Belum 5 menit, David sudah melihat Widya masuk ke dalam ruang makan yang memiliki penghubung ke area kolam renang. Jadi memang David mengancam akan melemparkan ponsel Widya ke kolam renang, ya karena jaraknya dekat. Dia tinggal berjalan beberapa langkah dan benda elektronik ini akan menjadi rusak karena air.
“Akhirnya datang juga,” cetus David.
Widya tidak menanggapinya karena sudah terlanjur kesal dan segera mengambil tempat duduk di sebelah Lana yang kosong. Temannya ini sudah kelihatan akrab dengan seorang kru foto dan tampak asik mengobrol saat Widya tadi datang.
“Mau makan apa?” tanya Lana dengan suara pelan.
“Nanti aja, aku masih mual,” jawab Widya juga dengan nada suara yang sama.
Tapi kemudian mangkuk ukuran sedang tersaji di depan Widya oleh Mario. Mangkuk itu berisi salad sayuran yang terdiri dari beberapa jenis sayur dan kemudian Mario juga memberikan greek yoghurt, balsamic vinegar dan jeruk nipis yang bisa digunakan untuk dressing.
Seolah tahu siapa yang sudah mengadakan makan malam ala barat ini, Widya pun melihat ke arah David. Pria itu hanya memberikan kode dengan anggukkan kepala bersama wajah tengilnya bahwa memang dia yang memesankan salad ini. David cuma berpikir kalau Widya mungkin akan sulit untuk makan jadi dia memberikan salad agar mulutnya terasa segar.
Baiklah, Widya hanya bisa menghela napas sekarang.
Setidaknya David tidak memaksanya untuk makan makanan berat karena bisa dipastikan dia akan memuntahkan itu semua.
“Di mana ponsel saya? Kembalikan!” pinta Widya yang teringat akan apa yang akhirnya membuat dia keluar dari kamar.
“Aman sama gue. Dan akan gue kembaliin kalau lo bisa abisin semangkuk salad ini,” kata David.
Widya menggertakan giginya menahan kesal. Dia sudah seperti anak kecil yang harus diancam untuk makan tapi juga Widya merasa kalau dirinya ini sedang dipermainkan oleh David. Kenapa pria itu jadi seenaknya begini untuk mengaturnya?
“Makan saladnya ... atau gue lempar hape lo ke kolam renang,” ancam David lagi karena melihat tanda-tanda Widya akan protes.
Akhirnya Widya menyerah dan memilih diam karena tidak ingin menanggapi keusilan David. Mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian semua orang di ruangan ini. Dan bagi kru foto yang tidak tahu soal pernikahan kontrak antara David dan Widya pun hanya bisa kebingungan. Mereka tadi melihat David penuh perhatian pada Widya, tapi sekarang malah saling memberikan tatapan setajam laser.
Klien mereka yang satu ini sepertinya punya love language gelud tak berkesudahan.
* * *
David benar-benar mengembalikan lagi ponsel Widya pada pemiliknya. Dia menepati janjinya karena Widya menandaskan isi mangkuk salad yang dia minta belikan pada Mario karena Widya tidak akan mungkin ikut makan daging dan makanan berat lain yang ada di meja makan saat ini.
Mereka kini punya kegiatan masing-masing di villa ini setelah makan malam. Kru foto yang punya kamar sendiri untuk menginap pun sudah memisahkan diri agar tidak mengganggu privasi klien mereka. Yang sebenarnya David juga tidak jauh-jauh dari laptopnya untuk bekerja tapi kali ini dia merasa lebih rileks karena berada di tempat yang tenang dengan udara yang bersih.
Dia berada di sofa kamarnya untuk membaca proposal dari banyak sutradara yang masuk ke agensinya. David masih mengerjakan hal ini sebagai pengamat saja, semua urusan tentang naskah yang dipilih oleh artisnya itu bukan pada areanya. Tapi David juga punya andil jika dirasa ada masalah dan bisa menolak artisnya ikut bergabung di sebuah produksi film atau series.
“Arghhh!!”
Sambil meregangkan tangan David kemudian berdiri untuk rehat sejenak setelah 1 jam berhadapan dengan laptopnya. Dia membawa gelas kopinya untuk menuju balkon kamarnya yang ada di lantai 2. Dari sana dia langsung bisa melihat area kolam renang yang memiliki halaman rumput di sisi-sisinya. Tapi yang menjadi fokus David setelahnya bukan itu, melainkan keberadaan dua perempuan yang tengah duduk di dua buah lounger atau kursi kolam renang.
David tahu itu Widya dan Lana, kedua perempuan itu berada di sana dan terlihat tertawa. Dirinya tidak bisa mendengar apa yang tengah mereka tertawakan, tapi tampak seru sekali jika dilihat.
Tiba-tiba David teringat sesuatu yang lupa untuk dia bahas bersama Widya agar menjadi jelas dalam pernikahan mereka. Dia pun memutuskan untuk menghampiri di mana calon istrinya itu berada.
* * *
Lana yang pertama kali melihat kehadiran David di area kolam renang sehingga dia berhenti bicara pada Widya. Karena itu Widya pun menoleh ke belakangnya karena posisinya memang membelakangi arah pintu penghubung berada. Dan saat melihat David berjalan kemari, wajah Widya langsung berubah kesal.
Dia masih kesal pada kejahilan David yang mengancamnya dengan ponsel yang akan di lempar ke dalam kolam renang.
“Gue mau bicaraain sesuatu sama Widya, boleh tinggalkan kami berdua?” tanya David pada Lana.
Lana tidak langsung menjawab, tapi dia sempat menoleh sebentar ke arah Widya. Temannya itu jelas tidak mau ditinggal sendiri bersama David saja, tapi Lana juga tidak bisa menghiraukan pertanyaan David yang mengggunakan nada HARUS, ketimbang makna bertanya yang sebenarnya.
“Bo-boleh ...” jawab Lana.
Meski merasa bersalah pada temannya, Lana kemudian kabur karena tidak mau sampai mendapatkan tabokan dari Widya.
Setelah Lana pergi, David kemudian mendekat pada Widya dan membentangkan handuk besar ke tubuh perempuan ini. Dia hanya membawa satu handuk ini makanya dia meminta Lana untuk pergi dan membiarkannya berbicara empat mata dengan Widya.
“Apa ini handuk bekas kamu pakai?” tanya Widya.
David langsung syok mendapatkan respon begitu dari Widya. Bukannnya berterima kasih karena sudah dibawakan kain penghangat, malah begitu reaksinya. Ini semua karena David melihat Widya kerap mengusap lengannya yang berarti sedang kedinginan, tapi sangat asik sekali bercanda di luar rumah padahal angin berhembus cukup dingin.
“Yang benar saja ... ini bersih!” tandas David yang kini gantian dibuat kesal. “Kalau pun udah gue pakai pun pasti masih wangi!” sambungnya tidak terima.
“Ck! Ya tidak usah marah-marah! Kan saya cuma tanya!” balas Widya yang juga tak mau kalah.
“Gue bawain supaya lo nggak kedinginan malah nuduh yang engga-engga!” timpal David yang malah beradu argumen dengan Widya.
Dia lupa tujuannya kemari padahal niatnya saat berada di balkon kamarnya berbeda.
“Karena kamu sering membuat saya kesal dengan sifat licikmu itu! Makanya saya curiga!” ujar Widya yang kini meninggikan suaranya.
Cek cok soal handuk ini setidaknya berlangsung selama belasan menit kemudian. Lana yang berada di ruang makan pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat mereka berdua.
“Mereka berdua kalau keseringan ribut begini bakal saling jatuh cinta pasti,” gumam Lana.
"Apa gue coba buat comblangin mereka? Satunya cantik polos yang satunya ganteng muka playboy. COCOK BANGET!!" serunya, merasa antusias sendiri akan rencananya.
* * *