Bab 7 - Hari yang s**l

1318 Kata
Proses pemilihan anggota OSIS berjalan  mulai hari ini. Hari ini jadwal Arka dan Amanda adalah menjelaskan program-program yang telah mereka buat jika mereka terpilih sebagai anggota OSIS nantinya. Amanda dan Arka duduk bersama. Di ruang kelas ada sekitar tiga puluh anak yang mencalonkan diri sebagai anggota dan siap untuk membacakan program kerja mereka di depan para senior nantinya. Amanda dan Arka sendiri kini tengah mengingat dan menghafal baik-baik program kerja yang mereka buat. “Aduh kok gue deg-degan ya?” kata Amanda sambil memegangi dadanya. “Santai aja, kalau diharepin malah nggak dapet.” kata Arka sambil tertawa kecil. “Eh jangan gitu dong, gue kan pengen banget tau jadi anggota OSIS!” protes Amanda yang tidak rela dengan perkataan Arka tadi. “Nih lo liat ya, kira-kira mereka berpotensi atau enggak?” bisik Arka sambil mengamati semua calon anggota OSIS di ruangan ini. “Hmmm…. Ada yang berpotensi jadi saingan, ada yang enggak sih.” kata Amanda, yang juga ikut mengamati. “Nah, yaudah, nggak usah takut. Pasti kepilih.” “Karena apa?” “Karena lo cantik.” Amanda segera memukul bahu Arka, “Ih! Gue nggak mau tau, kepilih karena gue cantik. Gue maunya kepilih karena gue kreatif dan pintar.” “Selanjutnya, Amanda Agyna, silahkan maju untuk menjelaskan program kerja kamu.” kata sang sekertaris, Kak Friska yang di mana adalah pacar Kak Atha. Amanda menahan napasnya ketika namanya dipanggil. Cewek itu berusaha tenang saat ia maju ke depan kelas untuk menjelaskan program kerjanya. “Nah Amanda, coba kamu jelaskan program apa saja yang kamu kerjakan bila kamu terpilih sebagai anggota OSIS.” ucap seorang senior perempuan yang sepertinya  jabatannya adalah wakil ketua OSIS. “Baik,” ucap Amanda, ia menarik napasnya dalam. “Jadi, saya akan mencoba memajukan SMA Adhi Bang-“ “Caranya gimana? Didorong?” cetus Atha, ketua OSIS yang nyebelin itu. Amanda mendengus dalam hati, ia menyumpah serapahi Atha dan mencoba terus tenang menghadapi situasi saat ini. “Bukan kak, jadi pertama kita harus menghidupkan kembali ekstrakulikuler yang mati dan udah lama nggak jalan, lalu mungkin selalu menghidupkan sekolah kita dengan acara-acara di hari-hari penting. Seperti saat bulan bahasa, hari puisi nasional atau hari tari internasional. Kita juga bisa mengadakan pentas seni setahun sekali, dan lomba saat tujuh belas agustus. Dan, dari yang paling mudahnya, kita harus membiasakan siswa di sekolah ini untuk membuang sampah di tempatnya.” jelas Amanda, ia mulai serius. “Buang sampah? Kamu mau jadi anggota OSIS atau jadi tukang sampah?” celetuk Friska. “Ya tentu saja nggak, kak. Saya hanya berupaya untuk membiasakan siswa di sekolah ini. Lagian manfaatnya juga banyak, kan. Menumbuhkan sifat disiplin juga.” ujar Amanda mengeluarkan argumennya. “Oke, Amanda, kembali ke tempat duduk.” Amanda menghela napasnya, diam-diam untuk kesekian kalinya ia mengumpat Atha dan juga pacarnya Friska karena pertanyaan mereka tadi sangat menyebalkan dan tidak berdasar. Setelah semua membacakan program kerja masing-masing, anggota OSIS merundingkan hasil selama beberapa menit di ruangan terpisah. Sementara kini jantung Amanda berdegup kencang, dan ia berharap hasilnya memuaskan. Pokoknya, gue harus lanjut ke langkah selanjutnya buat promosi dan pidato di depan seluruh siswa! Batin Amanda. “Takut kalah, ya? Kasian deh.” ucap Arka usil. “Ih apaan sih? Lo kali yang takut kalah dari gue, ngaku aja deh!” Amanda dan Arka kembali ke posisi duduk sempurna ketika ia para anggota OSIS masuk ke dalam ruang kelas. Mata Friska sempat melirik Amanda dengan sinis, namun cewek itu sama sekali tidak mempedulikannya. “Kita barusan udah rapat singkat dan memilih siapa aja yang lolos ke babak selanjutnya.” kata Atha, “Bagi yang tidak terpilih, jangan sedih karena tahun depan kalian bisa ikut lagi.” “Yang pertama, Arka Rahadian.” Arka tersenyum lebar ketika namanya disebut paling pertama, dan ia segera melirik Amanda dengan lidahnya yang terjulur. Amanda mendengus sebal, dan ia memilih untuk tidak mempedulikan Arka yang sedang meledeknya dan kembali menyimak hasil pengunguman. Karena tidak ia sangka, ternyata Arka adalah orang yang menyebalkan. “Dan terakhir, Amanda Agyna.” Amanda kini bisa menghela napas lega, namanya terpanggil meskipun pada urutan terakhir.   *   “Apa?! Lu nyalonin diri buat jadi anggota OSIS?!” teriak Adrian tidak percaya dengan sobatnya yang satu ini. Arka segera menabok cowok itu dengan buku tulisnya, “Woy! Biasa aja kali!” protesnya sebal. Adrian menyedot jus jeruknya sebentar, lalu kembali berbicara. “Iya iya maaf, lagian macem kayak lo gini mau jadi anggota OSIS.” katanya. “Gue taruhan.” kata Arka yang membuat Adrian cukup terkejut. “Sama?” “Amanda, dia juga nyalonin.” Adrian kini sibuk menggelengkan kepalanya karena tidak percaya dengan alasan Arka. Bagaimana bisa cowok itu menyalonkan diri sebagai anggota OSIS hanya untuk taruhan semata? “Eh, Arka, gue bilangin ya. Pemilihan anggota OSIS ini bukan buat taruhan, tanggung jawabnya kan besar kalau sampai lo terpilih.” Arka mengangkat bahunya cuek, “Setidaknya ketika gue terpilih, gue bisa menjalankannya dengan baik karena gue sadar gue memiliki potensi yang cukup.” “Ya iya sih… Memang lo berpotensi…” “Nah, yaudah! Jadi apa yang perlu ditakuti?” Akhirnya Adrian menghentikan argumennya, perkataan Arka ada benarnya juga. Arka pintar dan juga kreatif, dia memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, jadi wajar saja bila seandainya ia terpilih jadi anggota OSIS nantinya.   *   Amanda mengerutkan dahinya ketika samar-samar ia mendengar suara aneh yang berasal dari salah satu bilik kamar mandi perempuan. Ia perlahan menghampirinya dan menempelkan telinganya pada pintu tersebut. Suara yang sangat janggal. Amanda ternganga ketika ia mengetahui suara apa yang berasal dari bilik kamar mandi tersebut. Ia buru-buru melepaskan telinganya, dan hendak pergi, namun sialnya ia terpeleset lalu menimbulkan suara -gedebuk- yang cukup keras. Tak lama, pintu bilik segera terbuka dan seorang senior laki-laki keluar melangkahi tubuh Amanda yang masih terduduk. Dan setelahnya, Friska, pacar Atha juga keluar dari bilik tersebut! Amanda merunduk, ia tidak ingin ketahuan mencuri dengar atau semacamnya. Namun, ternyata Friska tahu ia mendengar suara tersebut tadi. Friska menunjuk Amanda dengan jari telunjuknya, tatapannya tajam, “Lo.” katanya, “Awas kalau Atha sampai tau, nyawa lo bakal melayang!” ancamnya. “I-iya kak.” sahut Amanda sambil terbata. Setelah Friska keluar, Amanda hanya bisa bersandar di tembok sambil terdiam. Ia merenungi nasibnya yang sungguh tidak beruntung hari ini. Mendengar Friska yang sedang berselingkuh dan melakukan hal kotor di bilik toilet, terpeleset, dan ketahuan. Amanda berusaha bangun dan memutuskan untuk cepat-cepat keluar dari toilet. Ia memegangi bokongnya yang nyeri akibat terpeleset tadi. Setelahnya, ia mendapati Arka yang tengah menunggunya tidak jauh dari toilet. “Lama ya? Sorry, soalnya gue kepeleset tadi.” kata Amanda, ia masih meringis sambil memegangi bokongnya yang nyeri. “Kok bisa? Ah, btw, tadi gue liat kak Friska baru keluar juga dari toilet. Dan sebelumnya ada senior cowok juga, kok bisa ya?” Amanda tidak menyangka ketika Arka juga mengetahui tentang hal ini, ia segera menggeleng dengan cepat. “Ngg… Nggak, kok! Gue nggak lihat tuh di dalem ada cowok tadi.” “Tadi lo bilang apa? Friska? Keluar toilet bareng cowok?” Mereka berdua terkejut ketika ternyata Atha, sang ketua OSIS killer mendengar percakapan mereka. Dalam hati, Amanda terus merutuki kesialannya hari ini. “Eh? Ngg… Nggak kok kak! Salah denger kali?” “Jawab gue, atau lo berdua gue coret dari daftar calon anggota OSIS.” “Jangan kak!” jawab Arka dan Amanda bersamaan. “Yaudah jawab!” bentak Atha kepada mereka berdua. “I-iya kak, tadi kami lihat.” jawab Amanda akhirnya, “T-tapi jangan bilang kalau kakak tahu dari aku, soalnya kak Friska nanti ngebunuh aku!” Atha berdecak, “Ya nggak mungkin lah dia ngebunuh lo, pikir dong.” ucapnya, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Amanda tahu, Atha sangat emosi ketika mendengarnya. Namun, di lain sisi ia juga tahu, Friska akan segera membunuhnya. “Duh, gimana dong kalau kak Friska ngebunuh gue Ka?” tanya Amanda ketakutan. Arka memutar bola matanya, “Ya nggak mungkinlah, dia berani ngelakuin hal itu.” “Beneran?” “Iya, Amanda.” “Lo berani ngejamin nih?” Arka mengangguk, “Yaudah yuk, buruan pulang.” katanya. Hari ini Arka dan Amanda memang pulang bersama. Azriel sudah mengatakan bahwa ia tidak bisa menjemput adiknya hari ini karena tugas kuliahnya.   *   Arka dan Amanda terkejut ketika sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi menyerempet motor yang saat ini mereka naiki. Arka sama sekali tidak sempat menghindar, dan seketika motornya jatuh dan menyeret aspal. Amanda meringis kesakitan saat tangannya terseret aspal, dan kepalanya terbentur sebuah batu. Sialnya, hari ini ia tidak menggunakan jaket atau pun helm karena Arka tidak membawa helm cadangan. Amanda terbaring di aspal, begitu juga dengan Arka. Hanya saja, Arka dengan cepat tersadar dan segera bangkit untuk mengecek keadaan Amanda. Dilihatnya mobil yang menabraknya tadi, dan sang pengendara yang sudah tidak asing lagi baginya. “Rasain lo!!” teriak sang pengendara dari dalam mobil, dia adalah Friska. Arka berdecak, dan segera mengembalikan fokusnya kepada Amanda yang sudah tidak sadarkan diri. Tangan, kaki dan kepalanya terluka. “Amanda..” panggil Arka sambil menepuk pipi cewek itu pelan. “s**t!!” pekik Arka kesal.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN