Bab 153 Dia adalah Istriku

2068 Kata
Ratu Casilda Wijaya sama sekali tidak mengerti kenapa Arkan bertingkah aneh. Ciuman mereka bahkan tidak biasa dan mampu membuatnya larut mabuk kepayang seperti orang kehausan parah. Apakah dia itu punya sihir penggoda, ya? Kenapa dia tidak bisa menolaknya dan malah meladeninya? Ataukah memang pesonanya yang membuat banyak wanita bertekuk lutut di hadapannya? “Hei, kenapa melamun saja?” tegur sebuah suara di dekat telinga Casilda. Sebelah kening wanita berkepang satu ini naik karena kaget. “Ma-manager Renata?” Renata tersenyum kecil, mata menyipit jahil. “Apa Arkan sudah bersikap lebih baik kepadamu?” “Bagaimana Anda tahu? Oh! Apakah Anda yang menasihatinya?” seru Casilda cepat, teringat telepon Arkan yang dulu sempat marah-marah dengan perdebatan mengenai dirinya yang ditahan layaknya tawanan di sebuah penjara emas. “Yah, mungkin benar begitu. Kamu hebat Casilda. Baru kali ini dia mau bernegosiasi dan mendengarkan perkataanku. Dia itu sangat keras kepala dan sulit untuk ditangani.” Casilda tersenyum kecut, berpikir semua hanyalah kebetulan. Lagi pula, menurutnya, semua yang dilakukan oleh Arkan sudah jelas ada maksud tersembunyi di dalamnya. Utamanya dengan niatnya yang tiba-tiba membiarkannya datang ke perusahaan, dan tetap mengizinkannya menjadi manager Julian dengan syarat dan ketentuan berlaku. “Mungkin kebetulan saja, manager Renata,” balasnya lirih. Baru saja Renata membuka mulut untuk memujinya sekali lagi, sesosok tinggi pria muncul dengan wajah galak di depan pintu kantor wanita berambut pendek itu. Tampan dan sangat segar. “Gendut! Kamu dari mana saja? Apa begitu sopan santunmu sebagai manager yang bertanggung jawab?!” Julian Ganomeda galaksi muncul dengan raut wajah kesal dan tidak puas. Superstar dengan suara emas itu memakai pakaian serba hitam dan fashionable, penuh dengan tali dan harnes di bagian tertentu. Penampilannya yang terlalu keren itu mengingatkan Casilda dengan penyanyi boyband Korea yang akan melakukan aksi konser istimewa di hadapan para penggemarnya.. “Benar, juga. Kamu katanya hilang, ya, sejak Minggu lalu?” celutuk Renata yang tahu kejadian di restoran setelah Julian marah-marah penuh protes tentang kinerja sang manager. Casilda tidak punya pilihan lain, segera meminta maaf dan berbohong di hadapan mereka. “Maaf! Saat itu aku sedang terburu-buru, ada urusan mendadak dan baterai ponselku tiba-tiba habis di tengah jalan. Tidak akan aku ulangi lagi.” “Hmmm... benarkah itu?” selidik Renata menyipit curiga, berpikir iseng kalau mungkin saja hal itu ada kaitannya dengan Arkan yang secara ajaib setuju membiarkan Casilda tetap bekerja sebagai manager Julian. “Gendut! Kamu tahu kalau bulan depan akan ada konser, bukan? Bagaimana bisa kamu berbuat semena-mena? Kalau ada masalah, seharusnya cepat lapor kepadaku! Jangan main menghilang begitu saja! Memangnya kamu hantu?!” Julian tidak menggubris pertanyaan bernada iseng Renata, menatap penuh amarah kepada wanita berkepang dan berkacamata bulat di depannya. Casilda hanya bisa menundukkan kepala muram. Semua ini gara-gara Arkan sialan! Kalau dia tidak menariknya ke ruangan itu dan berbuat hal yang m***m-m***m, Julian tidak akan memakinya dan menjadi bahan gosip banyak orang! Di luar sana, sudah ada beberapa pekerja wanita yang melirik ke arah mereka karena suara Julian yang sangat keras, penuh hinaan dan merendahkan. “Oh, katanya itu manager baru Julian, ya? Memangnya dia kompeten? Gendut begitu, kan? Bisa lari sana sini mengurus jadwal Julian yang padatnya bukan main?” “Aku dengar dia masuk jalur belakang. Kamu tahu, kan, kualitas orang yang masuk kerja dengan cara seperti itu?” “Aku tidak percaya, sih. Julian memang suka ganti-ganti manager seperti Arkan sang Top Star, bukan? Aku yakin dia pasti akan digantikan tidak lama lagi.” Casilda bisa mendengar semua ucapan mereka dengan sangat jelas, bahkan bisik-bisik mereka semakin banyak dan sudah memenuhi pintu ruang kerja Renata, meski jaraknya masih 1 meteran. Selama beberapa menit, Casilda hanya bisa mendengarkan omelan Julian, dan menunduk tanpa perlawanan. Dia memang salah, tapi Julian juga sangat keterlaluan! “Cepat jalan! Kamu pikir dirimu itu kura-kura?” ledek Julian yang kini telah berjalan di lorong bersama Casilda, hendak menuju studio latihan. “Aku benar-benar minta maaf...” gumam Casilda lirih. Merasa dirinya agak keterlaluan memarahinya hingga lesu seperti itu, Julian berhenti melangkah dan meliriknya penasaran. “Memangnya ada urusan apa yang begitu penting daripada diriku?” Mata mereka berdua bertemu. Casilda harap-harap cemas mengatakannya, maka dari itu sedikit memoles kebohongan di mulutnya. “Adikku sakit jantung, dan baru saja melakukan operasi beberapa saat lalu. Dia masih belum pulih sepenuhnya. Minggu itu aku menerima telepon yang tidak jelas dari seorang perawat, makanya dengan panik ke rumah sakit tanpa sempat memberitahumu. Aku benar-benar minta maaf.” Casilda menundukkan kepala sangat sopan, membuat Julian tiba-tiba merasa tidak enak hati. Dia berdeham dan membentaknya kesal, “hentikan itu! Kamu benar-benar manager menyusahkan. Baru kali ini aku punya manager sepertimu. Kenapa tidak bilang sejak awal kalau adikmu punya masalah jantung?” “Terima kasih, superstar Julian!” ujar Casilda tulus, tersenyum lebar yang ceria hingga membuat wajahnya terlihat sangat menggemaskan! Jantung Julian seketika berdetak tidak karuan! Sayangnya, begitu mengingat adegan antara Casilda dan Ethan, suasana hatinya langsung anjlok ke dasar. “Satu hal lagi, kamu dilarang dekat-dekat dengan pria mana pun. Apa kata orang nantinya kalau sampai ada gosip buruk tentangmu? Namaku bisa ikut-ikutan terseret. Paham?” Casilda tidak paham sama sekali. Toh, dia ini hanya seorang manager. Apa hubungannya dengannya? “Otakmu pendek, ya? Kalau sampai menyebar gosip tentang sikapmu yang suka menggoda pria di luar sana, aku pasti dicurigai sebagai salah satu korbanmu! Kamu pikir akan seperti apa para penggemarku mendengar hal itu nantinya?! Skandal seorang superstar dan managernya?! Kamu pikir bisa diatasi dengan mudah?!” Casilda cepat-cepat menutup kedua telinganya dengan mata terpejam erat, karena Julian berteriak penuh amarah tepat di depan wajahnya. “Baik. Baik. Aku mengerti. Lagi pula, kejadian di restoran, kan, memang hanya kebetulan semata. Memangnya aku yang minta melakukan hal-hal tidak sopan kepada sepupu jauhmu? Kalau ada CCTV di sana, seharusnya bisa membuktikan kalau aku tidak bersalah, bukan?” Julian tertegun kaget mendengar logika sang manager, lalu wajahnya memerah karena malu merasa dirinya dianggap orang bodoh, dan segera saja berteriak kembali. “Jangan mengelak, Casilda! Kamu pikir aku buta, ya?! Saat itu, kamu pasti berniat membalas ciumannya, kan?!” “Ciuman?” Casilda hendak membalas ucapan Julian, tapi sebuah suara dingin dan tajam sudah memotongnya lebih dulu. Ketika dua orang yang sedang berdebat ini menoleh ke arah sumber suara, ketegangan lain langsung muncul di sana. ‘Arkan?!’ batin Casilda gugup, napasnya tercekat! Apa yang dia dengar barusan? Sejak kapan dia berdiri di situ? Casilda gugup dan berkeringat dingin, merapatkan bibirnya dengan tatapan linglung. Arkan bukanlah orang yang mudah dibujuk, dan pikirannya sangat aneh luar biasa. Jika sampai membuatnya salah paham sekarang, sudah jelas dia pasti akan menghukumnya! “Heh! Aku pikir siapa? Rupanya playboy nasional kita yang luar biasa,” ejek Julian malas, menatap acuh tak acuh kepada Arkan, dan segera meraih bahu Casilda untuk dijadikan sandaran. Terlihat seolah-olah sedang pamer di depannya layaknya preman jalanan. Melihat tingkah semena-mena Julian kepada istri tercintanya, mata Arkan menggelap dingin berbahaya! Saat dia hendak membuka mulut dan memarahi Casilda, wanita di depannya itu segera melepas lengan Julian hingga sang superstar hampir terjatuh ke lantai dengan gaya yang sangat bodoh. “Casilda! Apa-apaan kamu, hah? Kamu mau buat aku masuk rumah sakit? Memangnya kamu sanggup menanggung semua biayanya kalau tulangku patah?!” Casilda menggertakkan gigi kesal, ingin sekali menendangnya hingga ke langit! Tatapan dingin dan curiga Arkan sudah memberikannya sesak napas, sekarang kembarannya juga menyulitkannya! Apa benar mereka ini tidak punya hubungan darah sama sekali? Kenapa sikap dan sifat mereka benar-benar mirip satu sama lain? Jika saja dia tidak tahu Arkan adalah anak tunggal, dia pasti berpikir mereka berdua benar-benar saudara kembar yang terpisah dan berbeda wajah! “Julian, kamu masih ada jadwal latihan siang ini, kan? Daripada marah-marah tidak jelas begitu, segera saja ke sana. Aku akan mengecek jadwal baru untukmu,” balas Casilda malas, mencoba mengabaikan Arkan yang sejak tadi menatapnya dalam diam. ‘Dia itu kenapa, sih? Kenapa menatapku terus? Cepat pergi sana!’ batinnya tak nyaman, karena pria tampan di depannya sudah mirip CCTV yang terus mengawasinya. “Casilda, apa kamu tidak bisa sopan sedikit!” Julian kembali marah-marah tidak puas, melotot ke arah Casilda yang bertatapan mata dengan Arkan. Menyadari arah tatapannya, Julian mendengus meremehkan. “Jangan bilang kamu terpesona dengannya juga? Aku beritahu kamu, Casilda, pria playboy sepertinya tidak akan pernah melirik dirimu yang gendut itu! Kamu jangan terlalu percaya diri, ya! Dia juga sudah punya tunangan! Apa kamu sebegitu haus perhatian dari setiap pria yang kamu lihat?” Mendengar hinaannya, Arkan dan Casilda serentak melirik ke arahnya dengan sinis. Arkan marah mendengar Julian lagi-lagi menghina istrinya, dan Casilda kesal mendengar ocehannya yang sudah mirip bebek cerewet sejak tadi. “Julian! Kamu bisa tidak berhenti mempermalukan managermu sendiri? Apa kamu masih punya otak? Kamu tidak takut ada rumor buruk yang beredar terkait perilakumu?” Julian tertegun syok, memucat kelam kehilangan kata-kata. “Baiklah. Lupakan saja. Aku akan membiarkanmu kali ini. Ayo, cepat kita pergi! Aku juga sudah tidak tahan berlama-lama di sini,” sinisnya kesal, melirik Arkan yang sejak tadi bersikap aneh menatapnya tajam. “Ada apa denganmu? Kalau ada masalah cepat katakan! Kamu mau jadi hantu atau pajangan di situ?” lanjut Julian tidak nyaman karena aura Arkan ternyata begitu gelap mengintimidasi. Casilda menahannya maju ke depan. Panik melihat kedua orang itu sepertinya akan ribut satu sama lain. “Julian! Hentikan! Kamu jangan bikin masalah! Aku tahu hubungan kalian berdua tidak begitu bagus. Tidak bisakah kamu bersikap lebih dewasa sedikit? Apa kamu akan terus tidak akur dengan seniormu sendiri? Kapan kamu akan bersikap profesional, hah?” keluhnya menahan rasa jengkel di hati, kedua tangan menahan lengan kiri sang superstar. Arkan yang masih diam mengawasi interaksi keduanya, memuram kelam melihat kedua tangan istrinya memeluk erat pria lain tepat di depannya. Mata sang aktor seperti panas ditusuk oleh bara api! Wanita ini! Berani-beraninya melanggar peringatannya lagi dan lagi! “Casilda,” geram Arkan super dingin, menatap wanita berkaos cokelat dan celana jeans seperti akan menebasnya menjadi dua. Perdebatan kecil Julian dan sang manager tiba-tiba berhenti, membuat Julian mengerutkan kening dalam. “Kalian saling kenal?” tanyanya dengan raut wajah tak percaya. Casilda menggigit gigi gelisah, gemetar melihat wajah suram dan menakutkan Arkan yang terus menatapnya tanpa henti. Apakah yang membuatnya marah kali ini? Dia, kan, tidak melakukan hal yang aneh-aneh! Sulit sekali membuatnya puas! Sudut bibir Arkan tertarik dingin, sinis dan meremehkan, lalu dengan lirikan sangat tenang dan percaya diri bertemu mata dengan Julian. “Kenal? Aku lebih dari sekedar kenal dengannya,” terang Arkan, tersenyum dingin sangat sombong. Napas Casilda tertahan kuat! Di belakang Julian, dengan muka keringat dingin, dia menggelengkan kepala cepat-cepat memberi kode agar suaminya tidak mengatakan hal yang bisa memancing tanda tanya kepada lawan bicaranya. Arkan yang pada mulanya sedang dalam suasana hati yang baik, sebenarnya sedang menuju kantor Renata, dan mencari Casilda untuk makan siang bersama. Semuanya hancur begitu mendapati pemandangan yang membuat hatinya panas! Apa-apaan istrinya itu melakukan gerakan aneh di belakang pria lain? “Mana mungkin kamu mengenal Casilda. Arkan, tidak semua wanita di dunia ini mengenalmu. Apalagi tergila-gila kepadamu. Dia ini hanya wanita kurang perhatian saja. Jangan mengusilinya mentang-mentang dia adalah manager baruku. Memangnya kamu kekurangan wanita, hah?” dengus Julian geli, tapi ekspresinya seketika membeku saat menyadari wajah super serius Arkan yang kini bertatapan mata dengan wanita di belakangnya. “Casilda, kamu tidak mengenalnya, kan?” lanjut Julian menahan panik, meliriknya dengan mata setengah melotot kesal. Casilda menelan saliva gugup. “Aku... aku...” “Dia adalah istriku,” potong Arkan dingin, auranya sangat mengintimidasi hingga suhu di ruangan ini turun beberapa derajat. Syok! Casilda melotot kaget mendengar ucapan berani Arkan di depan Julian! Apa dia sudah benar-benar gila, ya? Kenapa dia mudah sekali tersulut emosi? Apa Julian sangat dibencinya sampai harus mempertaruhkan hidup mereka berdua? Julian salah tingkah dengan tampak bodoh, merasa salah dengar. “Arkan, bercandamu sangat tidak lucu,” kekehnya tak percaya, menatapnya jengkel. Arkan melirikkan matanya super dingin seolah ingin menusuk Julian, menegaskan kalimatnya kembali kata demi kata, “Casilda benar adalah istriku. Kamu ada masalah?” Julian membeku syok! Di saat kalimat Arkan jatuh, pintu lift di dekat mereka terbuka penuh dan menampilkan Ethan dan sang sekretaris di dalamnya. Senyum sang presdir dingin ini yang semula sangat bahagia melihat Casilda muncul di depannya, mendadak lenyap ketika mendengar pengakuan tiba-tiba mengenai status Arkan bersama wanita berkacamata itu. “Casilda?” tegur Ethan dengan wajah muram, suaranya merendah dingin dan tak ramah. Ketiga orang tersebut serempak menoleh ke arah lift. Casilda membeku syok hingga kulit kepalanya terasa kebas! Kenapa Ethan ada di sini juga?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN