Apakah ini Cinta?
Embun pagi menyejukan pagi ini. Setiap tetesnya membuat kesejukan di hati. Aromanya yang sangat khas membuat embun pagi di rindukan setiap orang di pagi hari. Ini alasanya kebanyakan orang memilih bangun pagi hari. Karena ia bisa merasakan kesejukan embun di pagi hari. Bunga bunga cantik terasa segar setelah di siram air oleh ratu Niyya. Semilir angin pagi menyibak bunga bunga itu. Seakan menari nari bahagia. Pagi ini paras ratu Niyya nampak berseri seri. Seakan mendapatkan suntikan semangat untuk menjalani hidup hari ini. Sejak tadi pagi ia di sibukan dengan merawat bunga bunga kesayanganya. Setiap hari juga di sibukan. Tapi tidak dengan wajah penuh senyum seperti hari ini. Apa itu semua berkat Nada? Ya, mungkin saja.
"Sungguh indah bukan?" tanya ratu Niyya pada Nada. Pagi ini Nada di minta untuk menemani ratu Niyya di taman bunga miliknya. Katanya hanya sebentar saja. Setelah itu Nada boleh mengecek kondisi kesehatan pangeran Zhellograf. Nada mau tidak mau, tidak bisa menolak permintaan ratu Niyya. Karena tidak secara langsung. Kemarin di meja makan, ia membantu Nada untuk mendapatkan izin dari raja Zholagraf. Kalau tidak mungkin saja ia tidak akan bisa keluar istana untuk menemui pangeran Gustavo. Jadi Nada nurut saja permintaan ratu Niyya. Ia merasa berhutang padanua.
"Sangat indah tuan ratu. Sebetulnya aku juga sangat suka bunga bunga seperti ini. Di desaku juga banyak bunga bunga terhampar di kaki gunung desa Moregestte. Tapi tentunya bunga di sini lebih indah. Karena di rawat ratu cantik seperti anda," puji Nada. Jujur bunga di taman bunga milik ratu Niyya memang sangat indah. Banyak sekali beragam bunga yang belum pernah Nada temui sebelumnya. Nada jadi betah melihat taman bunga milik ratu Niyya.
"Andai saja putriku masih ada, mungkin dia sudah seusiamu. Dia pasti menemaniku merawat bunga bunga ini," ratu Niyya malah merancau sambil menatap sesatu arah. Terlihat sekali kerinduan yang sangat mendalam dari matanya. Bola matanya berkaca kaca. Seakan bulir air mata akan menetes dari pelupuk matanya.
Nada merasa sangat iba melihat tatapan polos sang ratu. Mungkin ia benar benar merindukan anaknya. Tunggu. Tunggu. Di buang? Nada pun di buang. Terlintas di pikiran Nada. Apa putri yang raja Zholagraf buang itu dirinya? Apakah Nada adalah anak ratu Niyya yang selama ini ia rindukan? Nada buru buru menepis pikiran itu. Mana mungkin ia seorang putri yang di buang. Bisa saja orang itu Lisna. Dia juga di buang oleh orang tuanya. Khizba, Indah dan Nova juga di buang. Mungkin masih banyak anak perempuan yang sama di buang kala itu. Jadi Nada jangan dulu percaya diri. Itu belum tentu dirinya.
Padahal pikiran Nada itu sudah benar. Dialah putri yang raja Zholagraf buang. Mungkin jika Nada bertekad menanyakan perihal ini pada ratu Niyya. Tidak menutup kemungkinan ia akan kembali kepelukan ibundanya. Dan semua akan berjalan dengan mudah. Siapa tau ia akan bisa mematahkan mantara kutukan penyihir Grozu. Atau mungkin posisinya akan menjadi bahaya. Karena penyihir Grozu berjanji akan memusnahkan putri pertama raja Zholagraf. Bisa saja Nada di bunuh penyihir jahat Grozu.
"Entah kenapa sejak kedatanganmu kesini. Aku langsung menyayangimu. Aku seperti mendapatkan seorang putri. Maka dari itu boleh kan aku menganggapmu sebagai anakku?" pertanyaan ratu Niyya memang terdengar sangat berat. Bagaimana mungkin bisa ia meminta orang lain untuk menjadi anak angkatnya? Sementara ia mengacuhkan pangeran, anak kandungnya sendiri.
"Hmm.. Maaf tuan ratu. Bukannya aku tak mau di anggap anak oleh tuan ratu. Aku sangat senang sekali dengan keinginan tuan ratu. Siapa yang tidak mau di anggap anak oleh seorang ratu. Tapi aku tidak enak pada pangeran dan raja. Bisa saja mereka berpikiran yang tidak tidak tentang aku. Aku tidak mau sampai kenyaman yang ratu berikan padaku menjadi bumerang dan terjadi perselisiahan antar keluarga," kilah Nada. Semoga saja ratu Niyya mengerti dengan ucapanya.
"Baiklah mungkin ini memang terlalu cepat. Ya sudah, pergilah ke kamar pangeran. Ia pasti membutuhkan pengobatan darimu," terlihat sekali wajah kekecewan dari ratu Niyya.
Maaf tuan ratu. Aku ini hanya rakyat biasa. Aku tidak bisa bersanding di sampingmu. Meski sekadar di anggap anak olehmu. Tapi aku tidak mau menciptakan rasa iri pada pangeran Zhellograf dan raja Zholagraf. Aku menjaga perasaan mereka dari sifat iri. Semoga saja pilihanku kali ini benar. Mungkin suatu saat, jika aku terbukti sebagai anakmu. Aku akan menyayangimu lebih dari apapun, gumam Nada dalam hati.
Setelah itu Nada pamit pada ratu Niyya. Dan bergegas ke kamar pangeran Zhellograf untuk memulai mengobatinya lagi.
Semoga saja ratu Niyya mengerti posisinya. Posisi Nada sekarang serba salah di buatnya. Jika ia menerima permintaan ratu Niyya. Sama saja ia mencari kesempatan dalam kesempitan. Ia mencari keuntungan karena ratu Niyya dengan sekejap menyayanginya. Apa kata raja Zholagraf kalau sampai terdengar ke telinganya. Bisa bisa Nada di usir atau di berikan hukuman karena telah lancang merebut kasih sayang yang seharusnya menjadi milik pangeran Zhellograf.
Membayangkannya saja sudah tidak mampu. Jadi untuk kali ini. Biarlah Nada menolak permintaan ratu Niyya. Ini semua juga demi kesehatan pangeran Zhellograf. Dan meredakan ke salah pahaman juga antara Nada dan raja Zholagraf. Dengan bisa di izinkan keluar istana saja sudah bersyukur. Nada tidak mau meminta hal yang aneh aneh lagi.
********
Pangeran telihat lebih baik hari ini. Detak jantungnya sudah semakin stabil. Nadinya yang lemah berangsur membaik. Syukurlah obat yang ia racik semalam membuahkan hasil yang manis. Kalau begini terus. Kemungkinan sembuh bagi pangeran Zhellograf cukup tinggi.
"Bagaimana kondisiku hari ini Nada? Apakah ada kemajuan?" tanya pangeran Zhellograf.
"Perubahan yang sangat signifikan pangeran. Detak jantung anda sudah mulai stabil dan nadi anda sudah berangsur normal. Obat yang semalam aku berikan sepertinya cocok. Perkembanganya sangat pesat. Nanti malam sebelum tidur, baiknya anda meminum obat racikan yang aku berikan semalam. Semoga semakin hari semakin menunjukan perkembangan lebih baik," jelas Nada. Ia sangat senang, kondisi pangeran berangsur membaik. Itu akhirnya langkah keberhasilan menyembukan pangeran Zhellograf sudah di depan mata. Artinya ia akan kembali ke panti asuhan Hana Hikari. Meski baru sehari. Tapi ia sudah merindukan bunda Rahma, Lisna dan adik adik asuhnya.
"Jangan terlalu senang dulu Nada. Memang hari ini aku menunjukan perkembangan yang signifikan. Tapi besok atau lusa, bisa saja aku kembali drop. Kemarinpun aku pernah seperti ini. Tapi lagi lagi aku kesakitan dan menderita. Kala itu terjadi lagi. Kamu mau sabarkan merawatku? Kamu tidak akan menyerahkan untuk mengobatiku?" Ya, memang sudah banyak tabib menyerah menangani penyakit aneh yang di derita pangeran Zhellograf. Hari demi hari kadang membaik. Namun juga tak sering menjadi sangat buruk, sampai pernah di nyatakan meninggal karena detak jantungnya berhenti lebih dari lima jam. Namun tidak tau kenapa, detak jantungnya kembali berdetak. Meskipun sangat lemah dan membuat pangeran Zhellograf menderita. Esoknya ia kembali membaik dan memburuk lagi. Terus saja seperti itu. Hingga ia pasrah, ia tidak terlalu banyak berharap untuk sembuh. Bahkan ia rela menjadi tumbal untuk penyihir jahat Grozu.
"Pangeran harus tetap semangat dong. Karena dengan semangat itu akan membantu anda sembuh. Karena pikiran positif akan membuat anda semakin sehat. Aku janji akan melakukan cara apapun untuk menyembuhkan anda. Jadi anda tidak usah khawatir. Aku tidak akan pergi sebelum anda benar benar sembuh," ujar Nada penuh semangat.
Ucapan Nada membuat pangeran Zhellograf menjadi semangat. Detak jantungnya kembali berdetak tak karuan. Ini bukan pengaruh penyakitnya. Melainkan karena rasa cinta yang ia rasakan pada Nada. Apakah ini cinta? Ya ini cinta. Pangeran Zhellograf telah jatuh cinta pada Nada. Nada lah yang membuat kesehatan ia semakin membaik. Nada seperti obat yang sangat mujarab. Hanya Nada yang mampu membuat hati pangeran Zhellograf bergetar.
"Terimakasih Nada. Aku senang kamu bisa di sini. Kamu hebat. Bahkan ibunda saja yang terkesan dingin bagiku. Beliau malah sangat ramah padamu," tunggu tunggu. Ini pujian apa sindiran nih. Nada jadi merasa tidak enak. Kesannya, seakan dia telah merebut kasih sayang ratu Niyya dari pageran Zhellograf. Hal ini harus cepat cepat Nada luruskan. Nada tidak mau kalau sampai pangeran Zhellograf salah faham terhadap dirinya.
"Maaf pangeran. Aku sudah lancang tentang ratu," Nada langsung meminta maaf. Ia takut pangera Zhellograf merasa tersaingi dirinya.
"Kenapa malah minta maaf? Tak apa Nada. Justru aku senang melihat ibunda seperti kemarin. Bahkan aku beberapa kali melihat ibunda tersenyum ke arahmu. Mungkin saja kamu mengingatkannya pada putrinya yang hilang. Kakakku," sekarang giliran pangeran Zhellograf yang tidak enak pada Nada.
"Pangeran tenang saja. Lambat laun aku akan berusaha mengubah pola pikir ratu tentang anda. Dengan seiring jalannya waktu. Tuan ratu pasti akan kembali pada anda. Jauh di lubuk hatinya. Tuan ratu pasti sangat menyayangi anda. Hanya saja, ia terlampau sedih karena kehilangan putri pertamanya. Ibu mana yang tega memusuhi anaknya. Percayalah, meski tidak terlihat perduli. Tapi tuan ratu selalu menanyakan kondisi anda pada aku," semoga saja perkataan Nada bisa membuat hati pangeran Zhellograf sedikit lebih tenang.
"Sungguh? Beliau menanyakan kondisiku?" tanya pangeran Zhellograf dengan mata berbinar binar.
"Benar sekali. Kalau anda tidak percaya. Bisa tanyakan dayang Dina," sahutnya mantap.
"Tidak. Aku lebih percaya kamu kok. Terimakasih yah Nada. Kamu banyak membawa perubahan. Semoga ini awal dari kebahagian kerjaan ini. Sudah lama kerajaan Zdellaghoztte di rundung kesedihan," ucapnya lirih.
"Semua masalah pasti ada solusinya kok pangeran. Cuma memang solusi itu ada yang datang cepat. Dan ada yang datang terlambat," Nada terus menyemangati pangeran Zhellograf. Katanya orang sakit harus terus di berikan semangat. Agar aura positifnya membuat ia termotivasi untuk sembuh.
Raja Zholagraf tidak salah memilih tabib kali ini. Selain tabib ini seorang gadis cantik. Ia juga sangat bersemangat dalam menyembuhkan anaknya. Tak hanya itu. Ia mampu membuat orang di sekitarnya menjadi nyaman. Apalagi sampai membuat ratu Niyya ingin menganggap Nada sebagai anaknya. Dan membuat pangeran Zhellograf jatuh cinta.
Nada bak malaikat yang di turunkan ke bumi. Ia membawa kebahagiaan pada setiao orang yang berada di sampingnya. Auranya yang selalu ceria, membuat orang menjadi ceria.
********
Gustavo Orion sudah menunggu di depan kastil kerajaan Zdellaghoztte. Entah kenapa hari ini ia sangat bersemangat bertemu Nada. Ada debar yang berbeda saat bersama Nada. Apakah ini cinta? Berkali kali pangeran Gustavo menepis itu. Tapi tetap saja, tidak bisa di pungkiri. Malah ia sempat menanyakan hal ini pada tiga peri yang berada di tabungnya.
"Benar pangeran. Anda sedang jatuh cinta pada Nada," ucap peri Oktaria.
"Anda sering memikirkan dia bukan? Bahkan aku lihat. Anda sering melamun dan senyam senyum. Itu artinya memang jatuh cinta," dukung peri Tasya.
"Cinta itu bisa datang kapan saja pangeran. Dan ini memang anda sedang jatuh cinta," ucap peri Devie.
Begitulah kira kira percakapan pangeran Gustavo bersama peri perinya. Semua bilang kalau benar memang pangeran Gustavo sedang jatuh cinta pada Nada. Baru kali ini selama menjadi manusia. Pangeran Gustavo memgalami jatuh cinta. Lalu apa yang harus pangeran Gustavo lakukan. Dia kan anak dewa langit. Manusia dan dewa tidak akan pernah bisa bersatu. Tapi biarkalah untuk sementara ini, perasaanya mengalir. Ia cukup senang merasakan perasaan ini. Membuat pangeran Gustavo lebih bersemangat mencari permata biru itu.
Biarlah perasaan ini menjadi penyemangat kala pangeran Gustavo mulai bosan menjadi manusia. Rasanya kalau tau begini. Lebih baik berlama lama saja mecari permata itu. Agar pangeran Gustavo lebih lama bersama Nada. Hahaa dasar anak dewa bisa juga jatuh cinta. Padahal ia punya tiga peri perempuan juga yang selama ini menemai perjalananya selama di bumi. Tapi tidak sedikitpun yang membuatnya jatuh hati.
"Hah Nada. Kenapa kamu begitu mempesona," rancaunya sambil membayangkan paras Nada yang cantik. Memang jika di lihat lebih dekat Nada sangat cantik. Bak putri kerajaan. Tidak seperti anak asuh, panti asuhan. Ya, benar Nada itu seorang putri yang di buang. Hanya saja pangeran Gustavo belum mengetahui kebenarannya.
"Sudah lama menunggu kok mendadak jadi gila. Senyam senyum sendiri," ejek Nada melihat kelakuan aneh pangeran Gustavo.
"Haha, gila karena kamu engga apa apa kok. Aku rela demi nyai," gombalnya.
"Ih norak deh kamu. Lagian senyam senyum tanpa sebab. Bukannya di sebut gila yah? Kamu kayanya perlu tabib kejiwaan untuk periksa tentang kejiwaab kamu. Mungkin benar saja kamu gila,"
Pangeran Gustavo malah tertawa terpingkal pingkal. Lucu sekali Nada ini. Ia merasa sangat senang hari ini. "Ga usah tabib kejiwaanlah. Cukup kamu aja. Kamu juga kan seorang tabib,"
"Duh beneran sudah gila. Oh iya, semalam kamu tidur di mana? Aku sampai lupa membantu kamu mencari penginapan. Bodohnya aku malah ketiduran gara gara penyihir itu," sesal Nada.
"Kamu tenang saja. Sudah dapat kok. Tidak jauh dari sini," bohongnya. Padahal pangeran Gustavo tidak menginap di penginapan manapun. Ia menggunakan kekuatan langitnya untuk bisa menghilang dan muncul di tempat yang ia mau.
"Syukurlah? Dimana? Apa tidak jauh dari kastil ini?" tanya Nada penasaran.
Nah loh! Pangeran Gustavo menelan salivanya. Dia harus bilang apa? Ia harus memutar otaknya mencari jawaban. Benar yah kata orang. Jika kita berbohong sekali. Maka akan ada kebohongan yang lain untuk menutup kebohongannya itu.
"Dimana?" ulang Nada.
"Ada deh. Perempuan di larang masuk. Apa lagi masih gadis kaya kamu. Penginapan itu isinya lelaki semua. Kalau kamu ke sana. Bisa bisa jadi tontonan indah bagi mereka. Mau?"
Nada menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ya enggalah. Ya udah di manapun kamu nginap. Yang penting engga jauh dari kastil ini. Ya sudah. Kita mulai lagi perjalanan kita. Semoga saja kali ini bisa dapat petujuk yah. Dan semoga saja. Tidak akan ada penyihir penyihir lagi berkeliaran. Aku cukup takut, " ajak Nada.
"Tenang saja kan ada aku," ujarnya percaya diri seperti biasa.
"Hmmm.. Ya sudah yuk!" ajak Nada lagi.
"Sebentar.. Ppiiiiiiiiuuttt," pangeran Gustavo bersiul sedikit keras. Tak lama datanglah kuda putih. Itu Pholeptho. Kuda pangeran Gustavo.
"Biar kita engga cape. Ada Pholeptho di sini. Yuks!" ajak pangeran Gustavo sangat bersemangat.
Sebetulnya Nada sedikit risih kalau harus naik kuda. Otomatis badan mereka akan saling bersentuhan. Tapi mau bagaimana lagi. Dengan adanya kendaraan. Mungkin saja akan lebih cepat menemukan benda pusaka itu.