Bab 148 Mengajaknya ke Hotel Murahan

2077 Kata
*** WARNING: RATE 21 PLUS *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA! SEMUA INI HANYALAH IMAJINASI DAN KARANGAN AUTHOR. YANG J E L E K DAN BURUK, JANGAN DITIRU! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA! --------------------------------------- Kejadian di mobil sebelumnya membuat suami istri itu terdiam satu sama lain. Karena sang supir telah diusir ketika Arkan marah, maka sang aktor sendirilah yang menyetir mobil saat ini. Di sebelahnya, Casilda masih tergugu dalam diam. Sesekali mengusap bergantian pipinya, membuang ingus dengan sangat keras seolah-olah sedang memarahi sang suami. Arkan mengernyitkan kening terus-menerus ketika melihat istrinya melakukan hal itu berkali-kali, tapi dia menekan ketidaknyamanan di hatinya. Jika dia sampai marah kembali, Arkan yakin dia akan ‘mempermainkan’ Casilda lebih parah daripada sebelumnya. Dia terlanjur pernah berkata untuk membuat Casilda memohon kepadanya untuk ditiduri sampai akhir, maka pria ini yang memiliki gengsi selangit dan dendam yang membara, terpaksa menahan diri seperti orang bodoh. Ini seperti meludah ke muka sendiri! Arkan mengumpat di dalam hati, selama menyetir menuju ke hotel terdekat, pikirannya dipaksa fokus untuk tidak memikirkan betapa nyaman ketika memasukinya meski hanya setengah jalan. Arkan resah dan gelisah, sebenarnya sangat susah menarik diri saat sudah memasuki Casilda seperti itu, tapi untungnya segera mengingat tiga pria yang mencoba main-main dengan istrinya, dia langsung bertekad untuk tetap membuat Casilda bertekuk lutut memohon kepadanya. Sekarang, di otak sang aktor berusaha memikirkan sebuah cara bagaimana agar Casilda tergila-gila padanya. Hanya menatap dan memikirkannya seorang. “Cepat turun!” titah Arkan dingin, mematikan mesin dan melirik kesal kepada istrinya yang masih saja terisak kecil. Casilda tidak menanggapinya, melirik ke sebuah bangunan ukuran sedang, tapi sangat biasa. Dengan cepat, dia bisa tahu kalau itu adalah hotel kelas melati. Kenapa Arkan membawanya ke hotel seperti itu? Apakah dia pikir dirinya ini sungguh rendah sampai harus membawanya ke hotel yang selalu digunakan oleh banyak orang untuk berbuat hal tidak bermoral? Sekalipun sebenarnya hotel jenis ini hanya disalahgunakan oleh orang-orang tak bertanggungjawab, tetap saja Casilda merasa terhina diajak oleh sang suami ke hotel seperti itu dengan tubuh yang sangat berantakan parah. “Kenapa belum turun juga? Cepat keluar!” omel Arkan dengan wajah tidak senang, dengan sangat jelas di matanya memancarkan nafsunya yang belum terpuaskan. Casilda bergidik ngeri menyadari kemampuan Arkan sebagai seorang pria. Tidak heran dia adalah seorang playboy sejati. Setelah memaksakan dirinya turun dari mobil, Casilda yang berusaha berpikiran positif mengenai hotel yang mereka datangi, melihat-lihat keadaan sekitar. Ini adalah jenis hotel kelas melati yang cukup bagus dan bersih, dua lantai, dan semuanya tampak asri. “Hei, sudah lama tidak bertemu!” tegur sebuah suara, sepertinya adalah suara seorang pria. Ketika melihat penampilan Casilda yang mencoba bersembunyi di balik tubuh Arkan, pria itu langsung mengernyitkan kening. “Mainan baru? Tidak sangka kamu punya selera baru seperti ini,” sindirnya yang mengamati Casilda dari atas ke bawah, sangat tidak percaya kalau sang aktor kelas atas itu sedang bermain dengan wanita yang jauh dari seleranya seperti biasa. “Berisik. Cepat berikan kuncinya!” geram Arkan marah, menjulurkan tangan untuk menerima kunci. Mengamati interaksi kedua orang tersebut, Casilda berpikir kalau Arkan pasti mengenalnya sangat dekat. Apakah Arkan sering datang ke mari? Apakah dia melakukan kegiatan bercintanya dengan beberapa wanita di tempat ini? Hati Casilda tiba-tiba saja merasa sangat perih dan menusuk tajam. Pria playboy dengan jam terbang tinggi seperti Arkan, bukankah itu hal yang lumrah? Dia bahkan masih saja sempat-sempatnya mencium 2 wanita lain setelah menikah dengannya. Mau harap apa darinya itu? Suami sialan! “Seperti biasa, aku akan mengirim uangnya melalui rekening. Ingat untuk tutup mulut dan anggap tidak pernah melihat apa pun. Mengerti?” ancam Arkan tegas, membuat pria di depannya tersenyum seraya menaikkan tangan dengan isyarat ‘OK’. “Jangan khawatir. Tentu saja aku tahu prioritas untukmu. Aku tidak sebodoh itu untuk kehilangan pelangganku yang setia, dan merupakan sumber emasku selama ini. Sebagai pemilik hotel, aku sangat tahu diri. Kalau begitu, selamat menikmati waktu kalian berdua. Aku pergi dulu!” Pria itu sepertinya sangat bahagia dengan transaksinya barusan. Mendengar kalimat keduanya, hati Casilda tertekan sangat berat. Dugaannya ternyata benar. Arkan mungkin telah menjadikan tempat ini sebagai tempat bermainnya. Entah karena dia tidak mau ketahuan oleh orang banyak, atau karena alasan lain sehingga tidak memilih hotel kelas atas untuk dijadikan sebagai sarang bercintanya. “Cepat! Ikuti aku!” tegur Arkan kesal, mengernyitkan kening dalam seraya menarik keras tangan sang istri di belakangnya. Casilda berjalan terkantuk-kantuk mengejar langkah besar sang suami, menundukkan kepala tidak ingin dilihat oleh siapa pun. Ini sangat memalukan! Bisa-bisanya dia ditarik oleh Arkan dengan sikap sombong begitu! Perlakuannya saat ini sudah mirip pelacurnya yang akan dipakai untuk beberapa jam saja. Wajah Casilda yang menunduk meringis gelap menahan sakit hatinya. Mau protes juga percuma. Jika bertengkar di sini, semua orang bisa menonton mereka seperti badut pertunjukan. Ketika memasuki sebuah kamar di lantai 2 dan agak sedikit berada di belakang gedung, Casilda terpana melihat isi kamar. Itu cukup luas dan memiliki satu ranjang besar di sana. Kesannya tidak seperti hotel kelas melati yang selama ini dilihatnya di TV yang suka masuk pemberitaan, meliput perbuatan tidak bermoral dari beberapa orang yang membuat resah warga sekitar. Casilda melihat Arkan sibuk dengan ponsel, mengirim pesan kepada seseorang, lalu melirik ke arahnya sambil mengomel, “apa lagi yang kamu tunggu? Cepat mandi dan bersihkan tubuhmu! Kita masih harus ke mall sebelum tutup!” Wanita dengan mata merah habis menangis itu segera melihat-lihat sekitarnya, berharap dapat menemukan sesuatu untuk dipakai. Dia tidak berharap menemukan apa pun di hotel jenis ini, tapi begitu melihat di atas meja kecil ada sepasang handuk kimono baru, dia pun segera meraihnya cepat. Casilda menebak kalau pria sebelumnya telah menyediakan semua keperluan yang mereka butuhkan sebelum tiba di sini. Arkan masih sibuk dengan ponselnya, lalu tiba-tiba marah menelepon seseorang, “warna apa saja! Kamu tidak paham juga? Apa otakmu bodoh?! Apa saja di situ! Kamu sudah lihatkan tadi dia itu seperti apa?” Casilda gemetar ketakutan, memucat kelam melihat temperamen buruk Arkan sang Top Star, buru-buru masuk ke kamar mandi dan menguncinya. Belum juga cukup 5 menit menyiram tubuhnya dengan shower di atas kepalanya, pintu kamar mandi diketuk keras. “Buka pintunya! Casilda, cepat buka pintunya! Jangan membuatku marah!” “Dia itu mau apa, sih?” Dengan hati gugup dan segera menutupi tubuhnya menggunakan handuk kimono, serta menahan pikiran buruknya, Casilda membuka pintu. Matanya langsung bertumbuk dengan mata gelap dan penuh nafsu sang suami. “Kamu pikir kita sudah selesai?” tanyanya kesal. “A-Arkan, kamu bilang apa?” gagap Casilda takut, kakinya mundur selangkah, hendak menutup pintu kamar mandi, tapi langsung dicegat oleh tangan sang aktor. Senyum menyeringai jahatnya dihiasi oleh tatapan gelap di wajah tampannya. Arkan saat ini sedang tidak memakai apa pun di bagian atas tubuhnya, dan dengan cepat mendorong pintu sembari membuka ikat pinggangnya tak sabaran. “Aku belum puas. Kamu harus bertanggungjawab sebagai istri yang tidak patuh.” “Arkan! Kamu gila! Kamu pikir ini di mana?!” bentak Casilda marah, merasa harga dirinya tercoreng jika harus melakukannya di hotel seperti ini. Sebenarnya tidak ada yang salah jika melakukannya di hotel mana saja, toh, mereka telah menikah secara resmi meski hanya di mata agama, tapi perlakuan Arkan membuatnya seperti seorang murahan yang dipakai sesuka hati hanya untuk pelampiasan hasratnya semata. Tidak ada harga diri, tidak ada rasa hormat. Benar-benar sangat rendah! Wajah Arkan sang Top Star menggelap suram, mendongak kesal menatapnya marah, “bukankah aku telah mengatakannya kepadamu? Aku akan membuatmu memohon kepadaku untuk melakukannya sampai akhir. Jadi, selama kamu tidak melakukannya, aku akan menikmati mulutmu sampai puas hingga hari itu tiba.” Casilda menggertakkan gigi, mundur dengan wajah panik. Di belakangnya sudah tidak ada apa-apa. Suara pintu yang dikunci oleh Arkan, sudah menjadi keputusan final akan nasibnya malam ini. Casilda menggeleng ngeri, menatap kecewa dan marah kepada sang suami. Bisa-bisanya dia memperlakukannya seperti ini, padahal dia adalah istrinya! Apakah karena dia bukan Lisa yang dicintainya? “Berlutut! Hisap lebih keras daripada biasanya. Jangan sampai setetes pun tumpah ke lantai!” peringat Arkan dengan aura mengintimidasi. “Arkan! Aku sangat membencimu! Kamu bukan manusia!” bentaknya dengan tubuh gemetar marah. Pria tampan di depannya itu sangat kompleks. Jika sedang marah, maka dia akan sangat marah sampai bisa membuat Casilda akan mati tersiksa di tangannya. Tapi, ketika dia sedang senang, dia akan membuatnya senang dengan cara yang membuatnya mabuk kepayang tak terbayangkan dengan segala sentuhannya. Arkan adalah madu dan racun untuk Casilda! Sang aktor tertawa hebat, menatap lucu wanita di depannya dengan kepala dimiringkan arogan. “Casilda, kamu tahu betul aku seperti apa, bukan? Jangan membantah lagi. Cepat lakukan!” desis Arkan dengan wajah tak enak dipandang, terlihat marah entah karena apa. Casilda menggigit bibirnya kesal, air mata sudah berkumpul di sudut-sudut matanya, tapi dia pun menahan diri sekuat tenaga. Melawannya bukanlah hal yang bagus. Dia harus mencari cara lain! Apakah dia sungguh harus membuat Arkan jatuh cinta kepadanya agar bisa lepas dari siksaannya? Casilda sudah memikirkan cara itu untuk lepas dari neraka yang dibuat oleh Arkan khusus untuknya, tapi yang jadi masalah adalah jika dia membuat Arkan jatuh cinta kepadanya, bukankah itu sama saja mengarahkan pisau ke leher sendiri? Dia sendiri telah jatuh cinta kepadanya entah sejak kapan. Apakah dia akan tergoda jika Arkan meliriknya sebagai wanita? Memikirkan ide gilanya itu, membuat Casilda sangat dilematis. “Masih juga tidak mau berlutut?! Kamu jangan buat aku semakin marah, Ratu Casilda Wijaya!” raung Arkan murka, sudah merasakan desakan dari dalam dirinya yang tidak bisa ditahan lebih lama lagi. Jika ingin jujur, Arkan ingin terus bermain sampai puas di tempat ini bersama sang istri. Tapi, karena besok harus menghadiri acara penting, mau tidak mau dia harus menyelesaikan masalah di sini secepat yang dia bisa. “Casilda!” raung Arkan lagi, sudah berjalan cepat ke arahnya. Casilda yang tengah melamun memikirkan ide gilanya untuk membuat Arkan mencintainya, tiba-tiba tersentak kaget ketika melihat sang suami sudah mendekat maju. Dengan menahan malu dan membuang harga dirinya, Casilda maju dan tersenyum lembut ke arahnya. “Arkan, suamiku, kamu jangan marah lagi, ya? Aku sungguh lelah malam ini. Aku akan memberimu layanan yang sangat baik, tapi setelah itu bisakah kita istirahat?” bujuk Casilda yang langsung menjadi istri yang sangat manja dan manis. Arkan Quinn Ezra Yamazaki tertegun kaget melihat perubahan drastis sang istri. Telinganya bahkan memerah malu melihat Casilda yang patuh seperti ini ternyata sangat manis dan cantik! Walaupun dia bertubuh gemuk, tapi kulitnya sangat putih dan halus. Wajahnya oval dan agak bulat menggemaskan dengan rambut basah yang tergerai di pundaknya. Jantung Arkan berdetak kencang, menelan saliva gugup. Rasanya dia bisa mendengar tabuhan gendang di telinganya hingga darahnya berdesir! Arkan sang Top Star terpesona dengan wanita cinta pertamanya. Saking terpesonanya kepada Casilda, kedua tangannya tiba-tiba gemetar dingin. Selama bertahun-tahun menjadi seorang playboy dan tidur bersama entah sudah berapa banyak wanita cantik dan seksi, baru kali ini dia sangat gugup seperti baru kali pertama akan melakukannya. Casilda dengan manja dan genit mendekat menyentuh dadanya yang bidang dan polos. Mengelusnya lembut sembari menatap Arkan yang masih saja terpana. “Jangan marah lagi, ya? Aku tahu aku selalu membuatmu kesal, tapi bisakah hari ini sudah cukup memarahiku? Sebagai gantinya, aku akan sungguh-sungguh membuatmu puas.” “Apa yang sedang kamu rencanakan?” tanya Arkan kesal, menahan rasa gugup di hatinya, mencoba mengeraskan ekspresi begitu melihat wajah tersenyum licik dan menggoda sang istri. Casilda tersenyum semakin lebar. Arkan masihlah seorang pria, dan tentu saja akan luluh jika digoda seperti ini. Apalagi darah playboynya sangat kuat! Dengan menjinjitkan kedua kakinya, Casilda mengecup lembut bibir Arkan, mata terpejam. Arkan membola syok! Napasnya tertahan kuat! “Aku akan memuaskanmu malam ini... dengan mulutku, suamiku sayang,” godanya dengan suara seksi lembutnya. Tangan Casilda bergerak nakal dan lincah ke mana-mana, dan segera berlutut di depan kaki Arkan. Kedua tangannya dengan nakal membuka ikat pinggangnya sambil tersenyum menggoda melihat wajah pria tampan di atas kepalanya. Casilda menjilat nakal bibir sendiri, membuat Arkan tertegun syok! Ada apa dengan Casilda? Sang aktor tiba-tiba linglung dibuatnya, tapi dia sangat suka melihat Casilda yang nakal seperti sekarang. Dia terus terpana dan terpesona dengan sikap manjanya yang agresif, memerhatikan tanpa kedip ketika Casilda yang mendongak membalas tatapannya, akhirnya perlahan membuka mulut dan memulai tugasnya dengan sangat baik. Wajah Arkan sontak saja memerah menahan malu, segera memejamkan mata dengan desahan kuat keluar dari bibirnya. Dia sangat suka jika Casilda mulai membuatnya nyaman dengan mulut kecilnya itu. “Suka, tidak?” tanya Casilda genit, menatap wajah gugup dan gelisah sang aktor. Arkan tidak berdaya, menggeram kesal menahan perasaannya yang kacau, bergumam kecil dan mata dipejamkan semakin erat. “Lanjutkan. Jangan membuatku marah.” Casilda tersenyum misterius, kembali melakukannya sangat lembut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN