“Sudah sampai!” ucap Yongki sambil memarkirkan mobilnya.
Setelah mobilnya masuk ke dalam garasi, Mereka semua turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah. Sementara baby Kimmy masih tertidur pulas dalam pangkuan Reno.
“Ayo kita lanjut makan,” ucap Yongki sambil menuju ke dapur yang diikuti oleh Dicka.
Sementara Reno bergegas masuk ke kamar untuk menidurkan baby Kimmy. Namun, setelah ia tidurkan, baby Kimmy terbangun lagi dan menangis lagi. Reno pun langsung menggendongnya kembali dan menimang-nimang bayi itu.
"Cup-cup, Sayang jangan nangis, pasti kamu lapar," ujar Reno. "Di, Ki, buatkan s**u untuk Kimmy!"
"Nah kan, nangis lagi. Aku buatkan s**u dulu deh, kasian dia kelaparan," ujar Dicka.
"Oke, kalau begitu, aku makan duluan," ujar Yongki sembari mengambil nasi ke piringnya.
Sesudah Dicka membuatkan s**u, ia pun langsung bergegas menuju ke kamar. Dicka pun memberikan botol s**u itu kepada Reno dan berkata, "Ren, nih susunya,"
"Oh, makasih, Di. Untung kamu cepat kemari, telingaku bising nih, gara-gara dia nangis terus," cetus Reno.
"Sabar! Namanya juga bayi," balas Dicka.
Dicka langsung meninggalkan kamar itu, dan menuju ke ruang makan lagi.
Ia menghampiri Yongki yang sedang makan sedari tadi.
“Besok aku mau berangkat pagi-pagi. Karena besok awal aku bekerja.” sahut Dicka membuka obrolan saat makan bersama di ruang makan.
“Yaudah, nanti kalau bisa, sekalian saja urusin masalah baby Kimmy. Biar aku gak bolak-balik ke kantor polisinya,” ucap Yongki sambil menuangkan air ke dalam gelasnya.
“Ya nanti diusahakan," ucap Dicka singkat.
Tidak lama kemudian, Reno pun datang. Dan langsung ikut makan bersama. Reno juga memberitahukan kepada mereka jika besok, ia harus berangkat pagi-pagi. Karena besok adalah jadwal untuk daftar bekerja di Advokat kota Petra.
Jadi untuk sementara itu, Yongki lah yang akan mengasuh baby Kimmy. Karena jadwal kerjanya sore hari. Setelah makan bersama, mereka pun membereskan meja makan dan langsung menuju ke ruang keluarga untuk beristirahat.
Sementara di tempat lain
“Ya Tuhan, aku harus kemana lagi? Kenapa kakakku tidak bisa di hubungi! Apa dia baik baik saja?” gumam Nadya sambil menyalakan layar HPnya.
Seketika ia tersadar bahwa ia berada dalam kesendirian. Duduk di tempat yang sunyi dan remang-remang. Air mata Nadya mulai membasahi pipinya. Menangis dalam kesunyian. Seakan Kesunyian itu menjadi pisau tajam yang menjerat, memberikan siksaan dalam bentuk yang tidak terlihat.
“Kenapa hidup ku harus seperti ini! Aku sangat merindukan kakakku. Hanya dia satu satunya, keluarga yang aku punya,” isak Nadya.
Tiba tiba, ada sebuah pesan singkat dari Bi Inah. Dia memberi pesan kepada Nadya untuk lebih waspada. Karena pamannya, entah esok atau lusa akan segera mengetahuinya. Dan ia pun memberi saran untuk mengganti nomor ponselnya. Sebab, pasti akan mudah dilacak lewat ponselnya untuk menemukan dirinya. Ketika Nadya hendak menanyakan kabar kakaknya, tiba-tiba ponselnya mati seketika.
“Ahh, sial!” ungkap Nadya kesal.
“Kenapa tadi aku tidak ikut saja sama mereka! Kalo sudah begini nyesel aku,” gumam Nadya. Ia teringat akan tawarannya Yongki.
“Ah, sudahlah. Ngapain mengingat kejadian tadi, toh bukan siapa-siapanya aku. Sekarang tujuannya adalah nyari hotel,” pikir Nadya.
Nadya pun langsung berjalan menuju hotel yang paling dekat. Maklum kota Petra sangat strategis dan ramai sampe malam pun. Banyak bangunan tinggi dan jajaran toko-toko besar dan kantor pusat lainnya.
Setelah menemukan hotel yang di tuju, Nadya pun langsung segera beristirahat. Karena esok harus bangun lebih awal. Untuk mempersiapkan diri menghadapi pahitnya dunia. Entah bisa lolos lagi atau tidak hanya itu yang ada di pikiran Nadya saat ini.
"Ya ampun, aku sampai tidak ingat membeli baju, tak apalah. Pakai baju ini saja dulu, soal besok, gimana nanti saja," pikirnya.
***
Suasana pagi hari, mentari terbit menyinari alam semesta. Memberikan senyuman kemilau seperti berlian yang tersinari oleh sang fajar. Saat matahari menampakan sinarnya, terdengar suara tangisan bayi yang begitu bising. Seolah memberi isyarat untuk membangunkan mereka agar segera membuka mata dan bersiap menuju aktivitasnya masing-masing.
“Ah, ya ampun Kimmy sudah bangun ya, selamat pagi Sayang,” ucap Dicka sambil menggendong Kimmy. Sementara Reno dan Yongki masih terlelap tidur.
“Gaesss! Bangun dah siang nih,” teriak Dicka.
Dicka pun membangunkan mereka berdua sambil teriak-teriak. Sontak saja mereka berdua pun kaget.
“Biasa aja dong ahh! bangunin orang seperti berada di hutan aja,” cetus Reno.
“Nih anakmu sudah bangun sedari tadi, kamu gak malu apa keduluan bangun sama bayi,” tutur Dicka.
"Iya-iya bawel amat sih," ketus Reno.
Sementara Yongki sudah langsung bangun tanpa basa-basi lagi dengan mereka. Ia segera pergi ke kamar mandi. Sedangkan, Dicka dan Reno masih bercanda ria dengan baby Kimmy.
Tidak lupa juga mereka berdua segera menyiapkan untuk sarapan pagi. Kimmy mulai nyaman dengan mereka adanya mereka. Suasana di rumah Yongki semakin ramai dengan kehadiran mereka apalagi di tambah adanya seorang bayi.
Aktivitas di pagi hari terasa singkat. Mereka bertiga langsung sarapan bersama. Sesudah sarapan, Dicka langsung menuju ke kamar mandi sedangkan Reno sibuk mencuci piring. Sementara, Yongki sibuk memandikan Kimmy. Yongki lihay mengurus bayi, Padahal bukan dokter anak melainkan dokter ahli bedah. Semua sudah beres, Kimmy pun sudah di dandani dengan cantik oleh Yongki. dengan baju warna putih dipadu dengan bandana pita warna salem. Membuat Kimmy terlihat semakin cantik dan lucu.
Setelah semuanya sudah siap, mereka pun segera berangkat ke kantornya masing-masing. Kecuali Yongki, karena masuk kerja nya sore hari.
“Sekarang aku anterin kalian, tapi next berangkat sendiri sendiri yah hehe,” canda Yongki sambil menggendong Kimmy.
Sekarang giliran Yongki yang menggendong Kimmy. Karena mereka berdua akan segera berangkat kerja. Untuk mengemudi mobil, Dicka lah yang akan mengemudikannya.
Ketika di perjalanan, lampu merah pun menyala. Semua kendaraan pun berhenti guna mematuhi peraturan lalu lintas. Sambil menunggu lampunya berwarna hijau, Yongki dan kedua temannya sempat bercanda ria dengan Kimmy.
Tiba-tiba Kimmy kegirangan ketika melihat keluar jendela mobil. Ia melihat sosok perempuan cantik. sepertinya Kimmy menyukai perempuan itu.
“mamamama!"
Begitulah yang diucapkan Kimmy dengan riang ketika melihat ke arah perempuan itu.
“Lihat apa sih Sayang?” ucap Yongki sambil menoleh ke arah yang di tuju Kimmy.
Ketika Yongki berpapasan dengan wanita itu, sontak saja Yongki pun kaget terpesona. Mata nya terbelalak melihat kecantikan wanita itu.
“Itukan...." Yongki menatapnya dengan serius ke arah kaca jendela mobil.
“Siapa?” ucap Reno penasaran.
Reno lirik sana-sini tapi tidak menemukan hal yang aneh. Begitu juga Dicka yang masih fokus menunggu lampu lalu lintas menyala warna hijau, namun sesekali ia menengok saking penasarannya. Akan tetapi, tiba-tiba suara klakson mobil yang di belakang berbunyi memberi isyarat bahwa lampu lalu lintas sudah menunjukan berwarna hijau. Tandanya mobil mereka harus melaju lagi. Dicka pun langsung bergegas menancapkan gas mobilnya dengan cepat. Sementara, Reno masih penasaran Siapa yang dilihat Yongki dan Kimmy tadi.
"Tadi yang kamu liat itu siapa Ki? ucap Dicka sambil fokus mengemudi.
“Siapa? Tidak ada kok,” ucap Yongki singkat.
Padahal dalam hatinya ia masih penasaran dengan wanita itu.
“Aku penasaran, tapi kok aku perhatikan, kamu seperti gelisah! Seperti memikirkan sesuatu gitu! Oh, atau jangan-jangan yang tadi itu rentenir, makanya kamu kaget saat melihatnya,” celetuk Reno sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ehh, sembarangan ya kalo ngomong! Masa ganteng-ganteng gini banyak utang! Yang benar saja,” ucap yongki menyunggingkan bibirnya.
“Iya-iya aku tau! kamu anak orang kaya, mana mungkin punya utang. Terus yang kamu lihat itu siapa dong?” ucap Reno penasaran.
“Ada deh, mau tau aja,” jawab Yongki sinis.
Bersambung