Kalau Rindu, ya Bilang!

1872 Kata

Jam setengah tujuh, semua bersiap pergi ke fine dinning resto. Dinner selayaknya keluarga utuh dengan dua mobil terpisah. Putra bersama Tari dan Conrad, sementara Lea dan Hamish. Lea pikir Hamish akan kembali membahasnya ternyata tidak, Hamish justru tampak berbeda dari biasanya, pilih diam saja. Lea meliriknya, tertangkap basah oleh Hamish, “kenapa?” “Tidak,” Lea mengedikan bahu saja, tak mau bilang jika ia merasa aneh dengan Hamish yang jadi pendiam, tak banyak bicara. Tapi, jujur saja itu lebih baik sehingga telinganya tak terasa panas apalagi lelah menjawab setiap ucapannya. “Kalau rindu bilang aja, jangan pakai gengsi segala.” “Rindu, sama kamu?” Lea kemudian menggelengkan kepalanya, ternyata ia salah. Hamish tidak berbeda. Diamnya hanya sesaat bahkan kurang dari satu detik

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN