Tekat Ramda

1006 Kata
Rasanya benar-benar aneh dan canggung. Saya sangat malu. Hal ini sungguh seharusnya tak mungkin dan tak pernah terjadi. Kenapa hidup saya yang menyenangkan mendadak jadi begini?    Tak pernah terbesit sedikit pun dalam pikiran saya bahwa hal ini akan terjadi. Perut besar itu nampak begitu tinggi. Kulihat Fikri menunduk, takut pandangannya akan membuat saya tersinggung, tak nyaman, dan sakit hati. Sementara dokter Wasis mulai meletakkan tangannya di bagian bawah perutku.    Sesuatu di dalam sana mulai bergerak lagi. Ia sepertinya menyukai sentuhan di perut. Ia selalu bereaksi tiap kali ada yang menyentuh.     "Di bawah ini adalah bokongnya." Dokter Wasis memindahkan tangannya ke bagian atas perutku. "Kepalanya masih di atas. Tapi itu wajar. Nanti akan berputar saat kandungan usia 7 - 9 bulan. Tergantung ukuran janin."    Dokter Wasis akhirnya kembali menurunkan kemejaku. Ada sedikit rasa lega dalam hatiku karenanya. Karena tak harus semakin lama menahan malu.    "Dari ukurannya, sepertinya usianya antara enam sampai tujuh bulan. Saya nggak punya alat untuk menghitung detak jantung janin. Karena itu memang bukan spesialis saya. Saya akan merujuk Tuan Ramda ke poli obgyn. Sekalian untuk melakukan USG. Untuk memastikan umur sebenarnya janin itu. Dan juga untuk memastikan segala hal. Karena dari meraba saja sama sekali tidak akurat." Dokter Wasis bicara panjang lebar dengan tenang. Meskipun saya tahu dokter Wasis sebenarnya juga bingung dengan kondisi saya. Sekarang saya mengerti kenapa dulu ia menatap saya aneh ketika dirawat di sini. Ternyata ini sebabnya. Ada janin di dalam rahim saya, yang notabene adalah seorang laki-laki. *** Saya dan Fikri berjalan gontai menelusuri lorong demi lorong. Kami menaiki lift menuju poli obgyn yang berada di lantai empat. Antrean di poli obgyn membuat saya menganga. Banyak sekali wanita hamil beserta suami di sana. Semua orang pasti akan menatap aneh jika saya dan Fikri berada di antara mereka. Syukurlah saya tadi memakai parka yang ada kupluknya. Saya segera memakai kupluk itu. Dengan begini, tidak akan terlalu kelihatan bahwa saya laki-laki. Meskipun mereka pasti akan tetap heran dengan tinggi badan saya. Tak apa, daripada viral sebagai laki-laki yang hamil. Setelah menyerahkan surat rujukan ke dalam poli, saya dan Fikri duduk menunggu. "Tenang, Ram. Kita akan cari solusinya. Rukyah untuk kasus gangguan jin seperti ini, ada cara khusus. Aku dan Ayah belum pernah melakukannya, dan masih akan mendalaminya. Kami akan membantu kamu sebisa kami." Fikri nampak tulus. Sejujurnya aku terharu dengan totalitasnya membantu saya. Meskipun sampai detik ini saya masih belum mau percaya. "Makasih, Fikri. Tapi kepastiannya masih akan kita lihat. Dokter Wasis tadi hanya meraba. Itu nggak akurat." "Iya, Ram. Aku ngerti." Setelah cukup lama menunggu, tiba giliran saya untuk diperiksa. Dokter obgyn muda bernama Kai itu mempersilakan kami duduk. "Saya sudah membaca surat pengantar dokter Wasis. Dan kasus Anda sebenarnya sudah menggemparkan ruangan dokter saat Anda dirawat. Tapi tenang, kami dokter sudah disumpah untuk tidak menyebarkan kondisi pasien--apa pun itu--pada pihak luar, tanpa persetujuan pasien. Jadi rahasia Anda akan aman terjaga. Dan kami juga bersedia sepenuhnya membantu persalinan nanti." Ia menjelaskan dengan tenang. "S-saya benar-benar masih belum menerima ini. Dan tidak akan menerima dan percaya sampai ada bukti yang nyata." Saya menjelaskan dengan terbata. "Silakan Anda berbaring." Dokter Kai langsung tahu maksud saya. Sekali lagi saya harus merasakan hal canggung ini di hari yang sama. Saya begitu malu, namun di saat bersamaan juga ingin segera mengetahui yang sebenarnya. Dokter Kai menyibak kemeja putih saya. Ia memberi gel pada bagian bawah perut saya, lalu mulai meletakkan alat USG di sana. Membuat pergerakan ke sana dan ke mari. Muncul di layar begitu jelas. Karena ini adalah USG 4 dimensi. Ya Tuhan ... itu benar-benar bayi. Ini tidak bisa dipercaya. "Bayi Anda perempuan, sehat. Saat ini usianya 26 minggu. Detak jantungnya pun normal, sangat baik. Anda adalah seseorang yang istimewa. Selamat Anda akan menjadi seorang ayah sekaligus seorang ibu." Dokter Kai tersenyum lembut. Sebaliknya saya justru membuang muka. Jadi saya benar-benar sedang hamil. Bukankah ini gila? Tanpa sadar air mataku menetes. Bukan karena senang. Justru saya merasa sangat terbebani, malu, marah, jijik pada diri saya sendiri, semua bercampur menjadi satu. *** Rupanya Ibuk, Ayah, dan kedua kakak perempuan saya belum pulang. Mereka masih betah di rumah Roje. Tadi di sepanjang perjalanan pulang, Fikri berjanji akan membantu saya menyingkirkan bayi setan ini dari diri saya. Ia akan mempelajari cara rukyah bersama Paklik Hidayat.    Fikri bilang cara rukyah untuk kasus seperti ini berbeda. Iya kalau proses belajar mereka cepat. Kalau lama? Bagaimana kalau tiba-tiba bayi setan ini akan lahir? Membayangkannya saja saya merinding dari ujung kaki sampai kepala. Saat ini saya sedang berada di dapur. Tepatnya di depan kulkas. Saya membuka pintu benda tinggi dan besar itu. Ada pepaya muda, dan nanas. Saya seperti mendapatkan jalan terang. Saya tadi sudah banyak membaca artikel di internet tentang bahan-bahan yang jika dikonsumsi dala jumlah banyak, bisa untuk mengugurkan kandungan. Hey, saya pikir ini tidak dosa. Justru ini adalah usaha saya untuk terbebas dari jerat setan. Bayi setan ini harus segera disingkirkan sebelum benar-benar lahir. Seperti kata Paklik Hidayat, hitungan waktu di dunia manusia dan dunia mereka berbeda. Tak ada yang tahu sejauh mana perkembangan kehamilan ini. Bisa jadi besok dia akan lahir. Atau bahkan hari ini? Itu tidak boleh terjadi!    Pepaya muda mengandung lateks dalam getahnya. Itu ampuh untuk menggugurkan janin jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Dan nanas sejak dulu dipercaya membuat rahim panas. Fungsinya sama seperti pepaya muda jika dikonsumsi banyak. Jika keduanya dipadukan, pasti akan semakin ampuh. Saya segera mengiris keduanya dalam potongan kecil, kemudian menghaluskan keduanya secara bersamaan menggunakan blender. Selesai, saya tidak mau mengulur waktu dengan memindahkannya ke gelas. Saya langsung meminum semuanya langsung dari tabung blender. Saya segera membereskan semuanya untuk menghindari kecurigaan jika sewaktu-waktu keluarga saya pulang. Selanjutnya saya masuk kamar, menunggu reaksi selanjutnya. Entah ramuan tadi berfungsi untuk bayi setan atau tidak. Semoga saja berfungsi, karena ia sedang bertumbuh dalam tubuh manusia. Ayo, cepatlah bereaksi. Saya sudah tidak sabar menunggu makhluk itu mati. Saya sudah muak membawanya dalam diri saya. Membuat saya merasakan banyak hal aneh dan tidak nyaman. Terkutuk lah jin wanita tak tahu diri itu. Saya bersumpah akan belajar dari Paklik Hidayat cara menghanguskan jin yang suka iseng. Biar jin-jin nakal lenyap dari muka bumi ini. Saya benar-benar ingin semuanya kembali normal seperti sedia kala. Seperti saat hidup saya begitu indah. Sebelum Nina datang dan menghancurkan semuanya.    *** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN