9. Sentuh Di Da.da Atau Leher?

1706 Kata
Mata Widya berubah menjadi laser yang sangat tajam karena kalimat tanpa takut dari David barusan. Dia ingin sekali menjambak rambut David saat ini tapi tidak bisa melakukannya karena nantinya dia harus memberikan pemandangan dadanya pada pria buaya darat ini! “Kamu kelihatan berbeda kalau basah begini,” kata David di depan wajah Widya. Sepasang mata David berbinar menggoda, berbeda sekali dengan milik Widya. Hobi baru yang baru saja ditemujkan oleh David adalah melihat wajah kesal Widya yang ternyata sangat menarik. Perempuan ini punya pendirian yang kuat sehingga tidak mudah untuk ditaklukan tapi saat ini kelihatan bingung karena tidak tahu harus bagaimana terlepas dari David. Sebenarnya, Widya tidak bisa berenang di area yang dalam atau yang ketinggian airnya lebih dari tinggi tubuhnya yang mungil. Dia akan selalu merasa sesak dan tidak bisa mengambang jika berada di ketinggian ini. Maka alasan lain Widya tidak bisa melepaskan diri dari David adalah hal ini. Dia sudah mencobanya tadi dan berakhir hampir tenggelam. “Saya mohon untuk menyudahi kegilaan kamu ini,” pinta Widya tidak tahu harus bagaimana lagi. Akhirnya dirinya harus memohon juga. David tersenyum miring yang saat itu makin membuat wajah tampannya menjadi kelihatan seperti seorang tokoh pria villain dalam sebuah film. Widya jadi merasa waspada karena David sepertinya sedang merencanakan sesuatu untuknya. Benar saja, David kemudian membisikkan kalimat yang membuat darah Widya mendidih tepat di sebelah telinganya. “Biarkan gue sentuh sekali aja d**a lo, maka gue akan bawa lo ke tangga kolam ini,” ujar David. Pria ini kemudian menjauhkan wajahnya dari telinga Widya yang mendadak ingin dia kecup tadi tapi tidak jadi karena meski sangat menggoda tapi David tidak boleh melakukannya. Sinar tajam di mata Widya makin terlihat jelas. Bahkan rahangnya juga kelihatan mengetat yang artinya Widya sedang marah sekarang, bukan sekadar kesal saja seperti tadi. “Kamu tidak lebih dari b******n m***m,” umpat Widya dengan suara pelan. “Hm. Gue cuma sedang memanfaatkan situasi dan ini adalah situasi yang saling menguntungkan, kan?” balas David, dia tidak marah disebut b******n oleh Widya. Menyentuh dadanya? HAH! Sepertinya David jadi makin gila! Mana mungkin Widya membiarkan pria itu menyentuh bagian lagi dari tubuhnya! Tentu saja Widya tidak akan mengizinkannya. Tubuhnya ini hanya untuk pria yang benar-benar mencintainya, bukan playboy macam David yang benar-benar jelmaan kata “BAJI NGAN” yang sesungguhnya! Namun memang benar ... di situasi ini, Widya lah yang paling tidak beruntung. Dia terdesak dan tidak bisa memilih apa yang bisa dia lakukan. Selain takut tenggelam, sekarang juga cuma David yang bisa membantunya untuk mengambilkan sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang menjadi transparan karena piyama sialan ini. “Hanya sekali,” kata Widya kemudian. Dan David terkejut saat mendengar Widya berkata begitu. Dia cuma bercanda tadi dan tidak benar-benar serius dengan perkatannya karena dia punya prinsip: jika seorang wanita tidak mau David sentuh, maka David tidak akan memaksanya. Tapi karena Widya berkata begitu ... David kembali merasa terbakar. Jakunnya bahkan sudah naik turun memikirkan dia benar-benar akan menyentuh gunung kembar milik calon istrinya ini. Membayangkan akan menyentuh d**a yang pasti tidak pernah disentuh pria lain, membuat David merasa makin antusias. Dia sampai dibuat terdiam karena terus memikirkan sensasi saat menyentuhnya. “Oke. Sekali saja sudah cukup. Tapi ... dengan sedikit remasan,” timpal David dengan akhir kalimat yang dia buat seperti bisikan menggoda. Widya sungguh jijik saat mendengarnya. “Tapi bawa saya ke pinggir dulu ... saya takut berada di air yang dalam,” pinta Widya. Tanpa diduga, David yang otaknya sudah terselubungi oleh keinginan untuk menyentuh d**a Widya pun akhirnya menuruti permintaan Widya begitu saja. Dia membawa perempuan ini ke pinggir kolam tapi bukan di dekat tangga, hanya saja sudah tidak di area yang dalam. Agar orang lain tidak bisa melihat d**a Widya, David sengaja merapatkan tubuh perempuan ini ke dinding kolam sekarang. “Apa gue sudah bisa melakukannya?” tanya David dengan suara serak. Entah kenapa David menjadi sangat terbakar padahal dia sudah sering menyentuh d**a wanita. Jadi bukan pertama kalinya dia mendapatkan pengalaman ini, namun kali ini berbeda. David merasakan keintiman yang begitu jelas di antara dia dan Widya sekarang. Rasanya benar-benar mebuatnya tidak tahan untuk langsung saja meletakkan kedua tangannya di d**a Widya, tapi David harus menahan dirinya. Dia tidak boleh terlihat terlalu antusias. Namun usaha David itu tetap terlihat begitu terang benderang di mata Widya. Wajah mupeng David ini terlihat jelas sampai Widya ingin sekali menamparnya saat ini juga. “Jangan menyentuhnya sebelum saya memberikan aba-aba,” kata Widya dengan gugup. “Oke,” ucap David mengiyakan saja. Dengan perlahan Widya melepaskan tangannya dari dadanya. Tapi karena posisinya berdiri saat ini menenggelamkan bagian dadanya ke dalam air, maka tidak bisa langsung terlihat jelas oleh David, tidak seperti sebelumnya. Dia tentu tidak mau memberikan pemandangan lagi akan bagian privatnya pada pria di hadapannya ini. “Silakan ...” kata Widya mempersilakan seperti janjinya tadi. Senyum di wajah David langsung menjadi lebar layaknya anak kecil yang akhirnya diizinkan untuk bermain keluar rumah setelah belajar seharian. Pria ini dengan pelan menggerakkan tangannya untuk meraih gunung kembar Widya agar tersentuh oleh tangannya. Dekat ... semakin dekat dan semakin dekat ... Lalu— DUKK “ARGHHH!!!” David menjauh dari Widya sembari memegangi bagian pangkal pahanya atau selang kangannya yang baru saja ditendang oleh lutut perempuan ini. Widya tentu saja tidak akan merelakan dirinya disentuh oleh David begitu saja. Dia telah menyiapkan rencana lain yang menguntungkannya. Yaitu menendang burung pria itu ketika Widya sudah mendapatkan kesempatan untuk pergi dari kolam karena sudah berada di area yang dangkal. “RASAKAN! DASAR BAJI NGAN m***m!” umpat Widya sebelum akhirnya meninggalkan kolam karena melihat jika di ruang makan tidak ada orang lagi kecuali Lana. Oh, temannya itu pasti melihat hal menarik sejak tadi dan malah tidak datang untuk membantunya. “Mesra banget!” tanya Lana yang segera meraih celemek makan untuk bisa digunakan untuk menutupi d**a Widya yang ternyata nyeplak. Dia baru sadar ternyata sejak tadi yang membuat Widya tidak kabur dari kolam adalah hal ini. Lana jadi merasa bersalah sudah membiarkan temannya hampir dimangsa oleh buaya darat. “Teman macam apa kamu ini?!” sindir Widya. “Hehe,” Lana cuma cengengesan saja. Dan untuk menebus rasa bersalah, Lana pun membantu Widya kembali ke kamar dengan memastikan dulu tidak ada orang dalam perjalanan mereka menuju lantai 2. Untung saja memang tidak ada sehingga Widya bisa mulus masuk ke dalam kamarnya dengan masih basah kuyup. Lantai kini jadi banyak air karena Widya tidak bisa membuat dirinya kering dulu setelah keluar dari kolam. * * * Di sisi lain, David masih memegangi burungnya yang terasa sangat nyeri. Bayangkan saja rasanya ditendang dengan lutut yang keras, jelas bagian tulang lunaknya ini perlu dikasihani dan mungkin diperiksakan siapa tahu menjadi turun mesin. David masih merada di kolam sembari meredakan rasa sakit yang dia rasakan. Namun kemudian dia tertawa saat mengingat barusan dia telah tertipu oleh Widya. “Ck ... otaknya pintar juga,” gumamnya memuji Widya yang berhasil lolos dari jeratannya. Kini rasa terbakar di tubuhnya sudah reda akan keinginan untuk menyentuh d**a Widya. David beberapa kali menyelam ke dalam air untuk melupakannya dan berhasil. Tapi ingatan akan bentuk gunung kembar dan puttingnya masih akan menjadi kenangan di dalam otaknya. “Benar ... lebih baik seperti ini saja. Kami memang sudah seharusnya tidak pernah ada kontak fisik yang tidak perlu,” gumamnya lagi. David kemudian keluar dari kolam lalu melepaskan kaus putih yang dia gunakan karena menjadi berat sebab basah. Tubuh berototnya menjadi terekspos sekarang dan itu terlihat oleh Widya yang sudah berganti pakaian dan sedang berdiri di balkon kamarnya sembari mengeringkan rambut. Secara kebetulan David mendongak dan mata mereka bertemu. Selama beberapa detik kedua mata mereka terkunci satu sama lain namun Widya segera memutusnya dengan cara berbalik untuk masuk ke dalam kamar lagi. Namun sebelum itu David sudah berteriak padanya memberikan ancaman lain. “MAKAN SARAPANMU ATAU AKU AKAN MELAKUKAN HAL YANG TERTUNDA TADI!” teriaknya. Widya pun berhenti melangkah dan menoleh pada David yang berada di bawah sana dengan tatapan marah. Tapi David tidak peduli, kini dia masuk ke dalam rumah meninggalkan Widya yang tengah berpikir apakah dia harus menurut atau tidak. Sepertinya ... Widya memang harus menurut atau kalau tidak David akan meralisasikan ancamannya ini. Alhasil Widya cepat-cepat keluar dari kamar untuk turun ke lantai 1 tidak lupa untuk menggunakan topinya. Tapi di tengah anak tangga, dia justru bertemu dengan David yang baru saja akan menuju kamarnya. Karena lantai yang masih basah setelah dilewati Widya tadi dengan tubuh basah kuyupnya, Widya hampir saja terjatuh. David pun menangkap tubuh Widya sebelum benar-benar berguling-guling di anak tangga dan bisa saja berakhir patah tulang di sana-sini nantinya. Untung saja itu tidak terjadi. “Pelan-pelan!” David menatap tajam pada Widya yang tidak hati-hati. “Te-terima kasih ...” cicit Widya karena sinar kejahilan di mata David tidak ada saat ini. Kedua tangan David masih memeluk tubuh Widya, dia pun kembali melancarkan aksinya karena terpikirkan untuk balas dendam atas rasa sakit yang dia derita di kolam renang tadi. David membawa tubuh Widya merapat ke tembok di sisi lain tangga lalu memangkas jarak keduanya. “Karena elo ... burung gue bisa aja kehilangan masa depan ...” bisik David. Widya tidak terima dibilang begitu. Karena dia pun hampir saja kehilangan masa depan yang “SUCI” kalau saja dadanya tadi disentuh oleh David. “Kamu juga hampir melecehkan saya tadi,” kata Widya. “Tapi kamu setuju untuk gue sentuh,” timpal David. “Itu karena tadi kamu mengancam saya!” balas Widya tidak mau kalah. David berdehem saat indera penciumannya menangkap wangi dari tubuh Widya. Dia kini menjulurkan kepalanya melewati wajah Widya yang Widya pikir kalau David hanya akan berbisik di telinganya lagi. Tapi pria ini justru melakukan hal yang jauh dari prediksinya. CUP “DAVID!” Widya berteriak marah untuk David yang baru saja mengecup lehernya. Dia juga langsung mendorong David agar menjauh darinya dan pria itu malah terlihat tertawa sekarang bukannya merasa bersalah. “Itu sebagai ganti dari burung gue yang lo sakiti,” kata David lalu dengan cepat naik ke lantai 2 sebelum Widya memukulnya. Kesabaran Widya benar-benar selalu harus diuji setiap berhadapan dengan David. Kini pria itu telah berhasil menyentuh bagian lehernya setelah menciumnya! Masih bisa Widya rasakan sentuhan bibir David di lehernya yang terasa panas dan lembab. “Arghhh!! Dasar pria b******k!” * * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN