Bab 105 Kekejaman Arkan 2

1210 Kata
*** WARNING: RATE 21 PLUS *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA! SEMUA INI HANYALAH IMAJINASI DAN KARANGAN AUTHOR. YANG J E L E K DAN BURUK, JANGAN DITIRU! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA! ---------------------------------------------- Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa dia harus semarah itu sampai menghinanya seperti ini, sih? Otak Casilda yang sangat bingung, dan setengah macet membuatnya tidak sadar Arkan sudah melepas kasar kostum yang dikenakannya. Sendi-sendinya mulai berteriak oleh tarikan kostum yang dipaksa lepas secarap penuh dari tubuhnya. “Sakit!” pekik Casilda keras begitu tubuhnya kembali dihempaskan ke lantai, dan pria itu mulai membuka kedua kakinya dalam posisi yang memalukan. Hati Casilda terkesiap dingin! Tertegun syok! Wajah gelisahnya mulai panik mengingat metode saling gesek yang dulu dilakukan oleh pria itu kepadanya. Tidak! Tidak! Dia tidak mau melakukannya lagi! Sayangnya, mau seperti apa pun dia melawan, Casilda gagal menghentikan pria itu merobek rok pelayan yang dipakainya hingga bagian dalamnya tereskpos menyedihkan. Mata Arkan berkilat ganas berbahaya! Dalamannya yang tua dan jelek itu ingin dipamerkan kepada pria mesumnya di luar sana? Menjijikkan! “Apa yang kamu lakukan?! Hentikan! Hentikan!” ronta Casilda ngeri, menyentak-nyentak kedua kaki dan tangannya, tapi Arkan yang dipenuhi oleh amarah memiliki kekuatan seperti tak terbatas! Satu tangan sang aktor menahan tubuh Casilda di lantai, sementara tangan satunya sibuk di bawah sana. Pergulatan Casilda malah semakin memicu desakan alami di dalam tubuh Arkan hingga semakin mempercepat apa yang tengah dilakukannya. “Sialan! Kamu benar-benar berengsek!” maki Casilda, begitu sadar benda segitiga tipis di bawah sana sudah robek oleh tangan besar dan ganas dari sang pria. “Berengsek? Coba ulangi lagi, Ratu. Casilda. Wijaya!” desis Arkan sembari mencubit dagunya kejam, memicing tajam ke arahnya dengan kemarahan meledak-ledak, menyindirnya dengan nada sinis, “bukankah kamu rela melakukan apa pun demi uang? Kenapa? Tidak mau kalau aku yang mengotorimu? Secara legal, kamu adalah milikku, babi jelek! Tidak akan bisa lepas dariku jika aku tidak mengizinkannya!” Casilda termenung dalam diam, akhirnya kedua bahunya melemas dan matanya mulai berkaca-kaca menyedihkan. Jual dirinya saja begitu susah? Lantas, bagaimana dia mau melunasi hutangnya itu? Apa semua hal selama ini hanya permainan kejam Arkan saja kepadanya? Melihatnya bertindak putus asa dan konyol semata-mata agar membuatnya puas? “Jangan coba-coba menipuku dengan air matamu!” bentak Arkan marah, menaikkan dagunya kejam hingga Casilda meringis sangat kesakitan. Buliran air mata menuruni sudut-sudut matanya sampai dia pun merasa sulit menelan ludah, berbisik kepada pria itu dalam mode tersendat-sendat, “kalau... kalau aku memberimu kesucianku, apa kamu mau melepaskanku? Aku yakin, kamu ingin menghinaku lebih dalam daripada sekedar jual diri, kan? Makanya kamu tidak puas.” Akal sehat Arkan seketika kembali bagaikan jentikan jari usai mendengar ucapan itu. Kata-katanya membuat sesuatu dalam diri pria ini ada yang aneh. Kedua tangan Casilda yang mencengkeram kemeja Arkan diperkuat, berkata lagi dengan susah payah sambil gemetar sekujur tubuh, “kamu sangat membenciku, bukan? Jika tidak jual diri, dan disentuh oleh banyak pria sampai menjadi kotor dan menjijikkan, lantas apa lagi yang menurutmu pantas aku dapatkan agar dendammu terbalaskan? Aku tidak mengerti dengan sikapmu ini. Kamu ingin melihatku hancur, tapi di sisi lain malah marah karena aku sudah rela melakukannya tanpa melawan sedikit pun. Apa itu artinya kamu sendiri yang ingin melakukanya?” Mata berlinang air mata Casilda terkunci dengan mata syok diam-diam sang aktor. Suara lemah dan senyum miris Casilda terbit detik berikutnya, “kamu ingin melakukannya sendiri, bukan, agar lebih puas dan tidak kepikiran? Baik. Lakukanlah sekarang, tapi tepati janjimu. Lepaskan aku, dan jangan menghalangiku lagi untuk bekerja di sini.” Ekspresi Arkan menggelap muram, cubitan dagunya sangat keras hingga sang wanita kembali meringis kesakitan. “Sa-sakit... sakit, Arkan...” keluhnya dengan mata terpejam gugup, memukul-mukul dadanya sembari mencoba melepas cengkeraman di dagunya. Arkan merasa hatinya berpuntir hebat. Apa yang dikatakan oleh wanita di bawahnya ini memang terdengar masuk akal. Dia ingin melihatnya hancur lebur. Tapi, kenapa tidak suka ketika dia benar-benar akan jual diri? “Katakan, siapa pria yang kamu temani barusan?! Apa saja yang kalian lakukan selain berciuman!” raungnya dengan dadanya naik-turun. Casilda membeku gelap dalam kengerian, bibir merapat gemetar. Pandangannya muram ke arah pria itu yang sepertinya tidak akan ragu akan membunuhnya jika berkata jujur. Jadi benar, dia itu sebenarnya ingin menghancurkannya dengan tangannya sendiri? Hehe. Luar biasa.... “A-aku tidak kenal... aku tidak kenal siapa dia...” balas Casilda susah payah, mata meringis dan terasa sepet oleh air mata malu dan kesakitan. Kedua tangannya masih mencoba melepas cengkeraman sang aktor. “Bohong!” “Aku benar-benar tidak tahu! Tanyakan saja kepada Elric!” Mendengar Casilda menyebut nama sang pemilik klub begitu saja tanpa ada formalitas di dalamnya, sang aktor tertegun kaget. Secepat itu mereka akrab sampai dia bisa dengan mudahnya memanggil nama Elric tanpa ada kata ‘Tuan’ lagi di depannya? Wuah! Wanita ini memang sangat pandai menggoda sejak dulu! Arkan tertekeh sinting, membuat tubuh Casilda menciut lebih daripada sebelumnya, menatap pucat kepada pria itu yang sama sekali tidak dimengertinya suka sekali bersikap aneh! Wajah Arkan mendekat, berbisik dingin dengan permukaan bibirnya menyentuh halus pipi Casilda yang kini make upnya berantakan, “sepertinya, kamu masih memiliki bakat menggoda para pria seperti dulu, bukan? Tidak peduli kamu sudah berubah seperti ini.” “A-aku tidak pernah menggoda siapa pun!” “DIAM!” Arkan kembali murka. Membuat Casilda memejamkan matanya takut. Tubuh mengkeret, karena berpikir pria itu yang tiba-tiba meluruskan punggungnya hendak memberinya tamparan di wajahnya. Casilda yang menunggu tangan besar itu jatuh ke pipinya, akhirnya membuka matanya pelan, gemetar menahan seluruh rasa sakit di tubuhnya, napas pendek-pendek. Arkan, sang aktor itu masih duduk di atas tubuhnya dengan dadanya naik turun menahan amarah, wajah gelap ganas dan bengisnya begitu terpampang nyata sampai Casilda merasakan hawa dingin turun ke perutnya! Dia itu iblis! Sangat menakutkan! Casilda bertanya-tanya, apa yang akan terjadi selanjutnya di antara mereka berdua. Di bawah sana, Casilda hanya memakai rok sobek menutupi bagian pribadinya. Jika ada yang masuk ke pintu saat ini, sudah yakin pasti akan terlihat begitu saja! Ini sangat memalukan! “A-a-a-Arkan...” sahut Casilda pelan, mencoba memanggil nama pria itu yang anehnya sedang menatapnya bingung dan rumit di wajah tampan menakutkannya. “DIAM!” bentaknya lagi, membuat Casilda tertegun dingin begitu menyadari sang pria sudah melorot turun ke bawah tubuhnya, dan kedua tangannya yang kokoh kembali membuka lebar-lebar kedua kakinya secara paksa dan kasar. Casilda menjerit panik, malu dan linglung di saat yang sama. Keringatnya semakin banyak! Apa dia akan mengotorinya sekarang? Arkan menekankan kepalanya di bawah sana hingga wanita malang ini menyentakkan tubuhnya kaget, merasakan sensasi aneh mulai menyerangnya dari dalam. Mata dipejamkan malu, dan merasa kotor ketika tubuhnya mulai menggeliat pasrah seolah-olah sedang tersengat aliran listrik tegangan tinggi! “A-Arkan!” desahnya gemetar, antara nikmat dan rasa takut. Bulu matanya melambai-lambai kecil merasakan serangan Arkan di bagian tertentu tubuhnya. Lidah pria itu seperti ingin merobeknya luar dalam! Baru saja Arkan ingin melakukan hal yang lebih keterlaluan, suara hantaman kuat di pintu membuat kesadaran kedua orang di ruangan ini langsung teralihkan. Arkan yang masih mencengkeram kuat kedua paha terbuka Casilda, menatapnya dengan sudut bibir sudah belepon madu alami sang wanita, hasil aktivitas panasnya barusan. Raut wajahnya menahan badai, terlihat tidak puas dan sangat kesal! Suara hantaman keras di pintu kembali terdengar! Itu mirip sebuah tendangan kaki ke pintu! Siapa yang berani mengganggunya saat ini? Sang aktor merasa dadanya mulai memanas kembali!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN