Pagi yang dingin, selesai shalat, Adrea kembali bergulung di dalam selimut. Rasanya malas sekali melakukan apapun. Mengingat dirinya yang terikat pada Alfan, membuat rasa kesal makin memuncak. Adrea berbaring miring, melamunkan hidupnya. Kebebasannya benar-benar terenggut saat ini. Belum lagi ia akan menghadapi orang tua Alfan, jika laki-laki yang saat ini menjelma menjadi setan itu membawanya pulang. Rasanya ingin kabur saja. Atau ia memang harus kabur. Tapi Adrea takut Alfan akan menemukannya. Kenyataan jika Alfan adalah anak pemilik perusahaan besar, maka tidak ada hal yang tidak mungkin untuk menemukan dirinya walau di sarang tikus. Adrea menghela nafas panjang, lelah. Walau ragu, sebenarnya, ia sudah mengajukan cuti seminggu yang lalu. Tok ... Tok ! "Rea ... Kopimu sudah aku siapk