6. Selangkah Lebih Dekat

1974 Kata
Selangkah Lebih Dekat Gustavo Orion berjalan menyusuri bukit desa Moregestte. Ia sedang mencari perempuan yang menyebalkan yang harus ia dekati. Karena saran dari peri peri ia terpaksa harus mendekati perempuan itu. Ya, peremuan itu adalah Nada. Semoga ia bisa memberikan petunjuk di mana keberadaan permata biru itu. Semoga saja sesuai dengan apa yang di katakan tiga peri itu prihal aura tentang Nada. Biasanya jam jam segini, Nada selalu ada di kaki bukit. Ia pasti sedang bermain. Atau sekedar bersenandung. Sudah sejam pangeran Gustavo mencari keberadaan Nada. Namun tak ia temukan jua batang hidungnya. Tapi sebentar, sepertinya ia melihat perempuan yang tak asing lagi. Pangeran Gustavo memicingkan matanya. Mencoba fokus pada perempuan yang ada di hadapannya. Ya, itu pasti temannya Nada. "Hei kamu. Kamu temannya Nada bukan?" tanya Gustavo to the point. Lisna sedikit terkejut melihat keberadaan pangeran. Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan pangeran di kaki bukit ini. "Iya, benar. Aku Lisna. Sahabatnya Nada. Ada apa pangeran? Apa saya melakukan kesalahan?" tanyanya sedikit gugup. "Kamu tau di mana Nada sekarang? Kenapa dia tidak ada di sini?" tanpa menjawab pertanyaan Lisna. Gustavo malah bertanya tentang Nada. "Tadinya kami sedang bermain petak umpat. Dia menemukan saya. Terus sekarang Nada sedang mencari adik-adik. Tapi sampai sekarang ia menghilang entah kemana. Adik-adikpun sudah pulang ke panti asuhan," jelas Lisna. Sampai kapan pun Lisna tidak akan bertemu Nada di kaki bukit. Soalnya Nada sedang mengantar pangeran Zhellograf ke perbatasan antara negeri Zdellaghoztte dan desa Moregestte di seberang sana. Ia baru akan tiba setelah matahari terbenam atau sedikit larut malam. Karena jalan menuju perbatasan yang harus di tempuh memang lumayan jauh. "Ya sudah. Jika kamu bertemu dengan Nada. Bilang padanya. Aku mencarinya. Segera dia temui aku, di kastil besok, " pesannya pada Lisna. "Baik. Pangeran akan saya sampaikan," sahut Lisna. Setelah itu pangeran Gustavo pergi dari hadapannya. Memang terlihat sangat dingin pangeran Gustavo ini. Tapi Lisna yakin, Nada mampu merubah sifat dingin pangeran Gustavo. Ada apa yah ia mencari Nada? Apakah ini pertanda mereka akan selangkah lebih dekat? Semoga saja. Lisna berharap, akan ada kabar baik setelah Nada dan pangeran Gustavo bertemu. Lisna yakin sekali, di balik sikap dingin pangeran Gustavo. Pasti ada sifat hangat yang memikat hati. Lisna berharap pangeran Gustavo lah adalah pangeran impian yang selama ini Nada cari. Bukan berarti ia juga tidak mau mempunyai kekasih pangeran. Tetapi ia cukup tau diri. Gadis miskin sepertinya tidak mungkin bisa menjadi kekasih seorang pamgeran. Parasnya yang biasa biasa saja membuat ia menyerah sebelum bertempur. Berbeda dengan Nada. Meskipun sama sam gadis miskin dan besar di panti yang sama. Tapi Nada lebih unggul darinya. Nada hampir sempurna. Ia cantik, baik hati, punya suara yang bagus, pintar, cerdas dan ia mampu membuat orang di sekitarnya nyaman di dekatnya. Nada juga tak kalah pandai dalam mengolah obat obatan. Ia sangat cepat mempelajari racikan obat yang bunda Rahma buat. Padahal bunda Rahma tidak mengajarkannya. Cukup dengan melihat. Nada mampu merekam semua prosesnya. Jadi ia pantas bermimpi ingin mempunyai kekasih seorang pangeran. Pangeran berkuda putih. Dan semoga saja orang itu adalah pangeran Gustavo Orion. ********* Sesampainya di perbatasan. Nada langsung turun dari kuda. Ia harus segera pulang agar tidak mendapatkan amukan sang bunda. Sudah pasti ia akan sampai panti asuhan setelah matahari sudah terbenam atau lebih dari itu. "Terimakasih Nada, lalu bagaimana caranya kamu pulang? Kita hanya punya satu kuda. Jangan bilang kamu akan berjalan kaki pulang menuju desamu?" Nada mengagguk mengiyakan dari pertanyaan Zhello. "Dengan menggunakan kuda saja sudah sangat jauh. Apa lagi berjalan kaki. Kamu pasti akan sampai desamu bukan sampai matahari terbenam. Bisa bisa sampai larut malam," "Kamu tenang saja. Lihat sebelah sana," Nada menunjukan arah kesebelah selatan. Di sana ada kerta kuda yang mengangkut bahan bahan pokok makanan. Seperti sayur mayur, beras dan buah buhan. "Kamu akan naik itu?" tanya pangeran Zhellograf. "Iya. Aku pernah ke sini beberapa kali. Tapi tak pernah singgah ke negerimu. Aku sering ke sini untuk membeli bahan pokok, jika pasar di desa kami tidak ada. Jadi kamu tenang saja. Aku kenal kok, dengan salah satu kusir yang mengendarai kuda itu," jawab Nada. "Ya sudah kalau seperti itu. Sekali lagi aku berterimakasih atas bantuanmu. Juga maaf karena telah merepotkan kamu. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain ke sempatan. Jika nanti minggu depan kamu kemari, ke negeri Zdellagozhtte. Lalu kamu ke bingungan. Carilah aku, aku pasti akan membantumu," ucap pangeran Zhellograf tulus. Ia sangat berharap sekali akan bertemu dengan Nada lagi. Pasti akan sangat menantikan kehadiran Nada di negerinya. "Baiklah. Kamu hati hati. Jangan terlalu memacu kudanya. Biarkan dia berjalan sedikit lebih santai. Agar kamu selamat. Agar penyakitmu tidak merepotkan kamu selama perjalanan. Sampai di sini kamu tau arah jalan pulang kan?" Pangeran Zhellograf mengangguk mantap. "Tenang saja. Dari sini sepertinya sudah mulai dekat. Justru aku yang mengkhawatirkanmu karena pasti kamu akan sampai terlambat di rumahmu," "Tenang saja. Ya sudah aku pamit dulu. Sampai jumpa!" pamit Nada pada pangeran Zhellograf. Nada langsung berbincang dengan salah satu kusir yang sedang mengangkut buah mangga yang akan ia angkut menuju desa Moregestte. Nampaknya sudah terlihat sangat mengenalnya. Pangeran Zhellograf sedikit tenang melihatnya. "Cantik sekali," ceplos pangeran Zhellograf melihati pringai Nada yang begitu mempesona. Ya, ini cinta. Pangeran Zhellograf jatuh cinta pada kakaknya sendiri. Sesuai dengan kutukan sang penyihir Grozu. Mungkin saja jika pangeran Zhellograf tau itu kakaknya. Ia tidak mungkin secepat itu jatuh cinta. Mungkin saat ini sah sah saja, ia jatuh cinta pada perempuan baik hati yang telah menolong dan membantunya. ******** Keesokan harinya Nada langsung berjalan menuju kasil di ujung jalan. Lisna sudah menceritakan prihal pesan pangeran Gustavo kemarin. Lisna terlihat sangat antusias. Seperti telah mendapatkan sebongkah berlian. Lisna semangat sekali dalam menjodohkan pangeran Gustavo dengan Nada. Meski kemarin Nada sempat mendapat teguran dari bunda Rahma, karena terlambat pulang. Bunda Rahma masih saja curiga kalau Nada menemui pangeran Gustavo hingga laut malam. Padahal sudah di jelaskan secara gamblang. Kalau ia menolong seseorang bernama Zhello dari negeri Zdellagzhotte. Karena tuduhan bundanya itu. Nada sedikit lebih jengkel. Ya sudah saja sekalian di langgar. Lagian ada apa juga pangeran sampai repot repot mencarinya? Apakah Nada akan mendapat hukuman karena telah membuat dirinya terluka akibat tikaman harimau. Nada menggubris semua pikirannya yang mulai meliar. Ia bergegas menuju kastil di ujung jalan sana. Semoga saja tidak sesuai dengan pikiran jeleknya. Sesampainya di kastil. Ia langsung di hadang dua pengawal penjaga pintu. "Ada keperluan apa nona kemari? Anda ingin bertemu dengan siapa?" tanya salah satu penjaga pintu. "Saya kemari atas panggilan pangeran Gustavo. Coba bilang saja pada pangeran. Ada Nada yang ingin bertemu dengannya," ujar Nada lantang. Nada tidak takut dengan kedua penjaga itu. Memangnya apa salahnya sampe harus takut pada pengawal. Dengan pangeran Gustavo saja tidak takut. Apalagi ini cuma pengawal. Ia tidak akan gentar sama sekali. "Tunggu sebentar," setelah itu salah satu pengawal penjaga pintu itu masuk ke dalam kastil. Mungkin saja akan melaporkan pada pangeran Gustavo, perihal kedatangan Nada ke sini. Selang beberapa menit pengawal itu datang kembali. Ia mempersilahkan Nada masuk. Ia juga meminta maaf pada Nada karena tadi sedikit bersikap kasar padanya. Padahal katanya Nada itu tamu spesial pangeran Gustavo. Spesial? Maksudnya apa? tanya Nada dalam hatinya. Bukannya terakhir bertemu mereka saling bertengkar? Ya meskipun berakhir dengan penuh drama dan aksi heroik pangeran Gustavo. Apa itu sudah di namakan spesial? "Akhirnya kamu datang juga Nada. Kemarin aku mencarimu di kaki bukit. Tapi kamunya tidak ada. Jadi aku sampaikan pesan saja pada temanmu," loh ada apa ini kenapa wajah pangeran Gustavo berseri seri. Nampaknya hari ini dia salah makan. Baru kali ini Nada melihat senyum di wajah angkuh sang pangeran. "Memangnya ada apa pangeran mencari aku? Mau coba menggusur panti kami lagi?" tanya Nada ketus. "Ternyata galak juga yah. Baiklah. Pertama tama aku ucapkan terimakasih karena kemarin kamu telah menolong aku. Sampai harus mengantarkan aku ke istana. Yang ke dua. Aku akan membatalkan penggusuran panti asuhan yang kamu tinggali. Bahkan aku akan mengembalikan warga desa yang sempat aku usir kemarin. Aku tidak akan membangun kastil di sana. Tapi aku akan menciptakan lapangan kerja di sana. Agar warga desa Moregestte bisa ikut bekerja. Agar kita sama sama memakmurkan desa ini," jelas pangeran Gustavo. Ia sengaja menjeda kalimatnya. "Dan ... yang ketiga, aku menginginkan sesuatu darimu," Dahi Nada berkerut aneh. Apa yang pangeran inginkan dari gadis miskin seperti dia? "Pangeran ingin apa dari aku?" "Baru baru ini aku kehilangan benda pusaka turun penurun dari kerajaan. Berhubung kamu sudah sangat menguasai seluk beluk tentang desa Moregestte. Aku ingin kamu membantu aku mencarinya," pangeran Gustavo menuruti saran dari peri perinya perihal benda pusaka itu. Padahal yang ia cari adalah permata biru yang selama ini menjadi misinya turun ke bumi. "Lalu kenapa harus aku? Bukankah masih banyak yang lain?" "Aku inginnya kamu. Ya kamu," tegasnya. Tadi bersikap lembut. Sekarang kasar lagi. "Aku engga mau ah. Masa minta tolong tapi kaya gitu," "Oke. Oke," pangeran Gustavo harus menurunkan sedikit egonya. Ia harus sabar menghadapi perempuan ini. Pangeran Gustavo harus mencoba bisa meyakinkan Nada untuk membantunya menemukan permata biru itu. "Nada, aku mohon. Mau kan bantu aku mencari benda pusaka itu? Aku janji akan mengembalikan panti asuhan Hana Hikari. Termasuk akan memberikan surat kepemilikan sah pada kamu. Surat kepemilikan atas tanah itu," Benar-benar ada yang aneh. Ada apa dengan pangeran Gustavo? Apa tikaman harimau kemarin, membuat ia menjadi sebaik ini? Seberapa penting benda pusaka itu sampai sampai ia rela besar besaran seperti ini. "Baiklah. Asalkan kamu tepati janjimu. Dan ingat, aku akan membantumu dengan syarat tanpa sepengetahuan bunda. Karena bunda tidak suka aku berada bersama kamu," entah ada angin apa. Nada langsung mengiyakan permintaan pangeran Gustavo. Meski ia tau resikonya jika ketahuan bunda Rahma nanti. Tapi itu ia pikirkan belakangan. Yang ia pikirkan sekarang adalah tentang janji yang di berikan pangeran Gustavo, jika ia membantu menemukan benda pusaka itu. Setidaknya ia bisa membantu warga desa Moregestte kembali pada tanah kelahirannya. Tidak hanya itu. Katanya pangeran juga akan menciptakan lapangan kerja di sini agar warga bisa bekerja dan bersama-sama membawa desa Moregestte pada kemakmuran. Semoga saja pangeran tidak berbohong mengenai hal itu. Maka Nada akan dengan senang hati membantu pangeran Gustavo mencari benda pusaka itu. "Baiklah atur saja. Nanti aku jelaskan secara rinci soal benda pusaka itu. Dan ingat. Hanya kamu dan aku yang tau tentang hilangnya benda pusaka itu," kali ini wajah pangeran Gustavo terlihat serius. "Oke. Ingat juga kamu harus tepati janji kamu," "Itu tak masalah. Hari ini juga aku akan perintahkan pada perdana menteri Thohato untuk membereskan semuanya, sesuai yang tadi aku ucapkan," ujarnya sedikit angkuh. Gustavo sudah tidak sabar ingin segera menemukan permata biru itu. Sudah cukup dua puluh tahun ia menjadi manusia setengah dewa. Semoga saja ketiga perinya benar tentang Nada. Bahwa Nada mempunyai aura kuat untuk membantunya menemukan permata biru itu. Pokoknya apa yang pangeran inginkan harus tercapai. Dulu saat Gustavo masih berada di kerajaan langit. Sangat mudah ia dapatkan semuanya. Dari mulai makanan, jabatan, tahta, keahlian dan ketampanan. Sudah paket komplit ia dapatkan. Masa iya di dunia ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau dengan mudah. Manusia ternyata mempunyai keterbatasan. Manusia bisa sakit, ketakutan, sedih, berdusta, tak bedaya. Memang lemah. Tidak seperti dewa yang serba bisa. Maka dari itu Gustavo ingin kembali menjadi Orion yang kuat. Ia yakin, ia akan menjadi raja Orion yang gagah berani. Bahkan ia akan membunuh Scorpio dan Apollo, jika perlu. Orion akan menjadi raja yang di segani dan di hormati di kerajaan langitnya. "Sudahkan tidak ada keperluan apa lagi?" tanya Nada membuyarkan semua angan angan pangeran Gustavo. "Iya. Kalau begitu. Mulai besok kita mulai pencariannya. Bagaimana kamu setuju?" "Baiklah. Besok kita bertemu setelah matahari terbit pagi di kaki bukit. Jangan sampai terlambat. Kalau terlambat, aku batalkan akan membantumu," acam Nada. Padahal ia terkekeh dalam hati. Sekali kali pangeran angkuh seperti Gustavo ini memang perlu di kerjai. Memang dia saja yang bisa mengancam. Nada juga bisa dong. "Eh jangan gitu dong. Baiklah. Oke kita sudah sepakat yah," Pangeran Gustavo mengulurkan tangannya. Sepertinya ia ingin bersalaman dengan Nada. Tanda sepakat tentang misi dan janjinya. Nada sedikit senyam senyum di buatnya. Ia berhasil membuat pangeran Gustavo sedikit takut dengan ancamannya. "Oke. Setuju," tanpa ragu Nada menjabat tangan pangeran Gustavo, tanda ia menyepakati semua yang telah terucap. Akhirnya selangkah lebih dekat. Semoga semuanya cepat berjalan dengan baik. Dengan begitu misi Orion sebagai Gustavo cepat berakhir.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN