Pernyataan Cinta Sang Pangeran
Cinta adalah perasaan yang sangat luar biasa. Cinta juga datang tak menentu. Cinta bisa datang kapan saja. Baik di waktu yang telat, maupun tidak tepat. Baik pada orang yang tepat. Ataupun orang yang tidak tepat. Tapi cinta itu anugrah. Cinta bisa mengalahkan semua. Semua berubah manis ketika cinta datang. Dengan kekuatan cinta, kejahatanpun pasti akan luruh dengan sendirinya. Tapi kadang cinta juga akan terasa pahit. Ketika cinta itu tak terbalaskan. Ketika cinta itu tidak dihargai. Ketika cinta itu semu. Ketika cinta itu hanya sebuah kebohongan semata. Ketika cinta itu hanya milik kita sendiri. Ketika cinta itu harus berakhir menyedihkan dengan sebuah kata perpisahan.
"Kalau padaku, apa kamu suka padaku?" tanya pangeran Gustavo tiba tiba.
Pertanyaan aneh pangeran Gustavo membuat Nada bingung. Apakah pangeran menanyakan perasaannya pada dirinya. Apakah pangerans sedang menyatakan cinta?
"Kamu ini bicara apa sih. Bukankah kita hanya teman?" kilah Nada. Namun sesungguhnya Nada tidak mau mengatakan hal itu. Hatinya terasa sakit seperti di cubit. Tapi mau bagaimana lagi. Perasaannya tidak boleh dibiarkan saja. Ia tidak mungkin bersanding dengan pangeran Gustavo.
"Hahaha ya tentulah kita hanya teman. Lucu sekali ekspresimu," pangeran Gustavo malah ngakak. Padahal dalam hatinya ia ingin jawaban lain dari Nada. Misalnya Nada mengatakan kalau ia jatuh cinta pada dirinya. Aaaahh itu sepertinya hanya harapan yang semu. Nada itu baik pada siapapun. Jadi tak mungkin ia jatuh cinta pada pangeran konyol sepertinya. Apalagi Nada selalu sebal pada sikap angkuh pangeran Gustavo.
"Dasssaaarrr!!! Ga lucu tau bercandaannya. Eh, kayanya udah mau senja. Itu artinya aku harus kembali ke istana," buru buru Nada mengalihkan pembicaraan. Sebelum pangeran Gustavon bertanya tanya hal yang aneh lagi.
"Ya sudah. Sampai ketemu lusa. Gunakan hari esok sebagai istirahat. Jangan berpikiran lagi soal penyihir. Lusa aku akan ajarkan kamu bela diri. Dan beberapa trik untuk membedakan penyihir lemah dan penyihir yanh mempunyai kekuatan," ucap pangeran Gustavo penuh perhatian.
"Oke. Kamu juga hati hati di jalan yah. Jangan sampai ketemu penyihir lagi," setelah Nada pamit pada pangeran Gustavo. Ia langsung bergegas menuju kastil kerajaan Zdellaghoztte.
Sementara seperti biasa pangeran Gustavo melihat kepergian Nada dengan senyuman. Ia terus menatap punggung Nada yang semakin lama semakin menjauh. Rasanya memang seperti ini kala jatuh cinta. Semua menjadi seakan terasa indah. Mungkin belum saatnya perasaan ini ia ungkapkan. Ini terlalu cepat bagi mereka berdua. Sudah menjadi akrab saja, sudah sangat beruntung sekali. Mungkin setelah semuanya usai. Ia kan memberanikan diri menyatakan perasaannya. Meski harus berujung perpisahan. Ia akan hadapi semua itu dengan lapang dada.
Ternyata cinta antara anak manusia dan anak dewa terasa rumit. Indah memang terasa, terasa gemetar di dada. Membucah bagaikan gelombang ombak di lautan. Membuat seperti orang gila saking senangnya. Membuat senyum melengkung setiap harinya. Hanya saja kenyataan yang membuatnya menjadi sulit. Karena manuisa dan dewa tidak bisa bersatu. Jika mereka tidak bisa bersatu. Kenapa harus di pertemukan?
Pangeran Gustavo jatuh cinta pada Nada. Secara tidak langsung membuatnya dilema. Di satu sisi ia ingin kembali ke kerajaan langit. Ia ingin menjadi dewa langit mengantikan sang ayah. Tapi di satu sisi rasa cintanya pada Nada membuatnya semakin betah di bumi. Rasanya ia tak ingin cepat cepat meninggalkan bumi. Ia akan menjadikan alasan mencari benda pusaka demi bersama Nada setiap harinya. Pangeran Gustavo tidak benar benar serius untuk menemukan permata biru akhir akhir ini. Ia lebih fokus untuk melihat senyum pada bibir Nada. Tujuannya kali ini telah melenceng. Mungkin jika ayahnya tau. Ia akan murka karena tujuan pangeran Gustavo di turunkan ke bumi adalah untuk mencari permata biru.
"Aku tidak menyesal mengenalmu Nada. Aku akan hadapi semuanya. Aku tau semua itu akan berakhir dengan perpisahan. Maka sebelum perpisahan itu terjadi. Aku akan nikmati kebersamaan denganmu. Semoga kamu mempunyai perasaan yang sama padaku," Pangeran Gustavo berbicara sendiri. Setelah itu ia menghilang dan muncul kembali di depan kastil kerajaan Moregestte.
********
Sesampainya di gerbang pintu kastil kerajaan Zdellaghoztte. Nada berpapasan dengan raja Zholagraf. Nada menundukan kepalanya tanda hormat pada raja. Tapi raja Zholagraf terlihat acuh padanya. Apa raja masih marah pada dirinya? Apa ada kesalahan Nada lain yang membuat raja Zholagraf acuh seperti itu?
"Dari mana kamu setiap hari keluar kerajaan? Lalu siapa lelaki muda yang selalu menemani kamu itu? Apakah kamu mata mata penyihir Grozu?" tanya raja Zholagraf. Pertanyaan itu membuat Nada kalang kabut. Nada tidak boleh sampai membocorkan rahasianya bersama pangeran Gustavo. Raja Zholagraf sampai tau ia pergi bersama lelaki muda. Berarti selama beberapa hari ini ia selalu menyelidiki gerak gerik Nada. Sampai di tuduh sebagai mata mata penyihir Grozu.
"Aku berani sumpah raja. Aku hanya manusia biasa. Aku tidak memiliki sihir apapun. Tujuan aku ke sini hanya untuk mengobati pangeran. Tidak lebih dari itu," ucap Nada sedikit bergetar. Ia paling tidak suka ditatap tajam seperti itu oleh raja Zholagraf.
"Lalu siapa lelaki muda itu? Kenapa kamu bisa bergaul bukan dengan sembarang orang. Aku tau siapa dia. Dia adalah pangeran kerajaan desa Moregestte. Apakah kamu ke sini atas permintaan pangeran Moregestte itu. Apa dia juga menyelidiki tentang perekonomian kerajaan Zdellaghoztte?" raja sampai tau sedetail itu tentang pangeran Gustavo. Apa yang harus Nada perbuat? Ia tidak mungkin jujur bukan soal pangeran Gustavo.
"Permisi baginda raja. Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda," ujar salah satu pengawal kerajaan menotong perbincangan antara Nada dan raja Zholagraf.
"Siapa suruh dia masuk. Lancang sekali bertamu kala senja," ucapnya sedikit murka. Tak lama orang itu muncul. Membuat Nada dan raja Zholagraf terkejut.
"Hamba mohon maaf baginada raja. Aku baru berani menemui anda sekarang. Aku tau selama ini anda curiga pada Nada. Aku juga tau selama beberapa hari ini anda mengutus pengawal anda untuk mengawasi kami. Aku datang untuk menjelaskan semua kesalah pahaman anda pada Nada," pangeran Gustavo terlihat sangat serius berbicara di depan raja Zholagraf. Ia mau berbicara apa? Semoga bukan hal yang konyol atau hal yang membuat Nada terusir dari kerajaan Zdellaghoztte.
"Begini baginda raja. Berhubung dulu anda meminta aku untuk membantu perekonomian kerajaan Zdellaghoztte. Aku memutuskan untuk melihat lihat negeri ini. Kebetulan juga aku kenal dengan Nada. Aku tidak akan menganggu pekerjaan Nada di kerajaan ini. Makannya aku memintanya untuk siang saja keluar dari istana. Setelah merawat pangeran Zhellograf. Aku hanya ingin ia menemai aku berkeliling di negeri ini. Siapa tau aku bisa membantu infrastruktur negeri ini. Kita bisa bersatu sebagai kerajaan persahabatan. Jadi anda jangan curiga lagi. Nada hanya bekerja sebagai tabib dan menjalankan perintah dari aku. Untuk melihat lihat negeri Zdellaghoztte ini," jelas pangeran Gustavo secara gamblang. Semoga saja penjelasan pangeran Gustavo bisa membuat raja Zholagraf mencernanya dengan baik.
Memang benar sih, Nada hanya di utus oleh bunda Rahma untuk mengobati pangeran Zhellograf. Dan Nada juga sudah terlanjur janji untuk menemukan benda pusaka milil kerajaan Moregestte. Bukan untuk menemani pangeran Gustavo untuk melihat lihat negeri Zdellaghoztte. Tapi tak apalah. Pangeran Gustavo mungkin ingin menutupi rashasianya hari orang lain. Jadi ia bilang Nada menemaninya untuk melihat lihat negeri ini. Insting pangeran Gustavo bagus juga. Ia sampai tau ada pengawal yang di utus raja Zholagraf, untuk menyelidiki perjalanan pangeran Gustavo dan Nada. Ya iya lah. Pangeran Gustavo akan tau. Orang dia itu manusia setengah dewa.
"Begitu pangeran. Aku mohon maaf, jika aku tau sejak awal seperti itu. Mungkin aku tidak akan mencurigai Nada. Apa lagi mencurigai anda pangeran," raja Zholagraf terlihat sungkan pada pangeran Gustavo.
"Ya sudah. Mulai sekarang. Aku minta untuk tidak menyelidiki perjalanan kami lagi. Aku sedikit risih. Bisa saja mereka aku sekap. Tapi aku tidak sekejam itu. Ingatlah ini demi kebaikan kedua kerajaan kita," peringatan dari pangeran Gustavo tidak main main rupanya. Raja Zholagraf langsung ciut. Mati kutu di buatnya. Lucu juga melihat raja Zholagraf yang tadinya sangar jadi ciut seperti itu. Ternyata sebesar itu kekuasaan yang di miliki pangeran Gustavo. Bernuntung Nada yang telah mendapatkan pembelaan dari sang pangeran. Nada makin cinta dengan pangeran Gustavo. Ups! Engga boleh. Nada engga boleh jatuh cinta pada pangeran Gustavo.
"Ya sudah aku pamit dulu. Besok Nada aku berikan istiharat satu hari. Jadi besok ia tidak akan keluar bersama aku," setelah pamit pangeran Gustavo langsung pergi. Sementara raja Zholagraf tersenyum samar pada Nada. Sepertinya ia malu pada Nada. Setelah itu ia pergi meninggalkan Nada di pintu gerbang kastil kerajaan Zdellaghoztte.
"Syukurlah masih ada pangeran Gustavo. Dia mulai berubah," ujar Nada sambil tersenyum.
Nada mulai masuk ke dalam istana. Ia berjalan dengan senyum merekah di bibirnya. Nampaknya iya, Nada mulai jatuh cinta pada pangeran Gustavo.
"Nada!" panggilan itu menghentikan jalan Nada. Ia langsung menengok ke sumber suara.
"Ada apa pangeran?" tanya Nada saat tau yang memanggilnya ternyata pangeran Zhellograf.
"Sepucuk mawar merah untuk kamu Nada," ujar pangeran Zhellograf sambil memberikan sepucuk mawar merah kepada Nada. Loh ada apa ini? Kenapa pangeran Zhellograf berkelakuan aneh seperti ini?
"Maaf aku tau ini terlalu cepat. Mungkin kamu juga terkejut dengan kelakuan aku. Tapi aku tidak tahan lagi untuk menyembunyikan semua ini. Aku harus cepat mengutarakan hal ini," pangeran Zhellograf menarik nafasnya dalam dalam. Ia terlihat sangat gugup.
Nada mulai merasakan aura yang sudah tidak asing lagi. Sepertinya ia akan mendapatkan pernyataan cinta dari sang pangeran. Ya ampun apa yang harus Nada lakukan?
"Aku mencintaimu Nada. Mau kah kamu menjadi kekasih ku?" tanya pangeran Zhollagraf to the point.
Apa yang harus Nada jawab? Padahal baru saja ia telah jatuh cinta pada pangeran Gustavo. Apa ia harus menolak pangeran Zhellograf? Nada takut penolakannya akan membuat kesehatan pangeran Zhellograf menurun. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak ada sedikitpun perasaan cinta tumbuh di hati Nada untuk pangeran Zhellograf. Perasaan cinta itu sudah tumbuh pada pangeran Gustavo. Tidak mungkin kan ia bagi lagi?
"Maaf pangeran. Apa pangeran sedang bercanda?" cetus Nada akhirnya.
"Aku sangat serius Nada. Bahkan aku akan jadikan kamu sebagai permain suriku," mata pangeran Zhellograf terlihat sangat berbinar binar. Ia masih sangat berharap Nada bisa menjadi kekasih hatinya.
"Maaf pangeran sebelumnya. Tapi aku tidak bisa," jawab Nada tegas.
"Kenapa? Apa karena aku seorang pangeran yang lemah karena kutukan?"
Nada menggeleng keras. "Bukan pangeran. Anda jangan salah paham. Aku disini hanya anak seorang tabib. Aku hanya gadis miskin yang tidak tau asal usulnya. Kita itu bagaikan langit dan bumi. Maaf pangeran aku tidak bisa menerima pernyataan cinta dari pangeran. Aku mohon pangeran mengerti hal itu," jelas Nada. Ia tidak mau sampai pangeran Zhellograf salah paham terhadap dirinya.
"Hahaha kamu bohong kan? Kamu hanya takut. Jika kamu menjadi kekasihku. Kamu akan terkena kutukan itu juga?" kondisi pangeran Zhellograf mulai kacau. Sepertinya ia tidak bisa menerima penolakan dari Nada.
"Tidak pangeran. Aku tidak takut kutukan itu sama sekali. Aku mohon pangeran. Jangan menambah sulit posisi aku di sini. Aku kesini karena memang di utus oleh bunda Rahma untuk mengobati anda. Tidak lebih dari itu. Tolonglah pangeran. Anda jangan begini. Aku tidak mau seperti ini. Apa yang anda harapkan dari gadis miskin seperti aku? Aku tidak punya apa apa pangeran?"
"Tidak perduli!! Aku tidak perduli asal usul kamu. Tidak perduli kamu gadis miskin atau apapun. Sekalipun kamu penyihir jahat. Aku tetap jatuh cinta padamu Nada!!" bentak pangeran Zhellograf. Ia masih teguh pada pernyataan cintanya pada Nada. Nampaknya ia masih ingin memperjuangkan cintanya pada Nada.
"Sekali lagi ampuni atas kelancangan hamba pangeran. Aku tidak bisa menerimanya pangeran. Maaf," jawaban Nada tetap sama. Ia masih menolak.
"Baiklah. Kalau memang itu keputusan dari mu. Besok kamu jangan temui aku dulu. Mungkin selama beberapa hari kedepan. Biarkan aku sendiri dulu," pintanya.
"Tapi bagaimana dengan pengobatan anda pangeran?"
"Perduli apa kamu? Cintaku saja kau tolak. Jadi tak usah kamu perdulikan aku lagi!!" bentak pangeran Zhellogaraf sambil pergi meninggalan Nada.
Air mata Nada mulai terjatuh. Bukan karena mengisi cinta pangeran Zhellograf yang di tolak oleh dirinya. Tapi ia menyesal, kenapa semua jadi kacau? Kenapa justru cinta yang seharunya membuat bahagia menjadi seperti ini? Ya, bagaikan bumerang. Cinta yang bertepuk sebelah tangan memang sangat terasa menyakitkan. Tapi mau bagaimana lagi. Lebih sakit lagi jika berbohong karena cinta.
Awal datang Nada ke istana ini terasa begitu mudah dan sangat berjalan dengan mulus. Ia bisa di terima dengan baik oleh kerajaan Zdellaghoztte. Tapi baru saja beberapa hari sudah menjadi kacau seperti ini. Ingin rasanya ia pulang saja. Nada ingin kembali ke panti asuhan Hana Hikari. Meskipun tidak di kelilingi benda benda mewah seperti di kerajaan. Tapi hatinya damai karena ada bunda Rahma yang menyayanginya sepenuh hati.
Ada Lisna sahabatnya dari kecil. Yang selalu mendukungnya. Ada adik adik asuhnya yang selalu memberikan keceriaan setiap harinya. Hari ini begitu berat. Ia sangat merindukan pelukan bunda Rahma. Ia rindu rumah yang telah membesarkannya.
Nada mulai menangis sesegukan. Ia baru sadar. Ternyata istana bukanlah tempatnya. Di istana belum tentu membuatnya bahagia. Andai saja ia bisa memilih. Ia lebih baik pulang kembali pada panti asuhan. Tapi sayangnya tugasnya di sini belum selesai. Nada belum bisa membuat pangeran Zhellograf sembuh dari penyakitnya. Nada tidak suka ingkar janji. Mau bagaimanapun. Ia tidak akan menyerah sampai tugasnya benar benar selesai. Semoga saja esok akan lebih baik. Semoga saja pangeran Zhellograf berubah pikiran dan mengerti posisinya saat ini. Kalau tidak mau bertemu dengannya. Lalu bagaimana Nada bisa mengobatinya? Ah, Nada masih berharap pangeran Zhellograf segera berubah pikiran.