"Ya sudah, kalau begitu ayo kita ke meja makan" Yudha mengangguk dan beralih menatap Wisnu dan Aruna. Dan kemudian mereka berdiri dan berjalan menuju meja.
Setelah tiba di sana mereka segera duduk di kursi masing-masing. Namun Wisnu tetap terdiam dan sibuk bergulat dengan pikirannya. Ia merasa dilema ingin memberitahu Yudha dan Paula yang sebenarnya atau tidak, sebab ia yakin mereka akan marah padanya. Tapi jika ia berbohong maka mereka akan lebih marah jika mereka mengetahuinya suatu saat nanti.
"Wisnu, kamu baik-baik saja?" Yudha bertanya saat ia menyadari temannya yang hanya diam saja sedari tadi.
Wisnu terperanjat. "Eh. I-Iya, aku baik-baik saja kok" jawabnya tersenyum canggung.
"Yakin kamu baik-baik saja?" Yudha mengangkat satu alis. "Tapi kok kamu terlihat gelisah gitu. Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Katakan saja mungkin kami bisa bantu"
"Benar, jika kamu sedang ada masalah cerita saja pada kami. Barangkali kami bisa membantu" Paula mengangguk dan terlihat setuju dengan yang dikatakan oleh suaminya.
Aruna hanya terdiam dan melirik ke arah Wisnu tanpa mengatakan apa-apa, ia bertanya-tanya apakah pamannya akan mengatakan yang sejujurnya atau tidak.
Wisnu menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. "Jadi begini, sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan pada kalian" ia akhirnya bersuara.
"Kalau begitu ceritakan saja" jawab Yudha menganggukkan kepala.
Namun Wisnu terdiam sejenak dan menundukkan kepala, membuat Yudha dan Paula bertanya-tanya sebenarnya apa yang ingin pria itu ceritakan.
"Sebenarnya... Aretha melarikan diri" Wisnu berkata, sontak Yudha dan Paula membulatkan mata setelah mendengar kalimat tersebut.
"Melarikan diri?" Yudha mengerutkan dahi. "Lalu siapa gadis yang kamu bawa ini? Bukankah dia Aretha, anakmu?" ia bertanya dan beralih menatap Aruna.
"Bukan" Wisnu menggeleng. "Tapi dia adalah Aruna, ponakanku" jawabnya dengan kepala yang tertunduk. "Karena Aretha telah menghilang sejak tadi pagi"
Yudha menghela nafas dan mengalihkan pandangan setelah mendengar yang dikatakan oleh temannya. "Jadi kamu sengaja membawa ponakanmu untuk dijodohkan dengan anakku?" tanyanya beralih menatap Wisnu.
"Enggak, Om" jawab Aruna dan Yudha beralih menatapnya. "Tapi tadi malam kak Aretha memang meminta saya untuk menggantikannya menikah dengan pria yang dijodohkan dengannya, karena dia enggak mau dijodohkan. Ditambah dia juga memiliki kekasih" jelasnya dengan kepala yang tertunduk.
"Lalu kenapa kamu menerima permintaannya begitu saja?" Yudha bertanya dengan datar dan menatap Aruna dengan dahi yang mengerut.
"Karena saya sudah berjanji akan melakukan apapun yang dia minta" jawab Aruna dengan kepala yang tertunduk. "Saya tahu kalau Om dan Tante kecewa dengan kenyataan ini, tapi kak Aretha tetap enggak mau dijodohkan. Itu sebabnya kenapa dia memilih untuk melarikan diri, sebab dia tahu Om Wisnu akan memaksanya untuk tetap menikah dengan anak kalian meskipun dia telah meminta saya untuk menggantikannya"
Yudha menghela nafas dan menundukkan kepala sambil memijat pelipisnya, ia tidak menyangka perjodohan yang telah ia rencanakan malah berakhir seperti ini. Padahal, ia sudah bersusah payah untuk membujuk anaknya agar mau menerima perjodohan itu.
Paula yang menyadari itu memegang bahu suaminya dan mengusapnya perlahan. "Ya sudah, enggak apa-apa. Sebaiknya kita biarkan saja gadis ini menggantikan Aretha. Lagipula, Evan kan sudah setuju dengan perjodohan ini" ia berkata dan berusaha untuk menyakinkan suaminya untuk tidak membatalkan perjodohan itu.
"Aku minta maaf, Yud. Aku tahu kalau aku salah, tapi aku enggak punya pilihan lain selain membiarkan Aruna menggantikan Aretha. Ditambah aku enggak tahu di mana Aretha berada sekarang" Wisnu berkata membuat Yudha dan Paula beralih menatapnya.
Yudha menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, mencoba untuk menahan emosinya. "Baiklah, kalau begitu enggak apa-apa Aruna menggantikan Aretha. Dan perjodohan ini akan tetap berjalan sesuai yang kita inginkan" katanya.
Sebuah senyuman terukir di wajah Paula saat mendengar yang dikatakan oleh suaminya. "Benar, aku juga setuju jika Evan menikah dengan Aruna. Karena ia bukan hanya gadis yang cantik tapi juga baik, meskipun aku baru bertemu dengannya" ia berkata dan menatap Aruna.
Aruna tersipu. "Terima kasih, Tante. Saya berjanji enggak akan mengecewakan Om dan Tante. Dan saya akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk anak kalian" ia tersenyum dengan kepala yang tertunduk.
"Sama-sama, sayang" jawab Paula menatap Aruna dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Ngomong-ngomong, ke mana Evan? Kenapa ia belum keluar juga dari kamarnya?" Yudha bertanya dan menoleh ke arah istrinya.
"Oh, iya, ke mana anak itu" Paula berkata saat ia teringat Evan yang sedari tadi belum muncul juga. "Kalau begitu biar aku panggilan dulu, ya. Mungkin ia masih bersiap-siap" ia bangkit dari sofa dan hendak berjalan menuju tangga. Namun ia berhenti saat melihat anak semata wayangnya yang sedang berjalan menuruni tangga.
"Ibu mau ke mana?" Evan bertanya dan menuruni anak tangga satu-persatu, ia terlihat rapih dengan setelan yang kasual namun membuatnya tetap terlihat tampan.
"Ibu mau menyusul kamu ke kamarmu, soalnya kamu belum juga turun" jawab Paula, menatap Evan dan tersenyum.
Evan hanya mengangguk dan berjalan menuju meja makan, lalu ia duduk di salah satu kursi yang masih kosong. Sedangkan Paula, ia kembali duduk di kursinya.
"Aruna, ini anak kami yang nantinya akan menikah denganmu" Paula berkata dan beralih menatap Aruna.
Perlahan Aruna mengangkat kepala, namun matanya melebar saat mengetahui pria yang dijodohkan dengan sepupunya memanglah Evan, bos di kantornya yang baru. "Pak Evan?" secara refleks kalimat tersebut keluar dari mulutnya.
Evan yang sedang merapikan pakaiannya pun menoleh ke arah Aruna, namun matanya juga melebar saat melihat gadis itu. "Kamu? Kamu karyawan baru itu, kan?" tanyanya dengan dahi yang mengerut.
"Lho, kalian sudah saling kenal?" Yudha bertanya dan menatap Evan dan Aruna secara bergantian.
"Sudah, Om" jawab Aruna menganggukkan kepala. "Pak Evan adalah bos ditempat kerja saya yang baru. Dan kemarin kami enggak sengaja bertemu"
"Itu bagus" Paula mengangguk dan yang lain menoleh ke arahnya. "Karena itu berarti kami enggak perlu memperkenalkan kalian lagi" ia berkata dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Benar" jawab Yudha menganggukkan kepala.
"Tunggu," Evan berkata dan yang lain beralih menatapnya. "Jadi gadis yang akan dijodohkan denganku adalah Aruna?"