Gelap dan Hujan

1873 Kata

Sejatinya, dia adalah prioritas utama yang tidak tergantikan. "Mereka akan kembali sebentar lagi. Bisa kan sendirian? Lampunya juga akan hidup segera." Jazmin mengangguk sembari memegang senter besar di tangannya, wanita itu mengikuti Aksa yang berjalan ke arah pintu depan. "Aku berani, kok." Gemuruh petir diluar sana mulai terdengar dan sepertinya gerimis. Sudah pukul 18.30 dan hari juga sudah gelap. Mati lampu secara tiba-tiba dan Juna serta Jeremi belum juga pulang. Aksa sebenarnya tidak tega meninggalkannya sendirian, apalagi tadi Jazmin memintanya untuk tinggal, tapi Aksa tolak karena dia harus segera pulang ke rumah. Dia tidak ingin Mika semakin curiga dan berakhir mendatangi Jazmin. "Ya, kau memang anak pemberani," ucapnya. telapak tangannya ia letakkan di dahi Jazmin untuk me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN