menahan kesal karena sikap tidak sopannya. “Tenang aja, aku udah keterima di perusahaan asuransi kok. Kan, tinggal skripsian aja.” kata Azriel, ia menjawab pertanyaan dengan sangat tenang. Amanda menghela napasnya yang sejak tadi ia tahan. Perutnya terasa terlilit ketika mendengar kabar ini. Lalu bagaimana nasibnya dan juga Arka? Mengapa ia harus dihadapkan dengan hal-hal s****n seperti ini untuk yang kedua kalinya? “Bun, Amanda ke kamar dulu ya. Tugasnya numpuk.” izin Amanda untuk undur diri dari meja makan, dan semua yang berada di sana mengiyakan. Hal terakhir yang bisa ia lakukan adalah, memikirkan bagaimana cara untuk menjawab pertanyaan Arka yang sudah seminggu ia gantungkan. Gue harus gimana?     *   Amanda berbaring di ranjangnya. Ia sengaja membuka layar smartphonenya dan mendapati fotonya bersama Arka yang ia jadikan wallpaper. Ia menghela napasnya, dan kepalanya terasa sangat pusing. Sepertinya, ia harus membuang jauh-jauh harapannya untuk bersama dengan Arka. Tapi, bagaimana cara membuat Arka melupakan perasaannya terhadap dirinya? Semua tidak akan mudah bukan, bagi Arka? Ia baru saja ditinggal oleh Dea, dan ia harus menghadapi ini semua. Notifikasi pesan yang masuk di What’s App berbunyi. Amanda segera membukanya, dan pesan tersebut ternyata berasal dari Gina, teman sekelasnya.   Ndaaaa… Gue baru tau gimana rasanya disakitin sama cowok kayak yang lo rasain. Tolong cariin gue pengganti Rian please!   Amanda mengerutkan dahinya. Tiba-tiba, ide gila muncul begitu saja di otaknya yang tidak encer-encer amat. Apa lagi kalau bukan nyomblangin Gina dan Arka? Siapa tahu kan, dengan ini Arka bisa melupakan dirinya? Lagian, siapa sih yang nggak mau pacaran sama ketua OSIS jaman sekarang?   Sip! Gue kenalin lo ke ketos ya!     *     Amanda sedang berada di kantin ketika Arka datang ke mejanya. Ia sengaja mengajak Arka untuk makan siang bersama pada jam istirahat kali ini untuk melancarkan semua rencananya. Siapa tahu, kan, Arka mau bila dirinyalah yang memintanya. Namun, sebelum Arka datang, kejadian tidak mengenakkan kembali terjadi pada Amanda. Sampai-sampai ia berpikir mengapa dirinya terus menerus mengalami kesialan. Siapa lagi kalau bukan senior menyebalkan bernama Atha, yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya dengan senyum menyebalkannya. “Lo tuh harusnya berterima kasih sama gue, karena gue yang mengusulkan lo buat jadi wakil ketos.” kata Atha, dengan segala macam jiwa ke narsisannya. Amanda memutar bola matanya kesal, oke, ia memutuskan untuk membalas semua keisengan Atha karena kini jabatan wakil ketua OSIS sudah berada padanya. Lagi pula, ngapain sih Atha mendatanginya hanya karena ingin mengatakan hal basi tersebut? “Masa sih? Bukannya voting udah nunjukin kalau gue unggul di bawah Arka ya?” balas Amanda yang tidak mau kalah. “Nggak ada yang bakalan pilih lo kali, kalau bukan karena insiden mantan gue yang nabrak lo.” balas Atha yang juga tidak mau kalah dalam perdebatan ini. “Pacar lo juga, kalau nggak jadi pahlawan kesiangan nggak bakal kepilih jadi ketos.” tambahnya. Amanda menghela napasnya, ia menusuk-nusuk somaynya dengan kesal menggunakan garpu. “Bukan pacar kali.” katanya. Wajah Atha yang jahil tiba-tiba berubah, “Oh jadi bukan pacar ya? Bagus kalau gitu, besok lo temuin gue di sini pas balik sekolah, oke?” pinta Atha. “Nggak.” tolak Amanda. “Jangan bantah gue.” kata Atha, sambil menatap Amanda tajam dan penuh ancaman. Atha pergi dari hadapan Amanda setelah mengancam cewek itu. Dan dengan terpaksa, Amanda harus menuruti kata-kata Atha jika tidak ingin habis dengan senior psikopat itu. “Kenapa dia?” tanya Arka yang baru saja datang, menggantikan posisi Atha sebelumnya. Amanda mengangkat bahunya, “Nggak tahu tuh, kesurupan kali.” katanya yang memutuskan bersikap bodo amat. “Oh iya,” kata Amanda, ia meletakan garpunya dan langsung melancarkan aksinya dengan antusias. “Pulang sekolah lo ke kelas gue ya, jadi gue punya temen, dia ngajak gue ke toko buku tapi gue nggak bisa. Lo aja yang gantiin gue ya, mau nggak?” pinta Amanda. Arka mengerutkan dahinya, “Kenapa gue yang harus nemenin dia?” tanyanya bingung. “Ya abis gue kan enggak enak, Ka. Lagian kan lo jadi bisa kenalan sama dia juga.” “Harus banget nih?” tanya Arka bingung, ia tidak tahu harus mengiyakan atau tidak. Amanda mengangguk, “Ayolah, Ka. Sekali aja, kasian Gina kan..” Sambil menghembuskan napasnya, Arka mengangguk. “Yaudah deh.” katanya. Amanda kini bisa bernapas dengan lega meskipun hatinya nelangsa. Ia tidak bisa merelakan Arka begitu saja bersama orang lain, namun, jika mereka memaksakan untuk bersama, Azriel dan juga Delima akan tersakiti. Karena pada dasarnya, di sini Amanda mencoba untuk bersikap dewasa dan menurunkan semua egonya demi kebahagiaan Azriel. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN