Pada hari Selasa siang, Ratu Casilda Wijaya yang tengah menyuapi adiknya makan, karena kedua orang tuanya sibuk menghabiskan waktu berdua di kantin rumah sakit sebagai kencan kecil mereka setelah lama berpisah, tiba-tiba mendapat telepon dari Renata, manager Arkan.
“A-apa? Ma-maaf, tapi kenapa harus ke sana, ya?” tanyanya dengan nada heran.
“Ada yang ingin aku bahas tentang Arkan. Tolong datang ke sini, ya! Aku mohon sekali kepadamu, Casilda,” pinta Rena dengan nada suara memohon dibuat-buat, tapi kembali melanjutkan dengan nada antusias, “kata Garvin, kamu itu adalah asisten baru Arkan yang luar biasa. Jadi, aku sangat tertarik mendengar ceritamu secara langsung tentang hari Sabtu lalu. Nah, sebagai gantinya kamu mau datang ke sini, bagaimana kalau aku pesan 5 kotak ayam krispi?”
“Ba-baiklah....”
Casilda yang kebingungan akhirnya hanya menatap layar ponselnya usai berbicara dengan manager Arkan. Entah bagaimana wanita itu bisa mendapatkan nomor teleponnya.
“Kenapa, kak? Ada masalah dengan suami rahasia, kakak?” goda Danish, terkikik geli melihat kakaknya yang tampak bingung mendapat telepon dari manager suaminya.
“Kamu ini, ya! Suka sekali menggoda kakak! Baru juga pulih sudah berani minta dijitak!” koar Casilda pura-pura marah, lalu tertawa bersama sang adik dengan wajah cerahnya.
Walaupun dia mendapat telepon dadakan dan sangat aneh dari wanita yang baru hanya sekali ditemui di panti asuhan dulu, setidaknya melihat adiknya sehat dan keluarga kecilnya bahagia tanpa masalah, membuat apa pun kesulitan yang Arkan berikan kepadanya seolah-olah tidak ada artinya.
Sejak hari Minggu lalu mendapati dirinya tidur bersama dengannya hanya ditutupi sebuah selimut tebal, Casilda pikir untuk 3 hari ke depan dia bisa bebas dari virus menyebalkan bernama Arkan sang Top Star, tapi malah harus bersinggungan dengan hal yang ada kaitannya dengan suami berengseknya itu.
Hati sudah tenang dan damai menerima perselingkuhan Arkan, kini liburan menyenangkannya yang sangat berharga dan langka malah kacau balau!
Sesampainya di kedai, Casilda mendapat sambutan hangat dari Bu Hamidah dan Cindy, bahkan saat tahu akan bertemu dengan manager Arkan, wanita pemilik kedai itu tampak sangat antusias dan berseri-seri.
“Oh! Jadi, dia ingin bertemu denganmu secara pribadi, ya? Kira-kira karena apa? Apa dia mau mencoba ayam krispi kita lalu memilihnya untuk acara besar perusahaan?”
Casilda yang sibuk mengepak pesanan Renata yang ternyata sudah ditelepon duluan ke kedai sebelum dirinya dihubungi, hanya mengedikkan bahu malas.
“Saya tidak tahu, Bu Hamidah. Mungkin saja ada masalah dengan pesanan mereka sebelumnya, makanya mau beli banyak untuk sampel laboratorium?”
Bu Hamidah memukul sebelah bahunya penuh canda, “kamu itu bisa saja. Mana ada yang seperti itu kalau dia pesan sebanyak ini? Apalagi tidak ada keluhan apa pun darinya, kan?”
“Memangnya dulu kakak dan Kak Ryan benar-benar hadir di panti asuhan itu, ya? Benar-benar ketemu Arkan sang Top Star dan supermodel Lisa secara bersamaan? Bagaimana rasanya berhadapan langsung dengan kedua orang terkenal itu? Kenapa kakak tidak foto bersama mereka sebagai bukti, Kak? Bukankah itu seperti jackpot?” imbuh Cindy dengan wajah berseri-seri penasaran. Membawakan beberapa minuman sebagai bonus pesanan Renata.
Semenjak foto bersama Arkan, Cindy sudah seperti penggemar sejati sang aktor. Dia bahkan memamerkan fotonya di dinding kedai dalam bingkai raksasa atas saran Bu Hamidah. Katanya, selain bikin bangga dan pamer kepada banyak orang, juga bagus untuk menarik perhatian pembeli.
Semakin banyak pembeli datang ke kedai karena foto tersebut, maka Cindy bisa mendapat bonus tambahan di akhir pekan.
Istri Arkan sang Top Star sangat yakin kalau ucapan manis Bu Hamidah hanya akal-akalan licik semata untuk menjadikan foto tersebut sebagai pengganti poster iklan yang diinginkannya selama ini.
Cindy yang sangat polos, akhirnya dengan sangat mudah dikelabui begitu saja demi keuntungan kedai mereka.
Mata Casilda melirik sekilas pada foto baru di seberang ruangan, menghela napas berat sesaat lalu membalas ucapan wanita muda berpenampilan cupu itu dengan sedikit bersemangat untuk mengalihkan pembicaraan.
“Oh, ya, Cindy. Kamu sudah bisa antar pesanan sendiri? Apa bawa mobilnya tidak ada masalah?”
“Sudah, Kak! Kemarin aku dapat bonus lumayan, loh!” balasnya ceria.
“Baguslah. Kamu sudah jadi sainganku kalau begitu,” goda Casilda iseng, lalu keduanya tertawa bersama.
Pernikahannya dengan Arkan memang atas dasar tekanan dan paksaan sejak awal, tapi anehnya, meski benci, tapi tidak benci-benci amat saat Arkan mengajaknya menikah di ruang perawatan rumah sakit kala itu. Lebih kepada terkejut dan tidak percaya saja.
Setelah bersamanya sebagai istri, barulah rasa bencinya menguat. Namun, rasa bencinya bukan karena dia membenci Arkan seperti penjahat di TV, hanya tidak suka sikap kasarnya saja.
Kalau Arkan benar-benar jahat, dia pasti tidak akan mau memberinya pinjaman, bukan?
Tidak peduli jika dirinya malah harus mendapat siksaan sebagai gantinya, toh, Arkan tetap membantunya sampai akhir. Pun saat dia menolongnya dari perjodohan dengan duda maut yang katanya suka membuat istrinya mendapat sial bertubi-tubi sampai ada yang kehilangan nyawa.
Kadang-kadang, hal-hal seperti itu membuat Casilda suka memikirkan kembali takdirnya bertemu dengan sang aktor playboy.
Apa benar dia itu adalah malapetaka? atau malah sebaliknya?
Sejarah pernikahan Alexander Zain Armaga sempat diceritakan oleh ayahnya yang kebetulan mendengar gosip itu dari salah satu anak buah sang pria tampan, dan menjadi topik panas semalam saat sang ayah membanding-bandingannya dengan Arkan yang super sukses dan tampan.
Casilda sampai merinding mendengar nasib para wanita yang sudah menjadi istri Alexander. Kalau seandainya dirinya sekarang menjadi istri dari pria pemilik kasino terkenal itu, apakah dia sudah tertabrak mobil? Cacat? Atau malah koma?
Yah, mungkin ini yang namanya kalau orang jahat belum tentu jahat betulan. Toh, sebenarnya Arkan jadi jahat begitu, karena punya dendam, kan?
Kalau dia tidak punya dendam kepada dirinya, apakah Arkan bisa bersikap biasa seperti menghadapi orang-orang di sekitarnya?
Kalau Arkan bersikap biasa, bukankah dirinya tidak akan istimewa lagi di hati pria itu, meski hanya sebagai objek kebenciannya saja seperti saat ini? Dia tidak akan ada di dalam hati dan pikirannya, bukan, kalau hanya dianggap biasa? Apalagi gendut dan jelek begini.
Casilda menggelengkan kepala kuat-kuat ketika sudah berada di dalam taksi dengan pemikiran konyol dan menyedihkannya.
“Ada apa denganku? Kenapa malah berpikiran aneh begini, sih?” gumamnya kepada diri sendiri. Memucat lesu memikirkan kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan dan sangat tragis terhadap suami sendiri.
Rasa rendah dirinya mengggulung hatinya dari dalam.
Benar... dipikir-pikir lagi, Arkan jadi jahat karena diriku, bukan? Kalau aku tidak ada dalam hidupnya, apakah dia bisa menjadi pria normal seperti yang lain? Sifatnya memang buruk pada saat tertentu, tapi sifatnya itu tidak seburuk ketika menghadapiku dengan penuh dendam dan amarah, lanjut Casilda dalam hati, helaan napasnya berat.
Mendapat hukuman dan siksaan dari suami aktornya bisa dibilang gampang-gampang susah untuk diterima. Kadang dia merasa sudah terbiasa, tapi kadang levelnya sangat keterlaluan sampai dia muak sendiri dan sangat kesal.
Masalah rumah sewa yang dibeli oleh Arkan secara diam-diam, Casilda juga berpikir kalau itu mungkin hanyalah trik lain untuk menawannya lebih kuat lagi di sisinya. Bukan hanya sekedar menghinanya sebagai istri yang tak dianggap.
Bukankah semakin banyak hutang, maka semakin sulit lepas darinya?
Sekarang hutangnya ada berapa banyak, ya, beserta bunganya?
Memikirkan itu membuat kepalanya tiba-tiba berdenyut hebat.
“Apa aku sebaiknya mencoba mencari pekerjaan tambahan, ya? Tapi, pekerjaan apa yang bisa menghasilkan uang banyak dalam sebulan?” gumam Casilda lagi, kini sudah berdiri di depan sebuah gedung agensi yang sangat terkenal di ibukota, menjulang tinggi dan terlihat elit di antara para pejalan kaki di sekitarnya.
“Apakah... aku bisa jadi artis atau model di tempat seperti ini? Tapi... tubuh gendut begini mana laku? Jual diri saja tidak ada yang sudi membeliku selain Tuan Alexander yang butuh hiburan aneh saat itu. Mau diet, rasanya sangat berat dan mustahil... selain itu, memangnya hanya aku satu-satunya yang cantik kalau kurus?” gerutunya panjang lebar kepada diri sendiri, terlihat setengah linglung sejak meninggalkan kedai ayam krispi sebelumnya.
Bujukan Bu Hamidah yang menyuruhnya melobi manager Arkan agar bisa mendapat kontrak iklan untuk kedai ayam krispi mereka, membuat Casilda kepikiran untuk bisa menjadi artis atau model berpenghasilan tinggi. Tapi, itu hanya khayalan bodohnya sesaat.
Di dunia ini, ada banyak wanita cantik dan seksi, bahkan di dunia hiburan pun, semua jenis wanita itu melimpah ruah dan beraneka rupa. Sayangnya, tidak semuanya bisa berhasil jika bukan karena hoki atau pun melalui jalur khusus yang tidak semua orang sanggup menjalaninya.
Kerja keras bukanlah jaminan bisa sukses di industri kejam seperti dunia hiburan. Kalau tidak ada faktor lain, sangat sulit untuk naik dan dilirik oleh orang banyak.
Mengubur pemikiran anehnya untuk menjadi bintang yang bersinar seperti Arkan dan Lisa, dengan helaan napas berat, kakinya kemudian melangkah memasuki gedung agensi tersebut.
“Semoga saja tidak bertemu dia di tempat ini,” bisiknya pelan, membayangkan wajah murka Arkan saat mengantarkan pesanan terakhir kali.
***
Ratu Casilda Wijaya terbengong hebat di sofa yang didudukinya ketika baru saja selesai mendengar maksud Renata menyuruhnya datang ke tempat ini.
“Ma-maksud Anda, saya jadi manager Arkan?” gagapnya dengan wajah keringat dingin, tidak percaya dengan pendengarannya.
Renata yang bersedekap anggun dan dewasa, tampak duduk bersandar dengan kaki disilangkan tepat di sofa seberang, tersenyum lebar sambil mengangguk mengiyakan.
“Tepat sekali. Setelah mendengar penuturanmu barusan mengenai awal permasalahan di studio Sabtu lalu, aku pikir kamu memang cocok untuknya.”
“Ta-tapi itu bagaimana mungkin? Bukankah Anda adalah managernya?”
“Benar. Aku memang adalah managernya. Tapi, sebenarnya bukan itu tugasku sejak awal. Sebagai asisten pribadi yang sudah berada di sisinya selama beberapa saat, aku rasa, kita berdua sudah tahu dengan sangat jelas bagaimana sikap dan sifat Arkan selama ini.
Gara-gara kelakuannya yang suka semberono dan sangat tirani, sudah ada lusinan manager yang muak bekerja sama dengannya. Skandalnya dengan banyak wanita membuat beberapa mantan managernya sampai masuk rumah sakit dan harus menjalani rawat inap di bawah pengawasan dokter psikiater.
Maka dari itu, akulah yang langsung mengurusnya sekarang. Kalau bukan aku, pasti Abian Pratama, sahabat sekaligus produser hebat di agensi ini. Kamu masih ingat, kan, Abian Pratama?”
Casilda mengangguk cepat.
Orang baik dan ramah seperti Abian, mana mungkin dia lupa?
Senyum Renata sangat lebar, tampak berseri-seri, “karena kamu sepertinya adalah penjinak Arkan yang sampai bisa membuatnya melakukan hal di luar kebiasaannya, maka aku sangat berharap kamu bisa menjadi managernya selama setahun penuh. Jangan khawatir, kami akan menggajimu dengan sangat tinggi. Semakin hebat artis atau aktor yang kamu tangani di agensi kami, maka gajinya tentu saja akan menyesuaikan. Untuk bintang sekelas Arkan, kami bersedia memberikan gaji manager sampai 35 persen dari bayaran yang diterimanya. Belum termasuk hal-hal di luar itu. Jika kerjamu bagus dan memuaskan, kontraknya bisa kita perpanjang dengan kontrak resmi untuk manager artis pada umumnya di tempat ini. Bagaimana?”
Ratu Casilda Wijaya membeku saking kagetnya mendengar tawaran gila itu!
35 persen dari bayaran artis yang ditanganinya?
Kalau dalam setahun menjadi manager Arkan, dia pasti bisa dengan mudah mengumpulkan uang yang sangat banyak! Kurang dari 5 tahun, mungkin saja sudah bisa melunasi semua hutangnya, bukan?
Tidak!
Dengan level bintang sekelas Arkan, maksimal 3 tahun sudah bisa membuatnya menjadi orang kaya baru!
Ini adalah ide yang sangat genius untuk melunasi hutangnya ketimbang jual diri!
Bagaimana bisa ada ide konyol semacam itu?
Melunasi hutang dengan cara membuat sang pemberi pinjaman bekerja sendiri di bawah perintahnya agar menghasilkan uang untuk membayarnya kembali dengan uang hasil kerja kerasnya sendiri, tidakkah itu sangat menarik dan luar biasa?
Itu artinya dia tidak perlu bekerja keras dan pusing tujuh keliling, bukan?
Arkan akan menjadi sapi perah pribadinya!
Gaji managernya hasil dari mengurus Arkan, akan digunakan untuk membayar aktor itu kembali! Hah! Senjata makan tuan!
Aktor itu yang memberinya hutang menumpuk setinggi langit, tapi malah dia sendiri yang harus bekerja keras untuk melunasinya pada diri sendiri!
Dalam hati, Casilda tertawa terbahak-bahak dengan sangat kegirangan! Seolah-olah di dalam dirinya sekarang ada banyak bunga-bunga bermekaran dan bunyi-bunyian tabuhan gendang kemenangan yang bertalu sangat keras dan ceria!
Ide manager Renata benar-benar sangat brilian!
Kalau Arkan sampai tahu apa yang mereka bahas hari ini, dia pasti akan sangat murka!
Hehe. Ini seperti digigit oleh anjing gila, tapi yang mati adalah anjing itu sendiri!
“Bagaimana? Apa kamu mau mencobanya?!” tanya Rena, membuyarkan lamunan Casilda.
“Ma-mau! Saya mau mencobanya! Apa yang harus saya lakukan sekarang?”