Bab 163 Presdir Ethan Menghubungi Mantan Kekasihnya

1821 Kata
Casilda tidak tahu harus melakukan apa di mansion sendirian. Para pelayan telah dikurangi hingga separuhnya dan hanya menyisakan beberapa orang yang telah mengetahui pernikahan rahasia antara dirinya dan Arkan. Sejujurnya, Casilda ingin mendatangi kedai ayam krispi dan ingin meminta maaf kepada Ryan. Tapi, karena pertengkaran kecilnya pagi tadi dengan Arkan, membuat wanita berkacamata bulat tebal dan berpipi bakpao itu hanya bisa mondar-mandir di dalam kamar menunggu balasan pesan dari anak bos pemilik kedai tersebut. “Apa dia sangat marah, ya?” gumamnya kepada diri sendiri, bersadar di tepian jendela kaca di kamar Arkan. Casilda tentu saja tidak akan mau mengakui kamar yang digunakannya saat ini adalah kamar bersama. Toh, Arkan hanya mengecapnya sebagai alat balas dendam dan pelampiasan nafsunya. Merasa bosan menunggu dan tidak mau membuka siaran TV gara-gara tayangan di billboard malam itu kini menjadi trending topic di mana-mana, membuat Casilda sakit kepala dibuatnya. “Kalau dia memang sangat mencintai Lisa, seharusnya dia tidak perlu menikah denganku, bukan? Apakah dia sungguh tidak mau melihatku hidup bahagia sampai menjeratku seperti sekarang? Dia sangat takut Lisa tertular kesialan dariku, memangnya mataku ini punya kutukan apa?” gerutunya berbisik sambil melamun, teringat ancaman Arkan yang melarangnya untuk melihat Lisa di layar billboard. Selama beberapa menit, Casilda hanya bisa seperti ini sambil menunggu balasan dari Ryan. Namun, mau seperti apa pun dia menunggu, pesannya sama sekali tidak dibalas. Dibaca saja tidak. Benar-benar mengabaikan dirinya! Casilda menghela napas berat, melirik jam di dinding. Sudah mau masuk tengah hari. Daripada dia bosan dan hanya bisa meratapi nasib, lebih baik mengecek keadaan keluarganya. “Kakak sepertinya hidup dengan makmur, ya, di sana? Pipi bakpao kakak semakin menggemaskan!” komentar adik Casilda melalui video call. “Huh! Apanya yang semakin menggemaskan? Kamu mau meledekku kalau aku semakin gendut, kan?” Danish terkekeh jahil di layar, menggodanya nakal, “walau gendut, tapi Kak Arkan sangat mencintai kakak, bukan? Dia sampai rela menjadi kambing hitam semua orang, dan membahayakan karirnya. Di mana lagi kakak bisa menemukan pria setia dan penuh pengorbanan seperti itu?” Casilda tertawa aneh, bergumam tidak jelas dengan suara kecil, “yeah... pria setia dan penuh pengorbanan. Dia benar-benar suami yang hebat.” Hebat selingkuh, sih, iya! Dasar playbol nasional sialan! Karena Danish tiba-tiba membahas Arkan, mau tidak mau Casilda membahasnya sebentar dan perlahan menggiring topiknya mengenai ibu dan ayahnya. “Apa? Ke luar negeri?” Casilda syok mendengar hal itu dari ibunya yang tampak tersenyum malu-malu. “Benar. Arkan mengurus keberangkatan kami bertiga. Selama berada di Amerika, selain jalan-jalan mempererat hubungan ibu dengan ayahmu, kami akan dengan tekun menjaga adikmu melakukan perawatan lanjutan. Dokter bilang dia harus memastikan keadaannya stabil dan melakukan serangkaian perawatan lain. Alatnya hanya ada di Amerika, maka dari itu kita tidak punya pilihan lain. Arkan sudah setuju dan membayar semuanya. Kamu tidak perlu memikirkan apa pun. Tugasmu hanyalah menjadi istri yang baik melayaninya di sana.” “...” Casilda terdiam pucat, membatu dengan mata memutih ingin pingsan! Apakah ibunya tidak paham yang Arkan lakukan kepada keluarga mereka? Dia sama sekali tidak percaya ibunya sepolos itu! Bisa-bisanya menerima bantuan dari Arkan tanpa mengatakannya terlebih dahulu! “Ibu! Kenapa ibu tidak bertanya dulu pendapatku! Aku sekarang juga bekerja di perusahaan entertainment! Aku bisa menghasilkan gaji puluhan juta dalam sebulan! Kenapa harus merepotkan orang lain?” “Orang lain apa? Dia adalah suamimu! Kamu itu bicaranya sungguh tidak tahu malu! Kalau dia sampai dengar, dia pasti akan sangat kecewa kepadamu!” Casilda akhirnya terdiam muram mendengar semua omelan ibunya di layar ponsel. Di mata keluarganya, sikap baik Arkan pastilah sebuah kebajikan yang membuat hati siapa pun tersentuh. Tapi, tidak dengan Casilda! Semua kebaikan Arkan pasti ada harganya! Semua biaya jalan-jalan kedua orang tuanya dan perawatan adiknya sudah jelas akan masuk ke daftar hutang setinggi langit miliknya! Tidak bisakah dia sedikit bernapas? Baru juga ingin bekerja keras banting tulang membayar hutang, ini malah ditambah terus! Casilda tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya mendengarkan perkataan ibunya sampai akhir. Setelah merasa berat dan ingin gila, Casilda ingin mencari hiburan menenangkan diri. Sambil duduk di sofa persegi di tengah kamar sambil menyalakan TV besar di dinding. “Sungguh? Kalian akan mengadakan resepsi 4 kali akhir tahun ini? Wuah! Lisa, kamu sungguh wanita yang sangat beruntung! Ataukah sebenarnya Arkan sang Top Star yang sangat beruntung memilikimu?” Seorang pembawa acara di TV tampak berbincang ringan dengan Lisa di depan sebuah ruang ganti. Sepertinya itu adalah acara dadakan mengunjungi bintang tamu dengan datang langsung ke tempat kerjanya. Kebetulan Lisa di acara siaran langsung itu sedang bersiap untuk melakukan peragaan busana musim terbaru. “Mungkin lebih tepatnya kami beruntung saling mendapatkan satu sama lain. Apakah saya berlebihan mengatakan ini?” balas Lisa malu-malu, menutupi mulutnya dengan satu tangan. Tertawa pelan begitu anggun dan terpelajar. Wanita pembawa acara tertawa lepas melihat keluguan dan rendah hati Lisa, segera menggodanya lagi dengan sangat sopan, “berlebihan bagaimana? Lihatlah kamu yang luar biasa! Latar belakang sangat hebat dan menawan! Wajah sangat cantik dengan tubuh semampai idaman semua wanita. Hanya pria buta yang tidak akan terpesona! Oh, tidak! Yang buta pun pasti akan jatuh cinta jika mendengar suaramu!” Casilda cemberut muram melihat sikap Lisa yang begitu anggun dan berkelas. Bahkan di saat dia sedang digoda dan didesak mati-matian melalui siaran langsung, dia masih begitu tenang dan percaya diri. Sambil mencubit gumpalan lemak di perutnya sambil melamun meratapi nasibnya. “Lemak, apa kamu bisa dijual? Sepertinya kamu sama tidak bergunanya denganku saat ini. Iya, kan? Memangnya kenapa kalau gendut? Apakah merugikan orang lain? Aku juga tidak mencuri makanan orang lain, kan?” Casilda melamun. Isi otaknya melayang ke banyak hal, tapi kebanyakan adalah rasa tidak percaya dirinya jika harus dibandingkan dengan Lisa yang super cantik. Jika dia masih Casilda yang dulu, jelas dia akan percaya diri mengatakan dirinya lebih cantik daripada siapa pun. Lisa bahkan tidak akan bisa bersaing dengannya. Namun, masa lalu adalah masa lalu. “Sudahlah. Memangnya kenapa kalau aku seperti ini? Bukankah bagus? Arkan pasti akan bosan dan muak melihatku. Kalau dia sudah tidak tahan punya istri gendut, dalam waktu dekat sudah jelas akan meminta cerai.” Dia berpikir tayangan tentang Lisa dan Arkan sudah selesai, dan bisa menonton tayangan lain yang lebih menarik. Tidak sangka malah melihat acara itu ketika menyalakan TV untuk kedua kalinya. Tombol power ditekan, meninggalkan layar hitam di TV. Saat berdiri dari sofa persegi, Casilda menghela napas berat. “Baiklah. Karena tidak ada kerjaan, bagaimana kalau kita bereskan saja pakaian di lemari? Sesampainya di walk in closet Arkan, ruangan yang semula cukup luas itu, tiba-tiba saja terlihat sempit dengan beberapa lemari gantung tambahan dan juga beberapa kardus besar di lantai. “Aku sudah bilang kepadanya tidak perlu membuang uang sebanyak ini. Kenapa dia masih saja keras kepala membeli baju-baju mahal begini, sih? Pamer?” gerutu Casilda kesal, berjalan mendekat ke arah kardus besar. “Um? Apa ini?” lanjutnya dengan wajah penuh tanda tanya melihat sebuah kotak lain di dekatnya. Saat memeriksa isinya, wajah Casilda seketika pucat pasi. Itu adalah tumpukan pakaian Arkan yang dulu sempat dijadikan tali darurat untuk kabur dari mansion ini. Suaminya belum sempat membahas lebih jauh soal cara dia melarikan diri sebelumnya. Apakah dengan pakaian-pakaian di kardus akan masuk ke daftar hutangnya juga? Kenapa hutangnya terus bertambah, sih? Kenapa jadi mirip amoeba yang terus membelah diri?! “Dia mau apa dengan semua baju-bajunya? Membuangnya? Atau memberikannya kepada orang lain?” Casilda memeriksa sebuah tulisan kecil di atas kardus. “Dibuang ke tempat sampah di hari Minggu,” ucap Casilda, membaca serius kalimat di sana. Ternyata benar dia ingin membuang baju-bajunya! Bukankah satu set pakaian ini bisa sampai puluhan juta? Apa dia gila? Ataukah punya penyakit kebersihan? “Apa salahnya pakaian-pakaian ini? Dasar pria boros!” makinya seraya mengamankan kardus itu ke sisi lain ruangan. Arkan telah memberitahunya untuk membereskan pakaiannya sendiri, tidak sangka kalau dia benar-benar yang harus melakukannya. Apa ini tidak apa-apa? “Apa dia tidak takut ketahuan Lisa? Otaknya isinya apa, ya? Sarang laba-laba, atau hanya m***m-m***m tidak berguna?” ujar Casilda seraya menghela napas berat. Ketika Casilda sibuk mengomel sambil membereskan pakaiannya, dia tidak sengaja menyenggol gantungan pakaian di belakangnya. “Ya, ampun! Kalau ketahuan aku menjatuhkan bajunya ke lantai, jangan-jangan dia akan membakar semua isi ruangan ini!” Cepat-cepat Casilda mengambil pakaian yang tidak sengaja jatuh dan berantakan di lantai. Saat sibuk mengaturnya ke tempat semula, gerakannya tiba-tiba membeku. “Gaun ini belum pernah aku lihat,” celutuknya pelan, setengah melamun melihat gaun merah sangat seksi dan indah di tangannya. Jelas itu bukanlah ukuran Casilda, terlalu ramping dan seksi. Tidak cocok dengan tubuh mirip bola seperti dirinya. “Apa dia membeli ini untuk diberikan kepada Lisa?” Casilda menebak-nebak dalam hati. Berpikir kalau mungkin saja Arkan belum menemukan hari yang tepat untuk memberikannya secara pribadi kepada sang tunangan tercinta. Wanita berkepang satu ini mendengus geli, dan entah kenapa sedikit kecewa. Dengan hati-hati menggantung kembali gaun merah seksi itu ke tempatnya. “Seleranya ternyata memang sangat tinggi. Semoga saja dia segera muak denganku dan bercerai. Memangnya pria seperti itu bisa tahan selamanya bersama wanita yang tidak setara? Kita lihat berapa lama tekad dan kegigihannya bisa bertahan untuk balas dendam semata. Dasar pria bodoh.” Casilda menggerutu dengan wajah cemburut dan sedih. Sekalipun dia berharap bisa bercerai dengan Arkan, tapi membayangkannya bersama wanita lain, entah kenapa dia tidak suka, dan berpikir tidak akan sanggup menghadapinya. Dia tahu kalau hubungannya dengan Arkan tidak akan pernah bisa menjadi normal. Jadi, untuk apa berharap dan ingin membuatnya tersentuh? Pada mulanya, Casilda berpikir dia benar-benar akan terjebak selamanya di sisi Arkan sang Top Star, tapi setelah logika dan akal sehatnya tersusun baik usai melihat tayangan betapa sempurnanya Lisa, dia ragu kalau Arkan akan tetap dalam misi balas dendamnya. Manusia memiliki titik jenuh, dan Arkan tidak akan luput dari itu. Dia pasti akan membuangnya suatu hari nanti, bukan? Itu sangat bagus! Tapi.... “Kenapa rasanya sakit sekali? Rasanya aku ingin mati saja....” gumam Casilda dengan wajah meringis kelam menahan sakit, mencengkeram bagian jantungnya dengan aura tak bersemangat dan gelap. Di otaknya terus terbayang Arkan dan Lisa yang sedang berciuman mesra di halaman belakang mansion. Inilah yang Casilda takutkan. Dia sangat takut jatuh cinta kembali seperti dulu dan patah hati seperti orang bodoh tak punya harapan hidup. Ketika Casilda berlutut sambil meneteskan air mata kesal dan sesak di dadanya, ponsel di tangannya berbunyi dan menampilkan sebuah nomor asing. “Siapa, sih, ini? Dasar pengganggu!” omel Casilda marah dan putus asa, tergugu kesal karena waktu menangisnya yang berharga malah diganggu oleh orang asing. Waktu untuk menangis sendirian juga dia tidak bisa?! Ini keterlaluan! Di mana kebebasan untuknya?! Dia cepat-cepat menata hatinya, dan menegaskan suaranya menjawab panggilan masuk tersebut. “Halo? Ini dengan siapa, ya?” “Casilda?” Satu kata itu membuat sekujur tubuh Casilda membeku syok! Mata membulat besar, dan punggungnya seketika kaku sedingin balok es! Ethan? Kenapa dia bisa tahu nomor teleponnya?! Untuk apa dia juga tiba-tiba menghubunginya secara pribadi begini? Apakah dia ingin mengejeknya? Benarkah selama ini Ethan telah mengetahui siapa dirinya sebenarnya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN