“Maaf, Pak. Maaf...,” entah berapa kali ia meminta maaf sejak masuk tadi. Pak Habib yang sekaligus dosen pembimbingnya menggelengkan kepala akan banyaknya kesalahan yang ia buat pada laporannya kali ini. Hingga urat saraf lelaki itu menegang dan kini memilih menghembuskan nafas. Emosi itu ia tahan karena tak mau menjatuhkan mental anak didiknya. Ini laporan terparah yang pernah ia lihat. Walau begitu, ia sadar betul jika Aisha nampak berbeda dibanding terakhir bertemu. Kini gadis itu tak bersemangat bahkan tak bisa fokus sama sekali. Sedari tadi ia menjelaskan, gadis itu malah melamun. “Sekarang pulang lah. Jangan kembali kesini jika kerjaanmu masih tak beres. Dan kamu masih belum bisa berkonsentrasi.” Tuturnya lalu menyingkir-kan laporan Aisha dari depan matanya. Gadis itu masih memin