9. Ratu Niyya Aurora

1982 Kata
Ratu Niyya Aurora Ratu Niyya sedang sibuk di tamannya. Ia sedang menata dan merawat bunga bunga kesayangannya. Di bantu dengan dua dayang kepercayaannya. Ratu sangat menyukai ke indahan. Setelah semuanya hancur akibat amukan sang penyihir jahat Grozu. Ratu Niyya mulai menata kembali taman bunganya. Ada yang sudah mekar, mulai mekar, ada yang masih kuncup. Dan ada pula yang baru di tanam dan di pupuki. "Nyanyian Putri, pengabul mimpi. Pembawa senyum, penghapus sedih. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Bernyanyi-nyanyi di atas langit.. Bersama bintang, keajaiban datang.. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Duka pun hilang.. Bahagia datang..” Ratu bersenandung dengan senyuman. Lagu yang sama yang selalu di nyanyikan Nada. Lagu yang selalu membuat hati keduanya tenang. Akankah mereka bertemu dan langsung merasakan bahwa mereka ibu dan anak? Entahlah semoga takdir mempertemukam ratu Niyya dan Nada. "Ratu, sebaiknya setelah ini anda makan dulu. Sudah waktunya makan siang. Raja juga meminta agar ratu bisa makan bersamanya. Katanya ada tamu spesial yang datang dari desa seberang," ucap dayang Dina. Tamu spesial? Apa itu Nada? Akan kah semua terbongkar hari ini? Akankah kenyataan Nada sebagai putri pertama kerajaan Dzellaghoztte terungkap hari ini? "Siapkan saja. Aku akan ke sana. Tapi sebelum itu aku akan ganti baju dulu. Nampaknya sudah lama kita tidak kedatangan tamu spesial," meski ratu masih marah pada raja. Tapi ia tidak pernah melanggar perintah raja. Ratu Niyya tidak pernah absen untuk makan bersama. Meski nantinya di meja makan berlangsung hambar karena ratu selalu bersikap dingin pada raja dan pangeran Zhellograf. "Baiklah ratu, dayang Lina. Tolong siapkan baju ganti untuk ratu," perintah dayang Dina. Meski mereka berdua dayang sang ratu. Tapi dayang Dina mempunyai kekuasaan lebih tinggi dari dayang dayang yang lainnya. Dayang Dina adalah dayang yang paling lama mengabdi pada kerajaan Zdellaghoztte. Makanya ia di angkat sebagai kepala dayang oleh raja dan ratu. Hanya dayang Dina yang tau cerita secara rinci bagaimana kisah sang putri di buang oleh raja. Sempat hampir saja dayang Dina menceritakan semua pada ratu Niyya. Tapi raja berhasil membungkam mulutnya. Posisi dayang Dina sekarang adalah posisi yang serba salah. Di satu sisi ia ingin jujur pada ratu Niyya tentang kejahatan raja yang telah membuang anaknya. Tapi di satu sisi ia juga takut ancaman dari raja Zholagraf. Pada akhirnya, ia memilih bungkam dan pura pura tidak tau mengenai kejahatan yang sudah di lakukan raja Zholagraf terhadap anaknya. Sampai pada suatu saat penyihir jahat Grozu sendiri yang membongkar semua rahasia raja Zholagraf yang membuang putrinya. ******** Nada berjalan menyusuri istana. Ia penasaran ingin melihat taman bunga di belakang kastil. Di sana pasti ada ratu. "Kemarilah, kamu ingin menikmati ke indahan bungaku bukan?" suara itu mengejutkan Nada. Siapa dia? Apakah itu ratu Niyya? "Ra.. Ratu.." Nada tergagap karena kepergok penasaran dengan taman bunga milik ratu. "Tidak usah takut. Kemarilah, aku bukan ratu yang jahat. Kamu suka bunga kan? Kamu siapa? Apa kamu dayang istana yang baru?" tanya ratu Niyya ramah. Dayang Dina sedikit terkejut dengan ekspresi sang ratu. Biasanya ia selalu dingin dan tidak perduli dengan tamu yang datang. "Na.. Namaku Nada, aku seorang tabib ratu. Aku ke sini di utus bunda untuk mengobati pangeran Zhellograf," jawab Nada sedikit takut. "Kemarilah nak, kamu liat tamanku. Begitu indah bukan?" loh ratu Niyya kok malah engga nyambung. "Bagaimana sekarang kondisi pangeran Nada?" "Kondisinya memang belum menunjukan hal yang signifikan. Tapi sedikit ada kemajuan. Ia telah sadar," sahut Nada. "Syukurlah," "Apa anda tidak mau mengunjunginya ratu?" pertanyaan itu memnuat dayang Dina melotot ke arah Nada. "Cukup mendengar dia baik baik saja. Sudah cukup bagiku. Nanti juga kami akan bertemu. Terimakasih karena telah membuat pangeran sadar. Kamu cantik sekali untuk ukuran seorang tabib. Kamu berasal dari negeri mana?" puji ratu Niyya. Di bilang cantik Nada jadi salah tingkah. Secara di puji langsung oleh sang ratu. "Aku bukan dari sebuah negeri tuan ratu. Aku dari desa Moregestte. Sangat terhormat sekali aku mendapatkan pujian dari ratu," hormat Nada pada ratu Niyya. "Aku senang kamu datang. Sudah lama sekali kami tidak kedatangan gadis cantik seperti kamu. Apa kamu akan setiap hari ke sini?" sepertinya ratu sangat senang dengan ke hadiran Nada. Apa karena ikatan batin mereka. "Iya tuan ratu, aku akan setiap hari ke sini. Dari mulai terbit matahari hingga siang ini. Tapi hari ini raja meminta aku untuk makan siang bersama keluarga kerajaan," Ratu Niyya tersenyum ramah, "Bagus, aku bisa memintamu untuk menemai aku merawat bunga bunga ini di tamanku. Apakah kamu bersedia?" permintaan ratu Niyya memang tak bisa Nada tolak. Tapi bagaimana ini. Ia sudah ada janji pada pangeran Gustavo. Ia akan menemai pangeran Gustavo untuk mencari benda pusaka itu setelah mengobati pangeran Zhellograf. Kalau Nada menerima permintaan sang ratu. Ia akan melanggar janjinya pada pangeran Gustavo. Padahal Nada tidak suka ingkar janji. Bagaimana ini? Apa yang harus Nada jawab? Jika Nada menolak. Ratu Niyya pasti akan kecewa. "Tidak usah setiap hari. Cukup tiga atau empat hari sekali untuk menemani saja. Aku meminta hanya satu jam saja, bagaimana?" ratu Niyya memberikan opsi lain. Mungkin saja Nada keberatan kalau harus menemani ratu setiap hari. "Baiklah ratu, saya bersedia," jawab Nada pada akhirnya menyetujui permintaan ratu Niyya. "Baiklah. Aku akan bersiap siap untuk makan siang kita. Kamu nikmati saja ke indahan tamanku. Sampai berjumpa lagi," pamit ratu. Ia berjalan meninggalkan Nada yang masih bengong. "Hei kamu! Kamu beruntung tau. Ratu tidak biasanya bersikap seperti itu pada orang baru. Kamu jangan mengecewakan ratu yah. Ya sudah aku akan menyusul ratu dulu," ucap dayang Dina pada Nada. Ada apa dengan hari ini? Jalan yang Nada tempuh begitu di mudahkan. Dari mulai sang raja Zholagraf yang ramah. Pangeran Zhellograf yang sadar. Sampai ratu Niyya yang ingin lebih dekatnya. Seperti keajaiban bagi Nada. Syukurlah, Nada memiliki keberuntungan yang banyak di hari ini. Awal yang bagus. Good job Nada. ****** Raja Zholagraf sangat bersyukur. Akhirnya pangeran Zhellograf sudah sadar. Sebagai ucapan terimakasih, raja meminta Nada untuk makan siang bersama keluarga kerajaan. Sekarang mereka telah berkumpul dalam satu meja makan. Rasanya canggung sekali Nada bisa makan dengan keluarga kerajaan. Siapa dia? Nada hanya beruntung. Karena pamgeran Zhellograf bisa sadar saat ia selesai mengobati pangeran. Ya sudah, mungkin ini keberuntungan bagi Nada. Ini harus di nikmati. Kapan lagi Nada bisa menyantap makanan kerajaan. Pasti makanannya sangat enak. Itung itung perbaikan gizi Nada. Haha. Nada begitu menikmati makanan yang belum pernah ia temui. Pasti kokinya sangat hebat. Jamuan makananya sangat enak sekali. Sangat memanjakan lidah. Kalau di ajak setiap hari makan seperti ini. Nada tidak akan nolak. Seperti makanan dari surga. Enaknya mantap. "Aku sangat berterimakasih padamu nona Nada. Semoga ini langkah lebih baik karena kamu telah membuat pangeran sadar. Semoga saja kamu bisa mengobati pangeran," puji sang raja. Ia membuka percakapan setelah selesai menyantap makan siangnya. "Jangan panggil aku nona baginda raja. Panggil saja aku Nada. Syukurlah jika kehadiran aku membuat pangeran lebih baik," Nada merendah. Ia tidak mau pujian bertubi tubi hari ini menjadi bumerang baginya. "Aku telah mengutus pengawalku untuk mengabarkan pada tabib Rahma. Bahwa kamu akan tinggal sementara di istana. Aku tidak mau kamu ke lelahan, karena jarak tempuh perjalanan memang cukup jauh," ucap raja Zholagraf. Apa lagi ini? Kenapa semuanya serba mendadak? Kalau Nada tinggal di istana. Berarti ia tidak bisa keluar untuk membantu pangeran Gustavo. Dududuh makin rumit saja. Nada memutar otaknya agar bisa mencari cara untuk bisa keluar dari istana. "Tapi apakah aku boleh meminta satu permintaan baginda raja?" tanya Nada sedikit hati hati. "Apa permintaanmu?" "Izinkan aku keluar setelah makan siang. Aku janji sebelum senja akan kembali ke istana. Bolehkan baginda raja?" pinta Nada. Semoga permintaannya di kabulkan raja. "Mau apa kamu keluar istana di jam segitu? Apakah kamu punya maksud lain?" tuh kan. Raja malah berpikiran yang tidak tidak soal Nada. "Keluarlah Nada. Aku yang mengizinkanmu. Kamu perlu kebebasan setelah merawat pangeran. Kamu pasti ingin mencari beberapa tumbuhan di luar istana bukan? Jadi aku mengizinkanmu. Boleh kan raja, aku yang memberi izin?" ucap ratu Niyya yang sedari tadi bungkam. Ia melirik raja dengan sinis. Senang sih dapat pembelaan dari ratu Niyya. Tapi atmosfir sekitar berubah menjadi tegang menunggu jawaban raja. "Iya ayah. Biarkan Nada keluar buat mencari suasana bari. Mungkin saja ia ingin lebih mengenal negeri kita," pangeran Zhellograf menyetujui permintaan Nada. "Baiklah kalau itu kemauan ratu dan pangeran. Aku juga akan setuju. Tapi jika kamu melanggar sesuatu. Aku tidak segan akan memberikan hukuman padamu," tegas sang raja. Glek. Nada menelan salivanya. Kalau sedang serius seperti ini. Raja terlihat seram. Hari ini Nada benar benar beruntung. Ia mempunyai ratu Niyya dan pangeran Zhellograf yang selalu mendukungnya. Sekarang giliran memikirkan. Bagaimana caranya menjelaskan hal ini pada pangeran Gustavo. Nada memang akan membantu pangeran Gustavo untuk mencari benda pusakanya. Tapi kalau Nada harus tinggal di istana. Lalu bagaimana dengan pangeran Gustavo? Dia harus tinggal di mana? "Dayang Dina, tolong perintahkan dayang lain untuk menyiapkan kamar untuk Nada. Buat kamar itu senyaman mungkin. Agar selama tinggal di sini, merasa senang dan nyaman," perintah ratu Niyya. Yang merintah kok ratu Niyya yah? Kenapa bukan raja? Duh nampaknya ratu Niyya sangat menyukai kehadiran Nada. "Baik tuan ratu," dayang Dina langsung pergi meninggalkan ruangan makan. Ia segera memerintahkan dayang yang lainnya untuk menyiapkan kamar yang di minta ratu untuk Nada. "Ibunda sepertinya sedang senang. Ada apa?" tanya pangeran Zhellograf. Memang terlihat sangat kentara sekali perubahan ratu Niyya. Sebelumnya memang tidak pernah seperti itu. "Tamu spesial ini yang membuatku senang," jawabnya singat. Nada sedikit kaget mendengar jawaban ratu Niyya. Harusnya yang membuat senang itu melihat anaknya telah sadarkan diri. Bukan tamu seperti dia. Nada melihat ekspresi pangeran Zhellograf sedikit sedih. Anak mana yang tidak sedih, jika di acuhkan saat sakit seperti ini. Harusnya seorang ibu itu, selalu mendukung dan menemani anaknya ketika anak sakit seperti ini. Apalagi penyakit pangeran Zhellograf bukanlah penyakit biasa. Penyakit kutukan yang sulit di sembuhkan. Semua ini murni kesalahan raja Zholagraf. Harusnya ratu Niyya hanya marah pada raja. Tidak seharusnya malah ikut membenci pangeran Zhellograf. Rajalah yang pantas mendapatkan kebencian dari ratu Niyya. Pangeran Zhellograf sudah sangat menderita seumur hidupnya. Ia butuh belaian kasih sayang ibu. Sayang sekali tak pernah pangeran Zhellograf dapatkan sejak ia lahir ke dunia. Selain berusaha menyembuhkan penyakit pangeran Zhellograf. Nada juga bertekad untuk membuat kedua anak dan ibu itu bersatu, layaknya ibu dan anak pada umumnya. Nada harus mencari cara agar membuat ratu Niyya berubah menyayangi pangeran semata wayangnya. Siang ini Nada harus keluar istana. Nada harus menjelaskan soal ini pada pangeran Gustavo. Semoga pangeran Gustavo mengerti. Dan mempunyai solusi untuk persoalan ini. "Syukurlah jika ibunda senang dengan kehadiran Nada. Semoga ibunda selalu senang dan bahagia," ujar pangeran Zhellograf sedikit sedih. "Tenang saja. Mulai hari ini aku pasti akan bahagia pangeran. Ya sudah. Aku pamit ke taman bunga dulu," setelah pamit pada raja dan pangeran. Ratu Niyya beranjak dari kursinya. Kemudian pergi menuju taman bunga. Sepeninggalnya ratu Niyya. Suasana menjadi sangat canggung. Raja Zholagraf meninggalkan meja makan tanpa berkata. Tinggalah pangeran Zhellograf besama Nada. Nada bingung harus berbicara apa pada pangeran. Sudah pasti Nada merasa tidak enak pada pangeran Zhellograf. Pasalnya ratu lebih senang pada Nada yang bisa di bilang orang baru. Di bandingkan pangeran anaknya. Terlihat sekali gurat kekecewan di wajah pangeran. Tadinya pangeran mengira ratu Niyya senang karena melihat dirinya telah sadar. Tapi tidak sesuai harapanya. Malah orang lain yang membuat ibundanya senang. Nada memang paling bisa membuat orang sekitarnya nyaman. Termasuk pangeran Zhellograf. Ia telah jatuh cinta pada Nada. Tak apalah ibundanya bersikap acuh padanya. Setidaknya masih ada raja dan Nada yang masih perduli padanya. Pangeran Zhellograf berharap Nada bisa menjadi permainsurinya kelak. Tapi untuk saat ini dan kondisi dirinya yang seperti ini. Ia tidak mungkin mengungkapkan perasaan cintanya kepada Nada. Ini terlalu cepat. Dan mungkin akan mengejutkan Nada. Pasti Nada akan canggung karena tau pangeran telah jatuh cinta padanya. Pangeran Zhellograf tidak mau hal itu terjadi. Maka kali ini, pangeran harus sabar. Sampai nanti tiba saatnya ia akan mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada Nada. Dengan seiring berjalannya waktu. Pangeran Zhellograf akan berusaha membuat Nada jatuh cinta padanya. Nada adalah perempuan pertama yang membuat jantung pangeran berdetak kencang. Hatinya begetar hebat. Kali pertamanya pangeran Zhellograf merasakan hal ini. Perasaan cinta itu mengalir begitu saja. Semoga saja Nada mempunyai perasaan yang sama. Sehingga cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Di pertemuan keduanya, Nada membuat pangeran yang tadinya tidak sadarkan diri. Menjadi sadar. Apakah itu keajaiban cinta? Keajaiban cinta yang membuat pangeran Zhellograf jadi lebih baik? Semoga saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN