Raport Galuh

1324 Kata
"Maaf, Mbak, aku ngerepotin terus," kata Betari lagi lagi dengan tidak enak hati. "Iya, Tar, kamu enggak perlu sungkan gitu ah. kayak sama siapa aja," jawab Gumilar dengan lembut seperti biasanya, wanita itu lalu turun dari sepeda motor yang sudah dia parkirkan sedari tadi. "Tadinya aku pikir aku bisa bagiin rapot murid murid aku dulu sebelum pembagian raport nya Galuh, tapi ternyata aku ada rapat komite lebih dulu. Jadi harus ngerepotin Mbak Gum buat ngambil raportnya Galuh," kata Betari yang tadi tiba tiba menelepon Gumilar untuk mengambilkan raport sang putri di sekolahnya. "Iya enggak apa apa, kebetulan kan aku juga enggak ada kerjaan. ya udah kalau gitu aku ke kelasnya Galuh dulu, ya," kata Gumilar yang tidak ingin terlambat mengambil raport Galuh. "Iya, Mbak, sekali lagi terima kasih, ya," kata Betari sebelum menutup teleponnya, Gumilar lalu berjalan dengan anggun dari parkiran lalu menyusuri koridor sekolah dasar itu untuk mencari di mana kelas Galuh berada. "Gum, ngapain kamu di sini?" sapa seorang wanita, teman, tetangga dan teman sekolah Gumilar dulu. "Hay, Ti, aku mau ngambilin Raport nya Galuh karena ibunya enggak bisa ninggalin sekolah tempatnya ngajar. kelasnya Galuh di mana, ya?" tanya Gumilar pada temannya itu. "Oh ... itu kelasnya Galuh belok kiri, nanti ada tulisan satu B," jawab wanita itu. "Ya udah, makasih, ya, Ti," jawab Gumilar, mereka lalu berpisah. Teman Gumilar yang sudah menenteng raport sang putra melanjutkan langkah ke parkiran sedangkan Gumilar melangkah cepat menuju ruang kelas Galuh karena merasa sudah terlambat. Namun, langkah cepat wanita itu tiba tiba terhenti saat dari belokan kiri yang tadi temannya itu tunjukan, Gumilar melihat Nurhan berjalan sambil menggandeng tangan Galuh dan menenteng map berwarna merah seperti yang tadi teman Gumilar bawa. "Budhe Gum ...." seru Galuh membuat Gumilar tersadar, wanita yang semula tercengang karena terkejut melihat sang suami ada di tempat itu langsung tersenyum, apalagi saat melihat Galuh berlari ke arahnya. Dan, kini berganti Nurhan yang terkejut melihat sang istri ada di tempat yang sama. "Budhe, aku naik kelas dua dong. kata pak guru aku ranking satu, kata Pakde Nurhan aku abis ini kita mau makan eskrim karena aku udah jadi anak yang pinter," kata Galuh sambil memeluk Gumilar, membuat wanita itu tersenyum meski masih dalam kebingungannya. "Wah, Galuh hebat sekali, anak pintar memang harus dapat hadiah. kita mau makan Es krim di mana?" tanya Gumilar sambil mencubit gemas pipi gembul bocah yang baru saja naik kelas padahal sepertinya baru kemarin bocah itu masuk sekolah dasar. "Kata Pakde di kedai es krim yang deket sekolahannya ibu," jawab Galuh ringan sambil melepaskan pelukannya dan menggandeng tangan Gumilar dan Nurhan dengan kedua tangannya. "Tadi baru aja aku mau nelpon kamu buat minta kamu nyusulin kita ke kedai es krim, Sayang," kata Nurhan dengan lembut pada sang istri, mereka bertiga berjalan menyusuri koridor sekolah menuju tempat parkir. "Kok Mas Nurhan bisa udah di sini, udah ngambilin Raport Galuh? padahal tadi Betari nelpon aku buat ambilin Raport Galuh," tanya Gumilar pada sang suami untuk menuntaskan rasa penasarannya. "Tadi, pak lek Mulyono nelpon Mas seharusnya beliau yang ngambil raportnya Galuh tapi katanya Beliau ada urusan mendadak jadi enggak bisa terus beliau tanya apa Mas bisa ngambilin Raport nya Galuh. Dan karena kebetulan Mas belum begitu jauh dari sini ya udah Mas sekalian aja ambilin Raport nya Galuh," terang Nurhan dengan begitu tenang, Gumilar tersenyum karena tahu sifat sang suami yang begitu baik sejak dulu laki laki itu saku enteng tangan untuk membantu orang lain. "Galuh, karena udah ada Budhe Gum. Kamu makan Es krimnya sama Budhe Gum aja Gimana? Pakde langsung berangkat ke pabrik, ya," kata Nurhan pada Galuh, gadis kecil itu mendongak untuk menatap wajah Nurhan yang jauh lebih tinggi darinya. "Yah ...." desah Galuh kecewa. "Enggak apa apa, ya, Sayang. Pakde Nurhan kan harus kerja. Galuh sama Budhe aja nanti kita sekalian nunggu ibu di sana," rayu Gumilar dengan lembut sambil mengelus kepala Galuh, akhirnya gadis kecil itu menganggukkan kepala. "Sayang, kamu yang bawa mobil, ya. Biar Mas yang bawa motor," kata Nurhan dengan senyum manisnya. "Iya, Mas. Mas hati hati di jalan, ya," kata Gumilar sebelum mencium punggung tangan sang suami, Galuh juga mencium tangan laki laki itu dan mereka berpisah di parkiran sekolah Galuh. *** "Ya ampun Mbak, aku lagi enggak enak hati karena ngerepotin kamu ternyata Bapak juga ngerepotin Mas Nurhan," kata Betari begitu melihat Gumilar, wanita yang duduk seorang diri di meja sebuah kedai es krim itu tersenyum melihat kedatangan sang sahabat membawa kehebohan. "Udah enggak usah ngomongin itu, kan emang nyatanya Pak lek Mulyono ada keperluan mendadak dan kebetulan Mas Nurhan bisa, ya udah Mas Nurhan ambilin Raport nya Galuh," jawab Gumilar dengan senyum manisnya. "Aku enggak tau loh, Bapak udah minta tolong Mas Nurhan," Gumam Betari tidak enak hati. "Udah enggak usah di bahas, sekarang fokus aja sama Galuh. dia dapet ranking satu loh," kata Gumilar sambil memberikan raport Galuh pada sang ibu. "Iya aku udah tau, duh hebat nya anak aku," kata Betari sambil membuka raport sang putri. "Kamu tau dari mana?" tanya Gumilar dengan tatapan menyelidik, karena saat meneleponnya untuk meminta Betari datang ke kedai es krim ponsel wanita itu sempat sibuk dalam panggilan lain. "Di bahas sama ibu ibu di grub WA wali murid," jawab Betari sambil tertawa kecil, Gumilar tersenyum geli mendengarnya. "Ibu, aku ranking satu, aku hebat kan!" kata Galuh sambil berlari mendekati sang ibu, di kedai es krim itu juga menyediakan beraneka ragam mainan anak anak di salah satu sudutnya dan di sana lah Galuh sedari tadi bermain. "Iya anak Ibu emang hebat banget. Terima kasih, ya, Sayang. Ibu bangga banget sama kamu," kata Betari setelah memeluk dan mencium sang putri. "Budhe Gum udah kasih aku hadiah es krim rasa stroberi, sekarang Ibu harus kasih aku hadiah es krim rasa cokelat, ya," pinta Galuh pada sang ibu, Gumilar tersenyum mendengarnya dengan tatapan lembut wanita itu menatap interaksi Galuh dan Sang ibu yang begitu indah. Cinta seorang ibu dan anak memang selalu indah untuk di lihatnya. "Iya, Sayang, Ibu pesenin sekalian ibu pesen minuman," kata Betari sambil mengelus pipi sang putri. "Iya, Bu, tapi aku main lagi ya sebentar," kata Galuh, gadis kecil itu tidak menunggu jawaban sang ibu ia langsung berlari lagi ke tempat bermain. Betari dan Gumilar tertawa kecil melihat Galuh yang seolah tidak pernah kehabisan energinya. Kebetulan saat itu seorang pelayan lewat dan Betari mengatakan pesanannya. "Mbak Gum beneran enggak mau makan? atau minum lagi?" tanya Betari kembali memastikan karena wanita itu sudah menawarkan tadi dan Gumilar menolak. "Enggak, minuman ini juga masih, kamu mau bikin aku kembung," jawab Gumilar, kedua wanita itu lalu terkekeh geli. "Tar, kamu enggak minta Dana buat ngambil raportnya Galuh tadi? bukannya aku ngerasa keberatan, tapi penasaran aja," tanya Gumilar, Betari malah menghela napas berat mendengarnya. "Aku tuh Mbak, udah dari tiga hari yang lalu ngabarin ke Mas Dana kalau Galuh mau ambil Raport, siapa tau dia mau ngambilin. semalem juga aku nelpon dia lagi buat mastiin tapi katanya dia enggak bisa ya udah lah biarin aja," jawab Betari yang sudah begitu malas berurusan dengan mantan suaminya itu. "Kok bisa, ya, Dana enggak peduli gitu sama anaknya," gumam Gumilar yang tidak habis pikir hilang ke mana rasa sayang Dana pada sang putri. "Mbak tau sendiri, dulu waktu masih tinggal bareng aja Mas Dana enggak perhatian sama Galuh. apa lagi sekarang, udah lupa kali tuh orang kalau punya anak," kata Betari, wanita itu sudah terlihat ringan tanpa beban dan luka saat mengatakannya. "Oh iya aku belum cerita, ya, waktu itu aku ketemu tetangganya Mas Dana. dia cerita kalau udah beberapa kali liat Mas Dana sama cewek, mungkin pacar barunya," kata Betari enteng malah Gumilar yang terlihat terkejut. "Aku kira setelah kehilangan kalian Dana sadar dan berubah jadi lebih baik," kata Gumilar sambil tertawa kecil. "Iya emang berubah dia tapi bukannya jadi lebih baik malah jadi lebih buruk," sahut Betari juga sambil tertawa kecil. "Tapi ... ngomong ngomong soal berubah, aku juga ngerasa Mas Nurhan berubah belakangan ini, Tar," kata Gumilar yang terlihat ragu mengatakan ucapannya itu. "Hah? bb-bbberubah gimana maksudnya?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN