“Ayo keluar makan, Dek,” kata Malik pada adiknya yang saat ini menutup dirinya menggunakan selimutnya. “Abang minta maaf kalau ada salah, ya. Abang gak akan marah-marah lagi.” Malik menyadari bahwa ia sudah keras pada adiknya, dan sudah seharusnya ia bersikap baik. Kelana bangun dari pembaringannya dan menatap wajah abangnya. “Abang kenapa kemari?” “Karena Abang khawatir, kamu gak keluar makan malam. Udah setengah 10, Dek.” “Abang sama Mbak Ziah udah makan malam?” tanya Kelana. “Belum.” “Kok belum bang?” “Kami gak bisa makan sendirian. Kamu harus ikut makan.” “Reina gimana?” “Reina udah makan dan kini udah tidur di kamarnya.” Kelana mengangguk dan bangkit dari duduknya. “Ayo, Bang. Kita makan malam. Lana ke kamar mandi dulu. Abang duluan aja.” Malik mengangguk dan memilih keluar