Aku siap menjadi janda. Kalimat itu terus terngiang-ngiang. Tertanam kuat. Terekam jelas. Dan tidak bisa dilupakan dengan mudah. Yoga ingat bagaimana wajah Fani, intonasi Fani, dekapan yang terlepas, dan sorot mata yang terus-terusan membuatnya mimpi buruk. Ponsel Yoga sedari tadi berdering. Nama Helena muncul berulang kali. Dibiarkannya panggilan itu sampai sang pemanggil lelah dan berakhir dengan mengakhiri usahanya dalam mengusik Yoga. Empat puluh tujuh panggilan tak terjawab. Yoga mengambil ponselnya, kemudian memencet kontak bertuliskan nama Helena. Begitu nada tersambung, di dering kedua, Helena mengangkat telfon dari Yoga. "Kenapa ditelfon nggak—" "Aku nggak bisa ke sana malam ini. Kamu tidur saja." Suara decakan Helena memenuhi pendengarannya. "Karena siapa? Fani pasti." Yo