Hidup Bagai dalam Pasungan LANGIT tampak muram seperti halnya wajah Cika yang juga muram siang ini. Termenung di atas pembaringan. Sudah sekian jam sudah ia membiarkan pikirannya mengembara entah ke mana. Seperti tak memiliki daya apa yang hendak diperbuatnya. Pikiran buntu tak mampu diajak berkompromi dengan akal sehat. Ia hanya terdiam. Dalam diam yang tak bermakna. Lantaran, tak ada sangat menyala dalam jiwanya. Benar-benar redup. Ingin ia menjerit sekerasnya agar dunia mendengar betapa ia tengah meratapi kepiluannya. Dalam kamarnya di Pondok Gasela. Ayahnya baru saja pergi beberapa jam lalu, setelah lelaki itu memuntahkan lagi amarahnya pada putri semata wayangnya. Begitulah hari Sutawijaya jika tengah marah. Tak peduli di mana. Akal sehatnya lenyap seketika. Tatkala, kemarin pagi-p