"Mbak Sonya sudah di sini, Pak." Aku melirik sedikit, saat Pak Anggit mendongak dari lembar dokumen yang ditekurinya, aku memutarkan pandangan menyisir ruangan ini. Membosankan. Ruangan ini mirip ruang kepala sekolah di SMA-ku dulu. Selain meja kerja, ada set sofa berbahan kulit, rak kaca dengan pinggiran ukiran kayu yanh memajang berbagai plat penghargaan dan foto-foto dengan tokoh penting, serta hiasan tanaman di pojok ruangan. "Silakan duduk," ujar Pak Anggit yang pastinya ditujukan padaku. Lalu Pak Anggit beralih menatap Bayu dan memberinya anggukan disertai senyuman tipis. "Kamu jangan pulang dulu, tunggu di luar." "Baik, Pak," balas Bayu tersenyum. Aku begidik, pandangan apa itu? Lantaran aku belum bergerak dari tempatku berdiri, Bayu memberi gestur ala abdi dalem, menyuruhk