Bab 110 Pria yang Menikah 12 Kali, Menduda 12 kali

1998 Kata
“Apa?” Arkan sang top star tertegun syok di depan pintu balkon ruang VIP Casilda. Sosok tampan tingginya tersiram matahari hangat pagi hari, membuat wajah kesal dengan kening ditautkan marah itu tampak menawan sekaligus berbahaya di saat yang sama. Di telepon, Elric bergegas buka suara. “Benar. Aku tidak bohong. Jangan menyinggungnya jika tidak mau mati misterius! Alexander Zain Armaga adalah pemilik Casino nomor 1 di Batam dengan para pengikut setia yang tak terhitung banyaknya. Aku dengar, di Cina, dia adalah salah satu mafia di sana. Meski sebenarnya, aku masih meragukan soal identitas gelapnya itu, tapi banyak orang dari kalangan klub sangat menghormatinya di mana-mana. Reputasinya tidak bisa diremehkan begitu saja.” “Sudah tahu begitu, kenapa kamu masih saja mengirimnya ke kamar pria itu, hah?!” bentak Arkan murka, rasanya ingin melempar Elric ke jalanan agar dicabik-cabik oleh ratusan anjing gila! “I-itu... kan, aku bilang masih tidak jelas....” “DIAM! Jangan membuatku makin kesal!” Arkan merapatkan bibirnya gugup, menundukkan wajah dengan tatapan setengah bingung dan marah. Kening mengencang hebat. Dia sudah mendengar ciri-ciri fisik Alexander dari Elric sebelumnya, dan ternyata sangat jauh dari apa yang dibayangkannya dulu. Sialan! Dia mau menikah dengan pria seperti itu? Tidak akan dibiarkannya hidup enak! Tapi.... “Lalu, bagaimana dengan statusnya? Apa benar dia itu sudah menikah?” Elric tertawa canggung, lalu menjelaskan dengan nada putus asa, “tadi sudah aku bilang, kan? Alexander memang punya julukan The Lucky, karena semua bisnisnya sangat hebat di mana-mana, serta semua orang segan kepadanya. Tapi, untuk urusan percintaan, sepertinya tidak begitu. Dari informan yang bisa terpercaya, pria itu sudah menikah sebanyak 12 kali, juga sudah menyandang status duda sebanyak 12 kali. Semua wanita yang telah dinikahinya itu memiliki nasib buruk yang tidak bisa dipercaya oleh siapa pun setelah bersamanya. Ada yang bunuh diri, meninggal karena sakit parah, dibunuh oleh musuh, ada pula yang dijual olehnya ke Makau dan Las Vegas tanpa perasaan. Sisanya, aku dengar lebih banyak yang mengalami nasib sial karena kecelakaan, entah berakhir cacat atau meninggal dunia.” Hati Arkan membeku dingin mendengar hal itu untuk kedua kalinya. Perasaannya berpuntir tak nyaman. Kalau Casilda menikah dengan pria itu, bagaimana? Apa dia akan jadi cacat? Dijual? Atau meninggal di tangannya? Dia memang ingin melihat Casilda menderita, ingin menyiksanya tiada tara, tapi seperti tuduhan wanita itu sendiri, tidak suka jika orang lain yang memberinya hukuman. Keputusannya untuk pergi bersama Lisa ke luar kota, sebenarnya untuk menahan dirinya yang kala itu tidak bisa menahan nafsunya untuk menguasai Casilda saking gemasnya dengan sifat pembangkangnya. Apalagi terbayang-bayang ciuman mereka selama ini, khususnya lagi di kamar wanita itu yang dilakukannya dengan sepenuh hati secara diam-diam. Dia pikir, juga bisa menahan nafsunya kepada Casilda jika tidur dengan wanita lain yang ditemuinya di hotel, tapi adik kecilnya di bawah sana malah jadi loyo setiap kali mengingat wajah berpipi bakpao itu. Namun, anehnya, kalau bersama Casilda, malah kuat dan jadi tegang begitu lama. Sedikit saja dari sentuhannya, sudah membuat kulit Arkan seperti berdesir kuat, seperti dialiri listrik yang memicu jiwa pria sejatinya untuk menjadi gila dan liar tanpa kendali. Kejadian semalam malah mengacaukan semuanya, dan kini wanita itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadarkan diri usai melakukan perbuatan kejinya pada tubuh sang asisten. Sang aktor tidak mau mengakui hal itu sebelumnya, tapi kejadian di mobil semalam membuatnya jadi tidak bisa menyangkalnya lagi ketika dia sudah memasuki wanita itu sedikit, merasakan sensasinya hingga tembus ke hatinya. Benar-benar membuatnya kacau balau! Berengsek! Dia tidak mungkin jatuh cinta kepadanya, kan? Dia hanya barang miliknya! Tidak lebih! Pria ini berusaha menghipnotis diri sendiri kalau apa yang dirasakannya terhadap Casilda hanyalah dipicu oleh rasa obsesi yang dulu gagal untuk memilikinya di masa lalu, bukan karena dia terpesona dan terhipnotis dengan pribadi Casilda yang unik. Apalagi yang namanya jatuh cinta. Sang aktor kemudian menoleh melihat Casilda di tempat tidur, wajahnya meringis gelap dan suram, takut apa yang diucapkan dokter Ken dulu kepadanya menjadi kenyataan. Bagaimana kalau dia benar-benar jatuh koma? Wanita itu benar-benar kuat, tapi lemah di saat yang sama. Perbuatannya semalam memang terbilang tidak bisa dimaafkan. Tapi, memangnya ada orang yang bisa mengendalikan dirinya saat sedang gelap mata? “Hei, Arkan? Kamu masih di sana?” Wajah melunak Arkan langsung terlihat sedikit kaget, bibir merapat gelisah, kening bertaut lemah. “Nanti aku telepon lagi.” Sambungan itu pun diputus, berjalan mendekat ke arah ranjang pasien untuk melihat wajah pucat wanita simpanannya. Ya! Casilda sudah dianggapnya sebagai simpanannya sejak semalam, dan sejak dia sudah menandainya sedikit di mobil. Hal ini tertoreh kuat di dalam hatinya, sehingga jelas Arkan tidak rela dan sudi jika ada pria lain dengan pesona berbahaya dengan deskripsi hampir menyamai ketampanannya, terang-terangan berniat merebut miliknya begitu saja. Dia adalah pria sejati! Tidak akan dibiarkan pria lain menginjak harga dirinya! Ponsel di sisi tubuhnya digenggam kuat-kuat, wajah menggelap kejam. “Bagaimana bisa Anda tidak membaca email saya, Tuan Arkan? Saya sudah mengirim semua hal yang tentang wanita itu beberapa hari lalu, termasuk informasi tentang keluarganya. Semua hal yang saya sampaikan seharusnya sangat lengkap di email tersebut. Danish Dikara Wijaya adalah adik kandung wanita itu, dan kini sedang terbaring di rumah sakit khusus jantung. Anda sudah datang ke rumahnya, kan? Saya pikir Anda sudah tahu semuanya?” Arkan memejamkan mata lelah, merasa sangat bodoh ketika teringat kembali percakapannya semalam dengan detektif yang disewanya selama ini. Yang dikatakan oleh Ken kepadanya sepertinya memang benar. Amarah benar-benar bisa membuat seseorang menjadi gelap mata. Bukan hanya itu, juga menjadi masa bodoh dan ceroboh. Sama sekali tidak bisa berpikir jernih! Kalau saja dia tidak fokus untuk menyakiti wanita itu dengan alasan dendam masa lalu, mungkin dia tidak akan membuatnya terbaring seperti sekarang. Mana dia tahu kalau nama laki-laki yang selalu disebutnya sepanjang jalan menuju mansionnya adalah adik kandung Casilda yang sakit-sakitan? Salah sendiri tidak pernah menyebut namanya, kan?! Kegeraman hadir di dadanya, lalu duduk menghempaskan diri di kursi di dekat ranjang sang wanita, berpikir keras dengan mata terpejam kuat. Ponselnya diketuk-ketukkan ke alis. Bagaimana caranya agar Casilda tidak lepas dari tangannya? *** Sore hari, Casilda akhirnya perlahan tersadar dari tidurnya. Pandangan matanya mengarah ke langit-langit putih dengan lampu kristal mewah. 'Ini di mana?' batinnya bingung dengan perasaan lemah. Kepala ditolehkan ke samping, langsung hatinya mendingin hebat penuh keterkejutan ketika melihat sang aktor dengan wajah lelah tampannya tengah tertidur di kursi, dan yang membuatnya makin syok dan tidak percaya adalah tangan kanan pria itu menggenggam jarinya erat, sangat lembut. Dengan cepat, Casilda bangun terduduk, menarik tangannya kasar hingga membuat Arkan terbangun. Tatapan sayu masih mengantuknya membuat sang aktor terlihat sangat seksi. Sesaat, keduanya saling tatap dengan ekspresi berbeda. Casilda dengan wajah kaget takut-takut dan gelisahnya, sementara Arkan dengan wajah mengantuk yang masih belum sadar sepenuhnya. “Oh... sudah bangun?” ucapnya serak nan seksi. Pria itu tiba-tiba bangkit dari kursi, ekspresi mengantuknya masih begitu kuat, dan hal berikutnya tidak disangka-sangka oleh Casilda. Napas wanita ini tertahan begitu Arkan sang top star mendekat lalu mengecup puncak kepalanya penuh sayang selama hampir 3 detik penuh. Hati Casilda yang semula beku dan dipenuhi oleh rasa takut, tiba-tiba cair baikan gletser yang terkena pemanasan global! “Tunggu sebentar, aku cari dokter jaga dulu...” lanjut Arkan, segera berbalik menuju pintu. Casilda yang terbengong kaget dan merona bingung, menatap punggung lebar itu dengan perasaan rumit. Apa-apaan dengan sikapnya tadi? Di saat Casilda masih terbodoh oleh sikap romantis dan lembut Arkan yang bagaikan mimpi itu, di luar, wajah sang aktor sendiri tampak kacau bukan main dengan dadanya naik turun, bersandar di depan pintu seperti orang linglung yang baru saja ketahuan melakukan sebuah kejahatan besar. Sekujur tubuhnya pun memerah malu luar biasa! “Sialan! Apa yang telah kulakukan tadi?!” makinya berbisik kepada diri sendiri begitu sadar baru saja mengecup kepala Casilda seperti seorang suami penyayang kepada istri tercintanya. Alasan untuk mencari dokter jaga, sebenarnya cuma alasan dibuat-buat untuk menyembunyikan apa yang dirasakannya saat ini. Kalau hanya sekedar memanggil perawat atau dokter, bisa dengan menelepon atau memencet bel yang ada di dalam ruangan Dia hanya mau kabur saja, wahai para pembaca! Tidak mau ketahuan sedang salah tingkah dan malu! Begitu dokter jaga tiba bersama dokter Ken, Casilda segera mendapat pemeriksaan sebaik mungkin. Sikap Arkan yang semula lembut seperti kerasukan malaikat tadi, sudah menghilang entah ke mana. Dia lagi-lagi dingin dan berwajah gelap penuh kebencian dan kekejaman. Membuat Casilda yang meliriknya di sofa, langsung memuram kesal dan kecewa berat. 'Dia pasti ingin mempermainkanku! Setelah menyiksaku selama ini, dia ingin pura-pura peduli? Jangan mimpi aku mempercayainya setetes pun!' batin Casilda penuh benci, di dadanya seolah hadir jarum panas yang menusuknya, sangat kuat dan begitu perih. Bagian pribadinya di bawah sana juga sepertinya lecet parah dan bengkak dibuatnya. Pria iblis! Tidak bisa dimaafkan! “Nah, sekarang Anda sudah boleh meminum obatnya, Nona Casilda,” ucap perawat yang sejak tadi membantunya makan. “Terima kasih,” balas Casilda tulus, lalu memajukan bibirnya suram dengan wajah datar ke arah sofa di mana Arkan sibuk berbicara bersama dokter Ken yang tampak sangat cerewet itu. Entah apa yang mereka bicarakan, Casilda tidak mau tahu! Malam harinya, Arkan yang pergi keluar tanpa mengatakan apa-apa sejak magrib tadi, membuat suasana ruang VIP itu menjadi sangat hening. Dia sendirian, dan ruangan super besar dan mewah itu seolah mengintimidasinya. Casilda yang menatap pintu balkon kaca yang tertutup hanya bisa melamun dengan mata hampa. Pikirannya saat ini menolak terusik dengan hal-hal rumit, apalagi soal perjodohan yang sudah diaturkan oleh kedua orang tua. Perbuatan kejam sang aktor benar-benar menguras mental dan fisiknya hingga seolah hanya meninggalkan cangkangnya saja. Helaan napas Casilda tiba-tiba terdengar berat, lalu meraih remot TV untuk membuat suasana sedikit lebih hidup. Casilda pikir, karena dia sedang sakit seperti ini, Arkan sudah pasti akan menyiksanya dengan cara lain, tapi selama beberapa hari ke depan, pria kejam itu tidak muncul juga untuk sekedar mengeceknya. Dia tidak memiliki ponsel, dan benar-benar masih lemah untuk berjalan hingga hanya bisa tertidur terus di bawah pengaruh obat, jadi tidak tahu apa yang terjadi di luar sana selama hampir seminggu ini. Bahkan, dia hanya bisa berdoa adiknya baik-baik saja menjalani operasi yang seharusnya telah selesai dilakukan hari Sabtu lalu. Walaupun di hatinya dipenuhi dengan ketakutan dan rasa cemas, dia yang lemah seperti ini, sangat mustahil muncul di hadapan keluarganya. Untungnya, ada dokter Archer yang terlihat sangat cerdas dan berbakat sebagai kepala tim operasi adiknya. Semoga saja adiknya baik-baik saja di tangan pria itu. Ratu Casilda Wijaya merasa dirinya tengah melarikan diri dari kenyataan saat ini. Menyedihkan dan bodoh! Tidak berdaya dan lemah! “Cuaca Selasa pagi ini cukup cerah dibanding hari-hari sebelumnya yang selalu mendung dan hujan deras di malam hari! Untuk lebih jelasnya, mari kita dengar penjelasan dari ahli klimatologi kita—“ ucapan sang pembawa berita tiba-tiba terdengar samar begitu pintu ruang VIP ini dibuka keras, membuat Casilda berjengit sangat kaget yang tengah duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil menonton. Kepala menoleh cepat ke arah pintu, seketika saja keringat gelisah dan tak nyaman melihat pendatang kasar itu. Arkan? Kenapa dia baru muncul sekarang? Sang aktor tampak berdiri di sana dengan raut wajah dingin dan datar misterius. Terlihat tampan dan seksi dalam balutan kemeja putih lengan panjang yang digulung sebatas siku. Dasi hitam di lehernya tampak dibuka asal-asalan dalam perjalan ke tempat ini. Poin itu membuat penampilannya jadi semakin keren dan tampan. Jauh lebih dewasa dan matang. Casilda keringat gelisah, menatapnya gugup. Jantung berdegup kencang, mengira-ngira dalam hati akan seperti apa siksaan baru darinya. Setelah meninggalkannya sendirian di rumah sakit, tiba-tiba muncul seperti ini dengan wajah menakutkan begitu? Apa yang akan dilakukannya sekarang? Rencana licik dan kejam apa lagi yang telah disusunnya? Ratu Casilda Wijaya yang baru saja merasa sedikit normal, kini tiba-tiba merasakan ada bibit badai baru yang akan datang menyapa hidupnya. Sebuah badai yang sepertinya akan mengacaukan hidupnya lebih parah daripada sebelumnya. “Ayo kita menikah!” seru Arkan tiba-tiba di keheningan ruangan itu, sangat lantang dengan wajah super tegas dan dinginnya, terlihat tidak ada keraguan sedikit pun di sana. Eh? Apaaa?! Kedua bola mata Casilda hampir melompat keluar ketika mendengar kalimat itu lepas begitu saja dari bibir seksi sang aktor kejam. Menikah dengannya? Astaga! Dia bercanda, ya?!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN