Perspektif mereka sangat berbeda, mana mungkin bisa disatukan. "Jadi, kau yang namanya Jazmin?" Mika menatap perempuan yang ada di depannya dari atas hingga ke bawah. Tubuhnya lebih kecil dari Mika dan sangat manis dengan lipatan mata ganda di bagian kanan. "Silahkan duduk saja dan jangan ragu," sambung Mika lagi, dia menyuruh Jazmin untuk duduk di hadapannya. "Terima kasih," jawab Jazmin dengan sopan. Lalu, duduk seperti tawaran dari Mika tadi. Di mejanya sudah ada jus jeruk, tapi dia bingung itu untuk siapa karena dia belum memesan. Mika masih memperhatikan Jazmin secara mendetail, apalagi rambut wanita itu yang sedikit keriting ikal dan membuat fitur wajahnya semakin cantik. Cukup terkesan untuk Mika, tapi tidak secantik itu untuk mengalahkan kecantikannya dan itu fakta. Mungkin, seb