“Abang gak setuju!” kata Malik membentak adiknya yang saat ini menundukkan kepala karena sudah tahu jawaban abangnya memang seperti itu. “Siapa pun lelaki itu, Abang gak akan pernah setuju.” “Kenapa, Bang?” “Kamu tanya kenapa? Karena Abang udah siapin jodoh untuk kamu. Adnan adalah pria itu, dan dia akan menjadi adik ipar Abang. Dia pria yang cukup baik dan sempurna untuk kamu. Tapi, kamu menolaknya? Membuat Abang malu jika ke pondok? Lalu, setelah semua yang terjadi, kamu malah mau mengenalkan pria lain kepada Abang?” geleng Malik mengelus dahinya. “Abang jangan teriak-teriak, nanti darah tinggi Abang kambuh,” kata Fauziah mengelus lengan suaminya. “Kelana, masuk ke kamarmu.” Kelana hendak melangkah meninggalkan abangnya, namun abangnya itu membuang apa pun yang ada didepannya, membua