Semakin Dekat

2154 Kata
Sesampainya Sona ke pos komando. Di mana Lisazhing sedang tidak sadarkan diri. Sona seketika langsung berlari ke arah Lisazhing. Terpancar kekhawatiran dan juga rasa bersalah dari raut wajah Sona. “Li!” dia menghampiri tubuh Lisazhing yang terkulai lemah tak berdaya. Selanjutnya, Sona menggendong tubuh ramping Lisazhing ke atas Ambulans yang sudah tersedia. “Tunggu ya Li! Kita akan segera sampai di Rumah Sakit.” Sona membelai wajah dan rambut Lisazhing dengan lembut dan juga penuh kasih sayang. “Sudahlah Nak Sona semuanya pasti akan baik-baik saja.” Mama terlihat menyabarkan Sona yang murung melihat keadaan Lisazhing yang tidak sadarkan diri. “Tapi Tante ini semua karena ulah Sona. Andai saja, kemarin Sona tidak memilih wisata ke Gunung semuanya tidak akan terjadi.” Wajahnya tampak sangat murung sekali dengan mata yang berkaca-kaca. Mama Lisazhing mencoba menenangkan Sona dengan mengelus punggungnya. Kemudian, beliau memberikan sebotol air mineral kepada Sona yang tampak sangat kelelahan. “Diminum dulu Tante tahu kalau Nak Sona terlalu lelah sejak hilangnya Lisazhing.” Dengan naluri seorang Ibu yang kuat beliau mampu membuat Sona sedikit tenang. “Mama dan Sona Lisa Ambulans ya. Papa sama Jerry bawa Mobil kita ke Rumah Sakit.” Kata Papa Lisazhing sudah terlihat lebih santai dan tenang dari sebelumnya. “Baik Pa, hati-hati ya.” Dengan senyuman yang masih terlihat sangat manis dan memancarkan keteduhan. Mama Lisazhing dengan usia yang sudah tidak muda lagi tapi masih memiliki sisi kecantikan yang belum luntur. “Son, mana kunci mobil kamu biar Om yang bawa ke Rumah Sakit. Kamu nanti selama di perjalanan jangan lupa makan, kamu sudah beberapa hari ini belum menyentuh nasi sama sekali.” Mereka seakan sudah menganggap bahwa Sona itu sudah seperti anak mereka sendiri. “Baik Om terima kasih banyak.” Sona hanya bisa merespons pesan dari Papa Lisazhing dengan sebuah senyuman yang sayu tanpa gairah. Tanpa ada yang menyadari bahwa ada makhluk dengan sorot mata yang sangat tajam! Tatapan yang seakan siap menerkam mangsa yang sedang diintainya. Sepasang mata itu terus saja memperhatikan gerak-gerik semua orang yang ada di sana. Namun, dia tampak diam tidak mengambil tindakan apa pun. Dia hanya memperhatikan segalanya seakan mempelajari semua yang dilakukan oleh Manusia. “Hati-hati ya kalian semua.” Kata Papa Lisazhing seraya menutup pintu mobil Ambulans. Saat ini Sona beserta Lisazhing dan juga sang Mama mereka semua sedang menuju sebuah Rumah Sakit untuk merawat Lisazhing. Karena lelah Sona tertidur dengan kepala yang diletakan pada tempat tidur Lisazhing. “Kasihan dia rela tidak tidur. Bahkan, tidak makan demi sebuat rasa tanggung jawab yang besar.” Mama Lisazhing tampaknya kagum dengan sosok Sona yang memang sudah cukup dekat dengan keluarga Lisazhing. “Kali ini Li, jatuh cinta pada orang yang tepat!” Sang Mama terus saja memuji sosok Sona. Sepertinya, di mata beliau Sona sangat layak untuk berada di sisi Lisazhing. “EEG!!” Lisazhing terdengar mengeluarkan suara yang sangat halus. “Li? Kamu sadar Nak.” Mama tampak tertawa bahagia melihat Putri kesayangannya sudah siuman kembali. “Ma—ma, kita ada di mana?” Lisazhing tampak kembali bingung dengan keberadaannya saat ini. Dengan lembut sang Mama menjelaskan kembali peristiwa yang dialami Lisazhing. “Sona?” Lisazhing tampak kebingungan saat melihat Sona tertidur dengan cara duduk begitu. “Biarkan dia tidur sejenak Li, karena Nak Sona pasti sangat lelah tiada henti mencari kamu.” Dan untungnya saat ini kamu sudah kembali lagi dengan selamat dan dalam keadaan yang sangat baik. “Ma, kenapa kepala Li terasa pusing banget?” Dengan kedua tangannya Lisazhing memegangi kepalanya. “Itu karena efek kamu jatuh pingsan tadi. Sini Mama pijat kepalanya supaya lebih nyaman.” Dengan tangan halus dan penuh kasih Mama mulai memijat kepala Lisazhing. Dengan begitu, Lisazhing begitu menikmati rasa nyaman yang menjalar di area kepalanya. “Ma kok enak banget sih?” Lisazhing berusaha mencari tahu caranya. “Iya sayang karena Mama berusaha mencari titik saraf kamu yang sedang tegang. Jika, dibiarkan akan menjadi sebuah penyakit yang serius.” Tutur Sang Mama kepada Putrinya yang cantik dan memiliki sifat yang ceplas-ceplos. “Ma, boleh cerita enggak?” tanya Lisazhing dengan wajah yang memerah dan juga dia seakan mengucapkannya merasa malu. “Ayo mau cerita apa!” ledek sang Mama dengan mencubit mesra anaknya. “Jadi Ma, sebenarnya Lisazhing itu diselamatkan sama cowok asing saat Lisazhing nyasar itu.” Lisazhing menceritakannya dengan tersipu-sipu malu. “Jadi cowok itu orang yang sama-sama pendaki seperti kita.” Tanya Mama sambil tersenyum dan membelai rambut Lisazhing penuh cinta. “Bukan Ma, dia sepertinya penduduk lokal di sini. Orangnya ganteng banget, sorot matanya sangat tajam, badannya tegap, cara dia berbicara juga cool banget.” Dengan malu-malu Lisazhing tampak mulai nyaman untuk kembali terbuka dan bercerita kepada Mama tercinta. “Wah!! Tapi kenapa Sona tidak menemukan siapa pun di tempat kamu berada.” Kata Mama berusaha menjelaskan kepada anaknya. “Memangnya aku masih kurang ganteng?” tiba-tiba Sona bangun dari posisi tidurnya. Seketika, Lisazhing menutupi wajahnya dengan bantal. Sona malah tertawa melihat tingkah Lisazhing yang menggemaskan. “Aku kurang ganteng Li?” kembali Sona menggoda Lisazhing. Namun, kali ini tidak lupa dengan menarik bantal yang dipakai Lisazhing menutupi wajahnya. Mama Lisazhing yang melihat kedekatan anaknya dengan, seorang Manajer perusahaan yang cukup besar di Jambe beliau hanya bisa tertawa bahagia. “Tante! Liat masa Lisazhing selingkuh Tante!” Sona terus menggoda Lisazhing yang masih menutupi wajahnya. “Aku enggak selingkuh ya! Lagian aku aja enggak tau nama dia siapa.” Lisazhing berusaha membela diri dengan semampunya. Dia tidak berani membuka wajahnya di hadapan Sona. “Tante! Lisazhing jahat banget. Dia mau duain Sona sama cowok enggak dikenalnya.” Sona sengaja bermanja-manja dengan calon ibu mertuanya agar kelak tidak ada lagi kekakuan. “Hahaha cubit aja kalau dia nakal Son.” Dengan wajah yang dihiasi senyuman lebar yang menawan. Kemudian, Mama Lisazhing ikut bercanda dengan Lisazhing dan juga Sona. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang rukun dan damai. Setelah, tiba di Rumah Sakit karena tidak ada yang serius dengan Lisazhing akhirnya dia dimasukkan ke rawat inap atas permintaan Sona. “Kamu terlihat menyenangi dia!” secara mengejutkan Pria yang dicari Lisazhing sedari tadi muncul begitu saja dari balik tirai ruangan. “Kamu!! Kenapa kamu bisa berada di sini?” wajah Lisazhing tampak kebingungan dia melongo melihat ke arah Drago. “Kamu bahagia bersama manusia itu!” dengan sorot mata yang tajam seperti seekor Elang yang sedang memperhatikan mangsanya. Lisazhing kembali dibuat terdiam tak berdaya. “Dia pacarku.” Lisazhing seakan ragu mengucapkan kata itu di depan Pria yang sejak tadi dia ceritakan kepada sang Mama. Sorot mata itu terpancar dengan jelas menusuk tajam ke arah Lisazhing yang terdiam setelah kehadiran Pria yang dicarinya sejak tadi. “Dia bukan kekasimu! Aku dan hanya kau yang pantas menjadi Arjuna untukmu!” tutur katanya terdengar bagaikan bait puisi sang pujangga. “Kamu kenapa bisa masuk ke sini bukannya di sini dijaga dengan ketat?” Lisazhing memperhatikan sekelilingnya. “Mereka tidak akan bisa menemukan aku! Karena hanya kamu yang akan menyadari keberadaan aku sebelum tanda itu sempurna.” Dengan wajahnya yang terlihat dingin Drago mendekati Lisazhing. Terlihat Lisazhing merasa gugup didekati oleh Drago. Kemudian, dalam hitungan detik Drago sudah kembali menghilang. Lisazhing melihat kanan dan kiri namun dia sudah benar-benar menghilang. Lisazhing keheranan dengan apa yang dilihatnya. “Iya ini aku lagi di Rumah Sakit.” Tiba-tiba Sona masuk ruangan sambil menelepon seseorang. “Oke.” Sona mengakhiri panggilannya. Lalu, menghampiri Lisazhing dengan sebuah senyuman hangat yang merekah di wajah tampannya. Untuk ukuran seorang manusia Sona termasuk kategori Lelaki tampan yang mapan. Dia memiliki wajah yang berbentuk oval, hidung yang mancung, mata yang berwarna kecokelatan serta rambutnya yang ikal dan juga kumis tipisnya menambah daya tarik tersendiri. “Bagaimana keadaan kamu sekarang?” tanya Sona dengan duduk di samping tempat tidur Lisazhing seraya membelai rambut Lisazhing dengan penuh cinta. “Aku baik-baik aja kok lagian tadi aku bukannya udah minta pulang.” Lisazhing terlihat manja jika sudah bersama dengan Sona. “Kamu enggak boleh pulang dulu sayang! Kamu harus tetap di sini dulu sampai kondisi kamu benar-benar kembali stabil lagi.” Sona tetap dengan keinginan dia untuk merawat Lisazhing di Rumah Sakit. “Tapi aku enggak suka di sini Son!” seperti biasa akan selalu ada perdebatan kecil jika mereka sudah berdua. “Li! Kali ini aku tidak akan mengabulkan apa yang kamu minta.” Sona juga tetap kukuh dengan niatnya sejak awal. “Tapi Son! Aku benaran enggak suka sama tempat ini. Aku mau istirahat di rumah aja.” Lisazhing kembali berusaha meluluhkan hati Sona. “Lisazhing! Kamu ingat bulan kemarin, kamu minta aku memberikan izin untuk kamu pergi ke sama teman-teman kamu pergi ke Pantai. Aku izinkan dan akhirnya apa? Kamu terseret ombak! Kali ini, kamu minta kita wisata ke Gunung dan bodohnya! Aku juga menuruti keinginan kamu itu. Hasilnya apa, kamu harus tersesat di hutan selama 3 hari! Harus berapa kali lagi kamu buat aku hampir mati karena takut kehilangan kamu Lisazhing!!” Terlihat dari pancaran matanya Sona serius dengan kata-katanya. Dia memandang ke arah Lisazhing yang tertunduk diam tak bersuara. Tergambar rasa sayang yang begitu besar dimiliki Sona untuk Lisazhing. Kemudian, Sona memeluk Lisazhing dengan hangat didekapnya Lisazhing dengan sangat erat. “Maaf aku selalu buat kamu khawatir.” Lisazhing mengucapkannya dengan lirih seakan ada penyesalan yang ingin diutarakan. “Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu! Aku juga enggak minta macam-macam Li! Aku cuman minta kamu jaga diri saat jauh dari aku.” Sona melepaskan pelukannya dan menarik dagu Lisazhing ke atas sehingga mereka dapat saling tatap. “Kamu harus tau! Aku sayang sama kamu sudah bukan di fase main-main lagi Li! Aku mau serius dan mau melanjutkan hubungan kita ke jenjang yang lebih serius lagi.” Mendengar ucapan Sona yang mulai mengarah ke arah pernikahan. Lisazhing menundukkan kembali pandangannya, setiap kali mereka akan membahas ke jenjang pernikahan Lisazhing akan selalu berusaha menghindar. “Kamu kenapa? Apa yang membuat kamu masih ragu sama aku Li?” Sona kembali mendesak Lisazhing dengan pembahasan akan kelanjutan hubungan mereka. “Entah lah Son! Mungkin aku sudah terbiasa dengan hubungan kita yang sekarang. Aku masih belum berani mengambil tindakan yang lebih lagi Son.” Tampaknya, ada yang mengganjal di hati Lisazhing. “Li! Sejak awal bukannya kita sudah sepakat bahwa kita akan berkomitmen. Untuk membangun sebuah hubungan yang serius meskipun tanpa ada kata resmi pacaran.” Sepertinya Sona benar sudah siap untuk menapaki laju hubungan yang lebih dalam lagi. Sona tampak sangat serius dengan ucapannya. “Iya aku tau Son. Tapi aku juga masih butuh waktu untuk berpikir.” Lisazhing tidak berani memandang wajah Sona yang tampaknya sedikit kesal. “Kenapa sih Li? Apa ada cowok lain yang sudah berhasil buat kamu jatuh cinta!” Tampaknya Sona sedikit kecewa dengan tanggapan Lisazhing yang tidak sesuai dengan harapannya. “Ah e-enggak gitu Son! Tapi, aku masih butuh waktu.” Lisazhing sepertinya sadar jika dia sudah membuat Sona kecewa. Lisazhing terlihat memandang Sona dengan penuh rasa bersalah. “Li, aku sayang sama kamu itu enggak main-main!” Tatapan matanya yang sendu semakin memperkuat pernyataan yang diucapkannya. Sona tak berkedip menatap lurus ke mata Lisazhing dengan lembut namun menyiratkan arti yang mendalam. “Aku tahu kamu tulus banget sama aku. Aku juga tahu kalau kamu rela ngelakuin apa aja untuk ngebahagiain aku. Tapi, apa aku enggak boleh minta sedikit aja waktu tambahan untuk memikirkan semuanya lagi?” Lisazhing berusaha meyakinkan Sona kembali agar mau memberinya waktu lagi. Sona tersenyum hangat kepada Lisazhing, dia kembali memeluk Lisazhing. “Aku enggak maksa kamu kok Li. Maaf ya kalau, kata-kata aku yang barusan menyudutkan dan membebani kamu.” Dengan lembut Sona memperlakukan Lisazhing yang ikut tersenyum lega. Sedangkan, Drago duduk di atas atap gedung Rumah Sakit. Dia menatap lepas banyaknya kendaraan yang sedang berlalu lalang, banyak manusia yang ke sana ke mari. Tiba-tiba saja, seekor burung merpati terbang menuju ke arahnya. “Ampuni, Hamba, Tuan, baru menyadari keberadaan Tuan di sini.” Kata burung Merpati berwarna putih dengan mata yang berwarna biru. “Tidak apa, Tom.” Dengan sikap dinginnya Drago menjawab sembah dari abdinya. “Apa gerangan yang membuat Tuan harus datang ke dunia ini? Apakah, ada manusia yang melakukan kesalahan dan berbuat kerusakan di wilayah Ranjani?” Burung Merpati itu berubah menjadi seorang lelaki yang sangat tampan dengan mengenakan pakaian serba putih. Tampaknya, dia juga cukup dekat dengan penguasa di kawasan Gunung Biru yang mereka sebut “Ranjani.” “Saat ini, aku sedang menantikan sempurnanya tanda pernikahanku dengan Siluman Rubah dari keturunan manusia.” Terpancar sebuah kebahagiaan pada wajah Drago. Sepertinya, dia sedang menantikan sesuatu yang besar yang akan terjadi setelah beberapa saat ke depan. “Nona, persilangan siluman Rubah dan juga manusia?” Tampaknya, siluman Merpati tersebut sedikit terkejut mendengar pernyataan Drago. “Iya kamu benar sekali, ibunya adalah Siluman Rubah yang diusir dari kerajaannya ribuan tahun silam. Akibat, dari dia lebih memilih hidup bersama manusia yang menjadi kekasihnya.” Sebuah senyuman mengembang di wajah Drago, dengan pandangan yang tertuju ke arah jalan raya yang berada di hadapan Rumah Sakit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN