Bab 164 Ingin Bertemu Secara Pribadi

1417 Kata
“Presdir Ethan?” sapa Casilda pelan, deg-degan menunggu jawaban di seberang telepon. “Aku pikir kamu tidak akan mengenali suaraku,” balasnya dengan nada ringan dan santai. “Bagaimana mungkin saya lupa dengan investor utama kami? Tapi, maaf, ada apa Anda menghubungi saya tiba-tiba seperti ini?” Dalam hati, Casilda merasa lega. Sepertinya dia benar-benar terlalu paranoid. Casilda yang dikenal oleh Ethan telah tiada. Sekalipun nama yang sama, tapi penampilannya yang cupu dan sama sekali tidak ada keanggunan nona kaya di dalam sikapnya, bukankah tidak akan ada yang pernah menyangkanya? Namun, bagaimana dengan Arkan dulu? Bukankah dia langsung mengenalinya hanya dari mendengar namanya? ‘Tidak! Tidak! Arkan menaruh dendam kepadaku cukup lama. Tentu saja dia akan sangat sensitif ketika mendengar nama yang sama, bukan? Ethan tidak begitu. Dia langsung mengusirku saat di pesta pertunangannya, dan sama sekali tidak terkejut ketika aku memperkenalkan diri sebagai orang dengan nama yang sama. Itu artinya, aku tidak ada kesan mendalam di hatinya. Benar! Aku tidak boleh ceroboh mengekspos diri sendiri! Masa lalu adalah masa lalu! Tidak peduli dulu Ethan pernah berbuat jahat kepadaku, sekarang dia adalah bos besar di perusahaan! Selama menjaga jarak dan berpura-pura tidak ada apa-apa, aku pasti bisa bekerja dengan tenang! Sekarang, yang jadi masalah utama adalah Arkan!’ Casilda membatin sambil berpikir sangat lama, Ethan di ujung telepon yang sibuk menjelaskan maksudnya seketika saja menjadi linglung menatap layar ponselnya mengira Casilda menutup telepon begitu saja. “Casilda? Kamu mendengarku?” Wanita berkacamata bulat itu terkejut, salah tingkah dan tertawa gugup. “Ma-maaf, Presdir Ethan. Saya tidak sengaja tertidur. Bisa ulangi apa yang Anda katakan barusan?” bohong Casilda cepat. Ethan tertawa renyah, membalasnya dengan suara selembut mungkin. “Apakah menjadi manager seorang superstar membuatmu kekurangan tidur? Mungkin sebaiknya aku mengurangi jadwal mereka agar kamu tidak kelelahan. Aku tidak mau perusahaan yang menjadi tempatku berinvestasi dituduh sebagai pengeksploitasi pekerja.” “Tidak! Jangan lakukan itu, Presdir Ethan! Bagaimana Anda bisa berpikir demikian?” ujar Casilda panik, keringat dingin dengan ide konyolnya. “Kalau begitu, seharusnya kamu menghabiskan waktu istirahat dengan baik. Aku dengar dari Renata, kamu mengambil cuti selama 2 minggu ini. Apakah itu benar?” Casilda melamun. “Ada apa Anda menghubungi saya, Presdir Ethan? Apakah ada masalah?” “Kamu benar-benar ketiduran, ya, saat aku menjelaskannya kepadamu?” “Ma-maaf!” “Tidak apa-apa. Kamu tidak perlu sungkan. Tapi, kalau kamu memang merasa tidak enak hati, bagaimana kalau kita bicara secara langsung saja? Besok siang aku ada waktu, kita bahas saja apa yang ingin aku katakan kepadamu, jangan melalui telepon.” Rasa gugup menghantam hati Casilda. Pria itu ingin bertemu dengannya secara langsung? “Ehem... begini, Presdir Ethan. Sepertinya besok aku tidak bisa. Jika itu bisa dibicarakan melalui telepon, bolehkah mengatakannya saja sekarang?” “Sebenarnya topik itu tidak begitu berat, tapi cukup penting. Saat di restoran dulu, aku melihat dua superstar itu memperbutkanmu dengan begitu gigih. Aku tebak, kamu pasti sangat kompeten dalam mengurusi managemen mereka. Dari Renata, aku juga mendengar kamu memang sangat pintar mengendalikan temperamen kedua orang itu. Aku sebagai investor yang baru terjun di dunia entertainment menilai dirimu sebagai salah satu aset penting, maka dari itu aku ingin bicara serius hanya berdua denganmu.” “Bi-bicara hanya berdua? Aset penting?” Casilda melongo bodoh mendengar penjelasan barusan. Terdengar tidak masuk akal, tapi sebenarnya sangat masuk akal. Siapa yang ingin buang-buang uang banyak tanpa ada hasil memuaskan di dalamnya, bukan? Selama beberapa menit, keduanya berbicara sangat serius membahas pekerjaan. Tidak ada gelagat kalau keduanya punya masa lalu yang pernah terjalin sangat dekat dan intim. Saking bagusnya Ethan dalam menjelaskan bisnis entertainment, Casilda penuh semangat membalas perkataannya. “Baiklah. Kalau begitu sudah diputuskan. Kita akan bertemu akhir minggu ini.” “Um! Terima kasih, Presdir Ethan!” Setelah menutup telepon, Casilda menghela napas lega. Dia memang belum bisa melupakan masa lalu buruknya bersama Ethan, tapi pria itu menjajikan banyak uang jika bisa mengendalikan dua superstar mereka. Ternyata, Ethan tidak seburuk dugaannya. Dia bisa juga dimanfaatkan di saat darurat begini! “Arkan! Lihat saja! Aku pasti akan melunasi semua hutang-hutangku dan bercerai denganmu!” serunya senang kepada diri sendiri, ponsel digenggam erat-erat penuh semangat. Di dalam hatinya, nama Arkan sang Top Star memang telah terukir istimewa, tapi cinta di antara mereka hanyalah dongeng fantasi. Mustahil bisa menjadi normal dan indah. Daripada terluka lebih lama dan dalam, lebih baik dia mencari cara bagaimana agar bisa lepas dari jeratan aktor sombong itu! Suasana hati Casilda naik turun, tapi sedikit lebih baik. Maka dari itu, meski diancam oleh Arkan tidak boleh keluar mansion, dia akhirnya menikmati kegiatan membereskan pakaian di walk in closet tersebut. Terserah saja mau Lisa melihatnya di masa depan atau tidak, bukan masalah besar baginya. Kalau perlu, dia sangat berharap hubungan mereka bisa terekspos dan akhirnya berpisah. “Um? Kenapa dengan baju-baju ini?” gumam Casilda begitu hendak merapikan isi kardus berisi pakaian mahal Arkan yang hendak dibuang. “Loh? Bagaimana bisa baju-baju ini robek dan rusak? Bukannya ini merk mahal dan berkualias? Apakah palsu?” celutuk Casilda seraya melihat bergantian beberapa kemeja Arkan yang rusak berbagai bentuk. Bahkan ada yang tidak sengaja hangus gara-gara terkena setrika panas. “Sayang sekali rasanya kalau dibuang,” gumamnya lagi, mengerutkan kening dalam, berpikir untuk melakukan sesuatu dengan baju-baju yang dinilainya masih layak pakai. *** “Lisa! Tolong dengarkan aku baik-baik! Kamu tidak boleh bekerja terlalu keras! Bukankah kamu punya darah rendah?” tegur seorang wanita berambut pendek. Lisa sang supermodel cantik mengabaikan ucapannya, sibuk menggeser gantungan baju beroda di sisinya, dan segera memberi kode kepada penata rias untuk segera memolesnya. “Lisa! Sebentar lagi kamu akan menikah dengan Arkan, kalau memaksakan diri seperti ini terus, kamu bisa tumbang!” “Joanna, kamu benar-benar manager yang berisik, ya? Kamu tahu kalau suasana hatiku sedang buruk akhir-akhir ini! Baru sedikit senang saja, sudah mau merusaknya?” “Tapi, kamu tidak boleh terlalu lelah. Bukankah setelah menikah kamu berencana untuk hamil? Untuk apa mengambil begitu banyak kontrak?” Lisa memutar bola mata malas, “kamu adalah manager paling aneh sedunia! Talentmu mendapat banyak tawaran, tapi malah tidak senang!” “Bukannya aku tidak senang kamu mendapat banyak kontrak selama ini, tapi kamu juga harus memikirkan kesehatanmu! Jangan diet lagi! Kamu mau pingsan berapa kali dalam sehari?!” “Seingatku, terakhir kali aku pingsan adalah akhir tahun lalu. Kamu terlalu berlebihan!” omelnya kesal, lalu memberi isyarat kepada penata rias memperbaiki bulu matanya, “tolong rapikan dan pertebal.” “Baik!” Joanna hanya bisa menghela napas berat. Lisa selalu melakukan yang terbaik. Walaupun punya temperamen buruk saat sedang marah dan merupakan nona kaya yang bersifat suka memerintah, tapi dia adalah wanita yang sungguh-sungguh dengan pekerjaannya. Sang manager sampai khawatir melihatnya yang gila kerja. Terlebih lagi jika Lisa sedang stres berat gara-gara kelakuan Arkan, dia pasti akan berusaha melupakannya dengan bekerja lebih keras dan lebih banyak. Seolah-olah dia akan mati karena pekerjaan! Karena Joanna terus cerewet membahas masalah kesehatannya, akhirnya mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk mengecek kesehatan standar. “Aku bilang ini tidak perlu!” keluh Lisa sembari turun dari mobil. Joanna tertawa, melihatnya dengan penuh semangat. “Kalau kamu memang seyakin itu, kamu tidak akan ikut denganku, bukan? Kalau Arkan sampai melihatmu pingsan dan tidak enak badan, bisa kamu bayangkan bagaimana reaksinya. Mungkin dia akan mengejekmu sebagai wanita yang menyusahkan.” Lisa mendengus kesal melihat kemenangan di wajahnya, berjalan cepat meninggalkannya sendirian di tempat parkiran. Joanna tahu bagaimana perkembangan hubungannya dengan sang tunangan. Wanita cakap itu bukan hanya bertugas sebagai managernya, melainkan tempatnya berkeluh kesah. Di studio sebelumnya, Joanna menjelaskan hal mengerikan tentang pandangan Arkan terhadapnya usai acara reality show pasangan. Walaupun Joanna menjadi tempannya melampiaskan perasaannya, tapi Lisa jelas terlalu malu mengatakan soal ciuman pertamanya yang sama sekali tidak ada artinya di mata Arkan. Semakin dia memikirkannya, semakin Lisa merasa sangat malu dan kesal. Dia bertekad ketika di Amerika nanti, mereka berdua harus berciuman penuh makna! “Hei! Tunggu aku!” Joanna berlari-lari kecil mengikutinya di belakang. Setelah kepergian dua wanita tadi, di arah berlawanan, dokter Archer yang merupakan dokter tim operasi adik Casild berjalan santai di halaman parkiran sambil bersiul. Dokter tampan itu sepertinya baru saja dari kantin rumah sakit di sisi lain bangunan. Di tangan kanannya ada sebungkus roti yang sibuk dimainkan di udara. “Tunggu! Mobil itu sepertinya tidak asing?” Archer tidak sengaja melihat sebuah mobil dengan plat nomor kendaraan yang unik. Saat mendekat seketika saja wajahnya berubah kesal! “Berengsek! Bukankah ini mobil yang dulu menabrakku? Di mana pemiliknya sekarang?!” gerungnya marah, roti di tangan digenggam erat-erat hingga berbentuk tidak karuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN