Arkan Quinn Ezra Yamazaki menyeringai jahat, memeluk guling hidupnya lebih erat, lebih posesif, lalu berbisik dingin ke telinga sang istri dengan nada mengejek, “kenapa? Kamu cemburu?”
Casilda segera berbalik kesal ke arahnya, “cemburu? Hah! Yang benar saja! Buat apa aku cemburu? Kamu tidak pantas mendapat rasa cemburu dariku! Kamu itu hanya pantas mendapat benci dariku, paham?! Menjijikkan! Punya suami playboy narsis dan tidak tahu malu sepertimu, sangat memalukan seumur hidupku! Lebih baik aku jual diri saja di klub malam itu sampai tua!”
Mata Arkan seketika menggelap murka!
Sang aktor langsung bangkit dan menaiki tubuh Casilda, menyangga tubuhnya sendiri dengan satu tangan di kasur, dan satu tangan lagi mencubit dagu sang istri kejam.
Wajah didekatkan dengan gaya elegan dan sedikit seksi sembari mendesis tepat di depan wajah sang istri, “coba ulangi lagi kata-katamu itu, wanita tidak tahu diuntung!”
“AKU LEBIH SUKA JUAL DIRI DARIPADA MENIKAH DENGANMU!” teriak Casilda lantang.
Sebuah kesalahan besar oleh Casilda yang suka membantahnya.
Dalam sekejap mata, sang aktor langsung kembali dalam mode kejam. Dia menahan kedua tangan Casilda di kedua sisi kepalanya, lalu bibir yang masih bengkak milik sang istri menjadi sasaran amukannya selama beberapa menit!
“Mulutmu seperti memang harus dihukum secara rutin agar tahu kapan untuk dibuka, kapan untuk diam!” peringat Arkan dengan wajah menggelap tak menyenangkan, menatap kesal kepada Casilda yang sudah berkaca-kaca menggigit bibirnya yang berdarah.
Dagu Casilda kembali dicubit keras, didongakkan sedikit lalu mendekat lagi kepadanya, “ingin bercerai denganku? Mimpi!”
“Kamu hanya menyakiti wanita itu jika mempertahankan pernikahan bodoh ini!” sanggahnya dengan suara gemetar perih.
Pernikahan bodoh?
Pernikahan bodoh katanya?!
Hati Arkan memanas!
Sang aktor kembali merendahkan kepalanya, membuat Casilda kembali tersiksa dengan serangan bibirnya. Kedua tangan wanita ini mencoba ditarik lepas dari cengkeramannya, tapi semuanya sia-sia belaka.
Siksaan itu datang selama hampir 15 menit penuh, dan merasa lidahnya sudah mati rasa karena hisapan yang dilakukan oleh Arkan secara berkali-kali tanpa ampun.
“Pernikahan bodoh atau tidak, bukan kamu yang menentukannya, Gendut! Atau kamu pikir menikah dengan duda yang sudah menikah 12 kali dan menduda 12 kali adalah pilihan yang lebih baik ketimbang diriku? Kenapa? Sudah tidak sayang nyawa ingin menikah dengan pria seperti itu?”
Casilda terkejut dalam hati. Mata membolak syok!
“A-apa maksudmu? Siapa yang menduda 12 kali?”
Arkan mendengus geli, “kamu mau dijodohkan dengan pria yang tidak kamu ketahui dengan baik? Pria itu adalah pria pembawa sial. Semua wanita yang menikah dengannya selalu mendapat hal buruk dalam hidupnya, entah mati atau cacat! Dengan menikahimu seperti ini, bukankah aku sudah jadi malaikat penolongmu? Seharusnya kamu tahu diri dan bersikap lebih penurut!”
Desisan Arkan terdengar sangat marah dan begitu penuh dendam, denyar matanya yang menakutkan seolah-olah akan menelan Casilda hidup-hidup!
Dagu Casilda dicubit sekali lagi.
“Kamu bilang sangat membenciku, bukan? Mudah saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, cepat atau lambat. Masalah selesai, bukan?” sinis Arkan dingin, mendatarkan matanya malas.
Jantung Casilda berdetak tidak karuan melihat ekspresi suaminya yang dingin dan tak bisa ditebak itu. Bibirnya kehilangan kata-kata usai mendengar pernyataan barusan.
Dia ingin apa tadi?
Membuatnya jatuh cinta?
Bulu mata sang aktor merendah lembut ke arah bibir lecet sang istri, lalu menjilatinya sesaat dengan gerakan anggun dan dalam. Tubuh Casilda menegang!
Detik berikutnya, Arkan mengecupnya dengan mata terpejam penuh kasih selama beberapa detik.
Ratu Casilda Wijaya seolah melayang tinggi ke langit lapis tujuh, dan tanpa sadar memejamkan mata merasakan sentuhannya, meski tidak membalasnya sama sekali.
“Bodoh,” maki Arkan kemudian, membuka mata dengan wajah dinginnya, lalu melepas Casilda untuk segera turun dari ranjang. Pria ini berjalan ke arah kamar mandi, wajah benar-benar sudah tertekuk gelap dengan kekesalan seolah ingin membunuh orang.
Sementara Casilda di kasur hanya terbengong diam menatap langit-langit kamar, linglung merasakan sensasi perlakuan super lembut dari pria yang katanya sangat membencinya selama ini.
Itu... ciuman super manis yang pernah diberikan oleh Arkan kepadanya sejauh ini....
Dia ingin membuatnya jatuh cinta?
Casilda pikir, mungkin sebenarnya dia sudah menyukai pria itu entah kapan. Tapi, hatinya tidak mau menerima kenyataan itu. Ciuman barusan, telah meruntuhkan pertahanan dan gengsinya selama ini. Membuat pikirannya menyerah.
Dia kalah.
Dia kalah total sebelum Arkan benar-benar memulai aksinya untuk membuatnya jatuh cinta dan menjadikannya wanita menyedihkan dalam hubungan rumit sang aktor.
Casilda kemudian memejamkan mata menahan perasaan yang tengah meledak-ledak di hatinya.
Dia tidak boleh membiarkan Arkan tahu perasaannya saat ini. Jika tidak, pria itu pasti akan menghinanya lebih daripada yang sudah diberikannya selama ini.
Sungguh menyedihkan sepotong hatinya kini berada pada suami kejam seperti Arkan, dan sepotongnya lagi masih tertambat seperti hantu gentayangan pada sosok pria dingin tak berperasaan yang sudah mencampakkan dirinya di masa lalu.
Ratu Casilda Wijaya berpikir kalau dia yang tidak begitu menyukai pria tampan lagi karena patah hati, tidak akan pernah jatuh cinta untuk selamanya setelah kejadian memalukan di masa lalu. Tapi, nyatanya hidup sungguh tak bisa ditebak.
Casilda memejamkan mata, dan segera ingatan tak menyenangkan hadir di otaknya, membuat sekujur tubuhnya mulai gemetar dengan gelombang emosi memenuhi aliran darahnya.
Sesosok wajah tampan dengan ekspresi sebeku es abadi muncul di benaknya, jarum panas segera menusuk jantung begitu visual sang pria semakin jelas dalam ingatannya.
“Kamu pikir dirimu layak menjadi pasanganku? Sadar diri sedikit, wanita bodoh. Kamu hanyalah tropi yang kumainkan demi memberimu pelajaran atas segala sikap angkuh dan sombongmu selama ini.”
Suara dingin dan melodis dengan nada rendah tak berperasaan itu seolah terdengar nyata, bergaung keras dalam kepala Casilda.
Seketika saja matanya dipejamkan kuat-kuat, teringat dirinya ditarik paksa keluar oleh dua penjaga berjas hitam dari acara pertunangan di mansion mewah keluarga sang pacar.
“Tidak! Aku tidak mau pergi! Ethan! Ethan, tolong aku! Tolong aku! Bukankah aku adalah pacarmu?! Kamu bilang akulah satu-satunya wanita yang kamu cintai di dunia ini!”
“Cepat bawa dia keluar!” titah Ethan super dingin, menyipit jijik kepada Casilda yang histeris seperti orang gila dan linglung di antara ratusan para tamu undangan.
“ETHAN ALDEMIR RAIDEN! KENAPA KAMU MELAKUKAN INI KEPADAKU? APA SALAHKU?!”
“CEPAT USIR DIA!” raung Ethan geram, tampak tidak sabaran, lalu memeluk seorang wanita cantik dengan gaun merah indah di sisinya, mesra dan posesif.
“ETHAN! DASAR PEMBOHONG! BERANI SEKALI KAMU BERBUAT SEPERTI INI KEPADAKU! AKU BENCI DIRIMU! AKU BENCI! SANGAT BENCI! KAMU DENGAR?! AKU SANGAT MEMBENCIMU!” jerit Casilda histeris luar biasa, menatap sang pacar kala itu dengan tatap bagaikan ditumpahi darah. Menggertakkan gigi ganas penuh kebencian yang terlihat sangat jelas oleh siapa pun.
Sekujur tubuh Casilda gemetar oleh kemarahan yang meledak-ledak, tidak terima dengan kenyataan kalau sang pacar sedang melangsungkan acara pertunangan diam-diam tanpa sepengetahuannya sama sekali.
“Jangan muncul lagi di hadapanku, atau kamu akan menyesalinya, wanita,” peringat Ethan dingin dan serius, memicingkan mata jijik penuh keseriusan di kedua bola matanya yang segelap malam dan sebeku es danau itu.
Otak Casilda serasa bagaikan dipanggang di atas bara api!
Dengan menggigit gigi marah, sembari melawan desakan tarikan kedua penjaga yang sedang menyeretnya keluar ruangan, dia pun berteriak lantang dan jelas, penuh kebencian dan sakit hati di telinga sang pria: “AKU BERSUMPAH! TIDAK AKAN PERNAH MENERIMAMU KEMBALI, MESKI KAMU MEMBERIKU JANTUNGMU SEKALIPUN! DAN AKU BERSUMPAH! TIDAK AKAN PERNAH SUDI MENERIMA KATA CINTA DARI MULUTMU LAGI, MESKI KAMU BERLUTUT SAMPAI LUMPUH DAN MATI! KAMU ADALAH PRIA TERLARANG YANG TIDAK AKAN PERNAH AKU BIARKAN LAGI MASUK KE DALAM KEHIDUPANKU UNTUK SELAMANYA!”
“Apa yang kalian berdua lakukan? Cepat bawa dia keluar?! Apa susahnya menyeret seorang wanita sekurus itu?!” bentak Ethan marah, wajahnya sudah menggelap jelek oleh kemarahan, mata berkilat tajam penuh kegusaran.
“ETHAN! ETHAN! KAMU DENGAR AKU?! INGAT KATA-KATAKU ITU DI HATIMU! KAMU AKAN MENYESALINYA SUATU HARI NANTI! KAMU AKAN SANGAT MENYESALINYA SUDAH MEMPERMAINKANKU SEPERTI INI! AKU AKAN BERDOA KEPADA TUHAN AGAR HIDUPMU MENDERITA SEUMUR HIDUP KARENA SUDAH MEMBUANGKU! KAMU AKAN MENDERITA! MENDERITA SELAMANYA, ETHAN! AKU BENCI DIRIMU! SANGAT BENCI! PRIA TERKUTUK!”
Casilda menghentikan kilas balik kenangan menyakitkan itu.
Kenangan di mana hidupnya mulai hancur total oleh seorang pria bernama Ethan Aldemir Raiden. Pria dingin yang dikiranya sangat tulus mencintainya hingga dia dengan tegas menolak semua pria yang mendekatinya.
Ingatan itu bagaikan dunia lain yang hadir sekilas di hati Casilda saat ini.
Sekarang, jika dia mengingat semua ucapannya yang sombong dan angkuh sangat tidak masuk akal dengan apa yang sedang menimpa dirinya.
Ethan tidak akan menyesal sudah membuangnya. Gendut dan muka berpipi bakpao dengan jerawat di sana sini. Berminyak dan kulit kasar. Jauh berbeda dengan wanita yang berada dalam dekapannya di hari pertunangan pria itu.
Casilda menghela napas, merasa sedikit lega mengingat statusnya saat ini adalah istri dari Arkan sang Top Star.
Setidaknya, dia benar-benar mewujudkan beberapa hal dari kalimat sok penuh ancamannya itu kepada sang mantan pacar.
Dia sudah menikah dengan Arkan, dan aktor gila itu sepertinya benar tidak akan menceraikannya dengan dendam kesumat di hatinya. Itu berarti dia dan Ethan tidak akan pernah bisa bersama lagi. Toh, sudah sekian tahun berlalu. Sudah pasti mereka sudah menikah dan punya anak, bukan?
“Untuk apa memikirkan masa lalu? Aku tidak mau menjadi manusia seperti Arkan si bodoh itu,” gumamnya berbisik kecil kepada diri sendiri, nada suara sendu dan lirih.
Detik berikutnya, Casilda memejamkan mata kembali, mencoba mengosongkan dan menenangkan pikirannya sendiri.
Sementara itu di kamar mandi, aksi solo dan panas sang aktor sudah membuatnya memerah sekujur tubuh.
Tangan pria ini bergerak intens di bawah sana, mata terpejam nikmat dengan kepala didongakkan pasrah. Roti sobeknya terekspos jelas, terlihat sangat indah memukamu oleh kilauan keringat yang menghiasi kulitnya.
Dari sela-sela bibirnya, terucap lirih dan penuh damba dalam desahan seksinya: “Casilda... Casilda... Casilda...”
Napas sang aktor semakin tersengal hebat, dan bau feromon dari aksi solonya itu menguar tinggi memenuhi udara di kamar mandi mewah ini.
Jantung Arkan sang Top Star semakin berdetak kencang mengingat semua sentuhan jari-jarinya pada kulit sang istri.
Bibir Casilda yang menggoda, dan keharuman khas yang dimilikinya ketika sedang dalam kuasanya, membuat otak Arkan memanas bagaikan ketel mendidih yang saat ini membayangkan dirinya tengah memasukinya dengan sangat dahsyat.
Tidak kuasa menahan gejolak biologis yang mendera akal sehatnya gara-gara pesona sang istri, dia pun akhirnya hanya bisa pasrah dengan semua sensasi memabukkan itu.
Dalam hati, rasa benci dan amarahnya seketika saja hancur berhamburan hingga membuatnya merasa tak berdaya, desakan untuk menginginkan sang istri muncul seperti orang yang sedang kehausan parah.
“Casilda... Casilda... kamu adalah milikku... milikku, sayang...” desahnya lagi dengan mata semakin dipejamkan erat. Kening bertaut kencang.
Deru napas Arkan bergemuruh hingga membuat sekujur tubuhnya gemetar. Kening mulai bertaut gelisah memikirkan semua hal yang sudah dilewatinya hingga bisa mendapatkan cinta pertamanya itu seperti sekarang ini.
Aksinya semakin cepat dan cepat, hingga tubuhnya tumbang ke lantai.
Ini adalah perasaan yang sangat menakjubkan melebihi ketika dia tidur dengan wanita mana pun sebagai seorang playboy.
Membayangkan Casilda saja sudah membuatnya merasa ingin menjerit gila karena terlalu senang dan bahagia, bagaimana jika dia benar-benar sudah melakukannya bersama sang istri?
Arkan sangat kelelahan, memejamkan mata dengan kepala tergolek lemas.
Samar-samar, dia mulai tertawa menyedihkan kepada diri sendiri.
Dia kalah.
Dia kalah sekali lagi.
Ternyata, cinta yang dikiranya sudah mati setelah sekian tahun susah payah dibunuh dan ditekan di hatinya, hidup kembali dengan mudahnya bagaikan jentikan jari.
Ini benar-benar tidak adil....
Benar-benar tidak adil....
Sangat tidak adil!
Tiba-tiba, kedua bola mata sang aktor terbuka dengan tatapan gelap menakutkan, wajah super dingin dan tak berperasaan.
Arkan sang Top Star, seketika saja merasa benar-benar sangat membenci Casilda karena sudah membuatnya kacau tidak karuan seperti ini!