Malam pertama Lisazhing menginap di Rumah Sakit ditemani oleh Sona dan juga Mamanya. Sedangkan, sang Papa masih sibuk dengan segala urusan yang menimpa Lisazhing saat ini. Sona dan Hulli Zhing bergantian menemani Lisazhing dan berjaga untuk gadis menawan. Setelah tengah malam. Tiba-tiba Lisazhing terbangun dari tidurnya karena merasa ada seseorang duduk di sampingnya.
“Kamu!” Lisazhing nyaris berteriak ketika melihat Drago duduk santai di samping tempat tidurnya.
“Sstt!” Drago memberi isyarat agar Lisazhing memelankan suaranya agar Sona tidak terbangun dari tidurnya. Saat itu, Sona tertidur pulas sedangkan Mama sedang keluar. Karena Papa datang dan meminta ditemani makan di sekitar Rumah Sakit.
“Kamu kenapa datang ke sini?” bisik Lisazhing agar Sona tidak mendengar perkataannya.
“Menjenguk Ratuku yang sedang terbaring lemah.” Jawabnya dengan senyuman ciri khasnya yang terkesan dingin. Namun, mampu meluluhkan hati siapa pun yang memandangnya.
“Aku ingin pergi dari sini. Aku enggak betah berada di sini.” Lisazhing tampak mencurahkan perasaannya kepada Drago.
“Kamu tunggu saja sampai besok pagi,” ujar Drago dengan tatapan yang tertuju kepada Sona yang tertidur dengan sangat pulas.
“Manusia yang malang!”
Katanya dengan tatapan yang menunjukkan rasa prihatin terhadap Sona. Sedangkan, Lisazhing yang mendengarnya mengerutkan keningnya.
“Maksud kamu?” tanya karena dia merasa ada yang aneh dengan perkataan Drago.
“Iya kasihan dia karena mencintai Ratuku! Dia tidak akan pernah bisa mendapatkan kamu!”
Drago memperlihatkan telapak tangannya. Selanjutnya, terlihat seperti ada tato berwarna biru membentuk sebuah lambang. Namun, lambang tersebut masih pudar belum terlihat jelas.
“Itu tanda apa?” tanya Lisazhing yang tampak penasaran dengan tangan Drago.
“Tanda bahwa aku sudah memiliki Ratu! Kamu juga memiliki tanda ini!” Drago mengambil tangan kiri Lisazhing. Ternyata, benar apa yang dikatakan oleh Drago. Lisazhing juga tampak memiliki lambang yang sama dengan dirinya.
“Sejak kapan ini ada di tanganku!” Lisazhing tampak terkejut dan juga merasa aneh.
“Sejak aku mengikatmu menjadi Ratuku!” jawab Drago yang tampak menyatukan kedua telapak tangan mereka.
“Tapi aku tidak pernah merasa kita melakukan pernikahan atau sejenisnya!” dengan sedikit mengeraskan suaranya Lisazhing menarik tangannya.
“Kamu sudah menyerahkan diri padaku! Setelah, kamu bersedia membuka segel yang ada pada tubuhku waktu itu.”
Lisazhing tampak mengingat perkataan Drago. Seketika, dia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Matanya menatap lurus ke arah Drago. Seakan, dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Aku harus pergi sekarang!” setelah mengucapkan kata itu Drago menghilang seketika dari pandangan Lisazhing.
Lisazhing terlihat sangat syok dengan apa yang didengar dan juga dilihatnya. Dia tampak belum bisa menguasai diri ketika pintu ruangan dibuka oleh Mamanya. Melihat Lisazhing yang terduduk dengan keadaan yang terlihat syok beliau langsung berlari menghampiri anaknya.
“Kamu kenapa sayang?” Mama tampak panik dan langsung memeluk anaknya yang masih terpaku.
“Lisa, kamu kenapa Nak?” Papa berusaha bertanya dengan sedikit lebih tenang jika dibandingkan dengan Mama.
Kemudian, Sona terbangun mendengar terjadi sedikit keributan di ruangan itu.
“Ada apa Ma?” tanya tampak masih linglung karena baru saja terbangun dari tidurnya.
“Kelihatannya Lisazhing mengalami mimpi buruk! Dia sudah terduduk dengan wajah yang tampak syok saat Om dan Tante datang.”
Mama mencoba menjelaskan secara singkat kepada Sona. Tapi, seketika Mama seperti merasakan sesuatu yang aneh. Beliau meraba tempat tidur yang di mana menjadi tempat duduk Drago. Seketika, wajah beliau menjadi pucat dan terdiam.
“Lisa, kamu kenapa enggak banguni aku kalau lagi merasa ada yang aneh.” Sona mendekati Lisazhing dan mengajaknya berbicara.
“Pa, bisa kita bicara sebentar?” Mama tiba-tiba mengajak Papa berbicara di luar ruangan.
“Bisa Ma. Nak Sona, sebentar, ya,” Ujar pria paruh baya itu kepada Sona yang sedang duduk di samping Lisazhing.
“Iya Om, Tante,” tutur Sona seraya memberikan senyum kepada mereka berdua.
Mama dan juga Papa Lisazhing keluar ruangan tersebut dan berjalan ke lorong yang memang saat itu sudah sangat sepi.
“Ada apa Ma? Kenapa Mama terlihat ketakutan begitu?” tanya Papa dengan penasaran.
“Pa, Mama benar-benar merasa takut saat ini! Mama bisa merasakan aura adanya Iblis dengan kekuatan yang sangat besar. Bahkan, dari kalau dari aroma yang dia tinggalkan dia merupakan seorang penguasa di salah satu wilayah!” dengan sedikit gemetar Mama yang sebenarnya adalah Hulli Zhing di masa lalu. Saat ini, mulai meneteskan air mata dan terduduk di lantai lorong Rumah Sakit.
“Apa! Jadi maksud Mama anak kita sedang didekati oleh salah satu Iblis yang kuat?” tanya Papa atau Sona yang terlihat juga mulai panik.
Hulli Zhing menganggukkan kepalanya. Sekarang, wajah itu tampak merasa bersalah dan juga ada ketakutan yang besar di matanya.
“Apa yang bisa kita lakukan Ma?” tanya Sona sambil membantu istrinya kembali berdiri lalu dia memeluknya.
“Jika mereka belum terikat. Mungkin kita masih bisa memisahkannya. Dengan cara mengirim Lisazhing ke luar negeri untuk menjauhkan Lisazhing dari jangkauan makhluk tersebut. Tapi ....”
Hulli Zhing menghentikan perkataannya dan dia tampak semakin takut. Sehingga, tubuhnya saat ini benar-benar bergetar hebat.
“Tapi apa Ma?” Evan yang tidak paham akan masalah dunia gaib kembali bertanya kepada Istrinya.
“Kalau mereka berdua sudah melakukan perjanjian dan mengikat diri. Maka, tidak ada yang bisa kita lakukan.” Hulli Zhing tampak sangat sedih setelah mengucapkan kalimat terakhir.
Evan yang awalnya masih terlihat tegar. Kini, dia juga terlihat sedih dan cemas.
“Apakah ada tanda?” tanya Sona kepada Hulli Zhing yang masih saja menangis di dalam pelukannya.
“Jika, kasusnya manusia melakukan pengikatan janji dengan Iblis murni. Maka, akan ada tanda di bagian telapak tangan kirinya dengan warna berdasar klan makhluk tersebut.
Hulli Zhing menjelaskan singkat kepada Sona.
“Tapi, aku dan kamu tidak memiliki tanda apa-apa,” kata Sona dengan memperlihatkan kedua telapak tangannya.
“Itu semua karena aku sudah dibuang dan tidak diakui lagi di Klan Rubah Putih.” Hulli Zhing tampak menundukkan pandangannya.
“Kalau begitu ayo sekarang kita cek anak kita,” kata Sona dengan sambil mengajak istrinya berjalan menuju ruangan Lisazhing kembali.
Sedangkan, di ruangannya Lisazhing sudah kembali tenang dan pergi ke toilet dengan membawa tasnya. Sona sempat bertanya apa yang akan Lisazhing lakukan membawa tas ke toilet. Namun, Lisazhing menjawab dia ingin mengenakan skincare. Di dalam toilet Lisazhing mengambil Foundation yang digunakannya untuk menutupi lambang yang ada di telapak tangannya. Lisazhing menggunakan Foundation yang susah untuk dihilangkan.
“Dasar makhluk tengil! Gara-gara dia aku punya tanda aneh kayak begini!” gumam Lisazhing sambil membersihkan sisa Foundation yang melekat di bagian tangannya yang lain.
“Untung aja aku bawa ini ke mana-mana. Secara ini tuh, ampuh banget nutupin bekas alergi kalo aku habis makan Udang biar Mama enggak tahu.” Lisazhing tampak tersenyum ke arah cermin yang ada di kamar mandi tersebut.
Ketika, Lisazhing keluar dari kamar mandi dia melihat kedua orang tuanya duduk di sofa dengan wajah yang cukup tegang. Lisazhing menghampiri mereka dan bertanya apa yang terjadi sebenarnya.
“Ma, Pa. Ada apa? Kok wajah Mama dan Papa tampak tegang gitu?” tanya Lisazhing seraya mengambil ponselnya dari tas.
“Lisazhing sayang, boleh enggak Mama lihat tangan kamu?”
Kata Mama dengan wajah yang terlihat takut. Lisazhing menyerahkan kedua tangannya kepada sang Mama. Ketika, melihat telapak tangan Lisazhing beliau terlihat sedikit ketakutan.
“Syukurlah!” kata Hulli Zhing saat melihat telapak tangan anaknya tidak terdapat tanda yang dicarinya.
Hulli Zhing seakan memberikan kode kepada Sona. Sedangkan, Sona dan juga Lisazhing saling berpandangan keheranan melihat tingkah Hulli Zhing dan juga Sona.
“Memangnya kenapa, Ma?” tanya Lisazhing dengan raut wajah yang penasaran.
“Enggak ada apa-apa kok, Sayang.”
Hulli Zhing berusaha berkelit dan menyembunyikan apa yang terjadi.
“Sona, Om apa boleh bertanya sesuatu enggak?”
Sona tampaknya akan bertanya masalah yang cukup serius dengan Adry. Dapat, dilihat dari cara duduk dan juga raut wajahnya yang memperlihatkan sebuah keseriusan.
“Iya Om. Silakan.”
Kata Sona masih terlihat santai saja begitu juga dengan Lisazhing yang kembali memainkan ponsel miliknya.
“Om mau tanya. Apakah, Nak Sona sudah siap menikah dengan Lisazhing?”
Tiba-tiba, ponsel yang saat itu dipegang oleh Lisazhing terjatuh ke lantai. Sona yang awalnya duduk dengan santai di samping Lisazhing sontak langsung membelalakkan matanya.
“Maaf Om, apa Sona tidak salah dengar?”
Tampaknya Sona cukup ragu dengan pernyataan yang baru saja diutarakan oleh Sona.
“Kamu tidak salah dengar. Kami berdua tadi sudah sepakat untuk menikahkan kalian. Lalu, setelah resmi kalian bisa pindah ke Korea mengelola bisnis Om yang di sana.”
Sona tampak serius dan Lisazhing juga paham tentang Itu. Bahkan, sejak kecil Lisazhing sudah bisa membaca gerak gerik Papanya.
“Pa, ini bercanda ‘kan ya?”
Lisazhing tampaknya tidak ingin mempercayai begitu saja dengan ucapan Sona.
“Papa serius sayang. Ini semua demi kebaikan kamu.”
Hulli Zhing yang mendengarnya langsung menundukkan kepala. Sedangkan, Lisazhing tampaknya tidak setuju dengan keinginan Sona.
“Ini lucu sih Pa bercandanya, enggak ada angin enggak ada ujan kenapa malah maksa Lisa nikah?”
Lisazhing tersenyum kecut ke arah Sona.
“Sayang ini semua untuk kebaikan kamu.”
Sona masih berusaha membujuk Putri semata wayangnya untuk menikah dengan Sona. Sedangkan, Sona yang tidak tahu apa-apa seperti merasa bersalah.
“Kebaikan Lisa? Memangnya ada apa sama Lisa?”
Lisazhing kembali melemparkan wajah penuh pertanyaan. Akan maksud Sona yang tiba-tiba menginginkan dia menikah.
“Sayang lagian Lisa dan Sona kan sudah cukup lama menjalin hubungan. Jadi, apa salahnya jika kalian menikah saja.”
Hulli Zhing berusaha memberikan pengertian kepada Putrinya yang cantik.
“Kalian berdua kenapa sih malam ini? Apa sih yang merasuki pikiran Mama dan Papa?”
Kata Lisazhing yang tampak mulai emosi mendapat desakan dari kedua orang tuanya.
“Maaf Om, dan Tante. Sona tidak akan bisa melaksanakan pernikahan ini. Apabila, Lisazhing tidak berniat untuk menikah dengan Sona.”
Sona menjelaskan bahwa dia sangat menghargai keputusan yang diambil oleh Lisazhing.
“Sona siap menunggu sampai Lisazhing siap.” Lanjutnya seraya tersenyum menatap wajah Lisazhing yang tampak menahan marah.
“Tuh kan! Sona aja ngerti kok Ma, Pa.”
Lisazhing kembali meluapkan kekesalannya.
“Iya sayang, tapi bukannya lebih cepat kalian menikah akan lebih baik?”
Sona masih berusaha membujuk Lisazhing. Dia juga tampak mendekati Putrinya tersebut.
“Pokoknya Lisa belum mau nikah! Sama siapa pun itu!”
Lisazhing mengeraskan intonasi suaranya agar terdengar lantang oleh kedua orang tuanya.
“Sayang, kamu tenang dulu. Ini semua untuk kebaikan Lisazhing.”
Hulli Zhing berusaha menenangkan Putrinya.
“Kebaikan apa!”
Kelihatannya, emosi Lisazhing benar-benar sudah memuncak. Tubuhnya tampak bergetar menahan marah, wajahnya memerah.
“Sayang tenang dulu.”
Sona berusaha mendekati Lisazhing dan memeluknya. Tapi, tubuh Lisazhing saat ini mengeluarkan aura yang membuat Hulli Zhing merinding. Seketika, Hulli Zhing terdiam melihat Aura yang berwarna merah kebiruan keluar dari tubuh Lisazhing.
“Lisazhing!”
Hulli Zhing berteriak membuat Sona dan juga Sona terkejut. Lisazhing juga menoleh matanya berubah menjadi biru.
“Kamu siapa!” kata Hulli Zhing berteriak ke arah Lisazhing.
Mendengar perkataan Hulli Zhing Lisazhing menatap tajam ke arahnya dengan sorot yang sangat tajam. Kemudian, saat Hulli Zhing ingin menyentuh wajahnya. Lisazhing bangkit dari duduknya dan berlari keluar ruangan dengan sangat cepat.
“LISAZHING!!!” Sona memanggilnya dan langsung berusaha mengejar Lisazhing.
“Kamu apa-apaan ‘sih Ma!” Sona tampak kesal dengan Hulli Zhing yang membuat Lisazhing pergi.
“Kamu enggak tahu Pa. Anak kita sudah di selimuti oleh kekuatan yang sangat dahsyat! Bahkan itu terlihat kekuatan Klan pertama.”
Hulli Zhing menjelaskannya dengan tubuh yang merinding dan juga air mata yang terus jatuh.
“Maksud kamu?”
Sona belum mengeti dengan apa yang dijelaskan oleh Hulli Zhing.
“Aku sudah bercerita ‘kan. Bahwa, kami termasuk ke dalam klan kedua. Di mana, masih ada pimpinan di atas Ayahku.”
Hulli Zhing tampak mengenang masa lalunya. Yang pernah dia ceritakan kepada Evan tempo dulu saat mereka masih baru menikah.
“Iya apakah maksud kamu Lisazhing sudah diikat oleh Iblis klan pertama?”
Evan mulai paham dengan apa yang dimaksud oleh istrinya tersebut. Terlihat kecemasan di wajah Evan yang sekarang sudah tampak sedikit menua.
“Benar sekali anak kita sudah melakukan perjanjian dengan Iblis klan pertama. Jadi, itulah kenapa dia tidak ingin dinikahkan dengan Sona. Meskipun, sebelumnya dia tampak sangat menginginkan pernikahan dengan Sona.”
Evan tampaknya sudah tidak begitu mendengarkan penjelasan istrinya. Dia menatap kosong dari sudut matanya mengalir air bening. Terlukis kesedihan yang mendalam di wajahnya saat ini.
“Ini semua salahku sebagai Papa,” ujar Sona menyesali diri sendiri.
“Kamu tidak salah apa-apa Pa. Aku yang salah harusnya aku tahu kalau Gunung biru (Ranjani), merupakan kerajaan terbesar para Iblis klan pertama.”
Hulli Zhing tampaknya sangat terpukul dengan kelalaian yang dia lakukan.
“Sudahlah, sekarang kita cari Lisazhing. Dan aku akan mencari cara bagaimana agar kita bisa bernegosiasi dengan makhluk itu.”
Evan tampaknya sudah dapat menerima apa yang terjadi saat ini dan juga sesuatu yang akan terjadi ke depannya. Dengan penuh cinta Sona membantu istrinya untuk kembali berdiri. Kemudian mereka berdua memutuskan untuk mencari keberadaan Lisazhing.