Pagi pukul 8, David sudah membuka mata karena Mario terus menghubunginya. Ada telepon penting yang tidak bisa David abaikan katanya karena ada tawaran masuk untuk artis mereka dari produser film terkenal di Korea Selatan. Mata David yang masih terkantuk-kantuk pun harus dipaksa bangun demi bisa menerima telepon. Dia tidak boleh melewatkan kesempatan ini karena pihak mereka sendiri yang menghubungi dan bukannya David. Jadi pasti ada salah satu artis yang sangat menarik perhatian mereka. Ingin sekali David tidur lagi tapi sudah pukul 10, pukul 12 nanti dia harus check out dan beralih untuk menyapa tetua di keluarganya bersama sang istri. Dan kini gantian baterai ponselnya yang hampir habis karena dipakai untuk bertelpon lama sekali. “Widya!” David sudah berada di depan pintu kamar istrin