Chapter 3 - New Job
Hari ini adalah hari pertama Nadira bekerja sebagai sekretaris Nicho. Nadira mulai beradaptasi dengan pekerjaan barunya. Untungnya pekerjaan yang dulu sudah ia selesaikan kemarin. Vina sampai kaget Nadira bisa jadi sekretarisnya Nicho. Vina malah mewanti-wanti pada Nadira. Agar hati-hati pada Nicho. Karena katanya, Nicho suka main pecat sembarangan orang. Namun, Nadira tetap terus maju. Ia yakin dengan kemampuannya.
"Nad, kenalkan ini pak Oh Jin So. Beliau yang akan bekerja sama dengan perusahan kita, selama beberapa bulan kedepan," ucap Nicho memulai mettingnya.
Nadira tersenyum. "Annyeong haseyo! Jônēn Nadira imnida. Mannasô bangabsēmnida (Halo, namaku Nadira. Senang berjumpa dengan anda)." Ucap Nadira memperkenalkan diri. Nicho malah melirik Nadira sinis.
"Ne, annyeong haseyo! Jônēn Kim Ji So imnida. Mannasô bangabsēmnida (Halo, namaku Oh Jin So. Senang berjumpa dengan anda)," balas Oh Jin So memperkenalkan diri juga.
"Bahasa Korea kamu cukup bagus. Saya bisa bahasa Indonesia, kok," terusnya. Nadira nyengir kuda. Tadinya mau menunjukan kemampuannya di depan Nicho. Nadira malah malu sendiri di hari pertama kerjanya. Pantas saja tadi Nicho melotot padanya.
"Baiklah, seperti ini pak konsepnya," Nicho menjelaskan file yang Nadira bawa. File itu adalah konsep kerja dan beberapa desain yang akan menjadi proyek perusahaan beberapa bulan kedepan. Nadira melihat cara Nicho berpersentasi, Ternyata Nicho cukup pintar dan cerdas. Ia sangat serius dalam mengerjakan proyek ini. Nadira harus ambil ilmunya dari Nicho. Siapa tahu kedepannya, Nadira malah yang akan disuruh Nicho buat persentasi.
Dua jam berlalu. Meeting selesai. Mereka memang sedang meeting diluar. Tepatnya di restoran dekat kantor. Nicho menatap tajam Nadira. Tatapannya seakan membunuh, sepertinya Nadira melakukan kesalahan.
"Jangan sok jago deh. Cuma bisa bahsa Korea abal-abalan. Jangan malu-maluin saya!" tegur Nicho.
Apa abal-abalan? Nadira tida terima dihina seperti itu. Nadira tersenyum kecut. "Mohon maaf bapak Nicho yang terhormat. Bahasa Korea saya tidak abal-abal kok. Saya memang bisa bahasa Korea!" tegas Nadira.
"Terus? Tidak ada yang menyuruh kamu pakai bahasa Korea. Kalaupun nanti ada klien pakai bahasa Korea. Kamu tidak usah berbicara pakai bahasa Korea. Kalau bukan saya yang suruh!" hardik Nicho menyebalkan. Bukan pujian yang Nadira dapatkan. Malah dibilang sok jago. Kalau saja Nicho bukan CEO. Sudah habis Nadira jitak. Mulutnya itu loh tajem banget.
"Satu lagi. Anggap saja kita tidak saling kenal. Kamu jangan bilang sama orang kantor. Kalau kita satu almamater. Hubungan kita hanya sebatas CEO dan sekretaris saja," lanjut Nicho.
"Iya," sahut Nadira singkat. Sebal sekali dengan sifat angkuhnya. Ternyata Nicho juga ingat. Kalau Nadira adalah adik kelasnya.
Kemarin saat manager Park Woo Bin membawa Nadira ke ruangan Nicho. Ia terus berpikir pernah bertemu di mana dengan Nadira. Ternyata Nadira adalah adik kelasnya saat di kampus. Nicho selalu menghukum Nadira yang sering terlambat ke kampus. Belum lagi Nadira yang ceroboh selalu membuat kesalahan. Nicho khawatir Nadira tidak akan bisa menjadi sekretarisnya dengan baik. Mengingat Nadira selalu ceroboh saat di kampusnya dulu. Namun, tidak ada salahnya Nicho memberikan kesempatan pada Nadira. Toh hanya sebulan. Kalau kinerja Nadira bagus. Nicho akan mempertahankannya, tapi kalau jelek. Nicho tidak akan memecatnya. Ia akan mengembalikan jabatan lama Nadira sebagai staf administrasi keuangan.
"Jadwal selanjutnya apa?" tanya Nicho.
"Ada meeting jam satu nanti dengan perusahan Milenial Fashion Grup dan jam empat sore dengan desainer Maura Siswara. Membicarakan konsep fashion show, untuk minggu depan," jawab Nadira sangat detail.
"Oke. Sekarang kita ke kantor saja dulu. Nanti di kantor kamu ke ruangan saya dulu. Ada berkas yang harus kamu rapihkan. Kamu harus atur ulang beberapa meeting dan konsep. Nanti saya ajarkan bagaimana mebuat konsep yang bagus," ucap Nicho datar. Tanpa senyum dan terasa sangat dingin.
Kok ada yah orang kayak gini? Hmm sabar Nadira. Semua ini demi uang. Kalau udah lunas mending kamu ngundurin diri aja deh. Dari pada makan hati terus, kalau jadi sekretarisnya Nicho, rutuk Nadira dalam hati.
Flash back.
"Hari pertama ospek udah telat. Kamu harus dispin dong! Anak muda sudah malas-malasan. Mau jadi apa kamu?" hardik Nicho saat itu.
Nadira akui ia salah. Semalam ia habis bergadang menonton drama Korea kesukaannya, sampai pukul tiga dini hari. Ya, pantas saja ia kesiangan. Kalau sudah nonton drama Korea. Pasti enggak akan habisnya. Malah tambah penasaran. Nadira bisa loh menonton satu drama Korea dalam sehari. Saking penasarannya sampai rela tidak tidur demi menonton drama Korea. Nadira sering kali kena teguran Nabila, ibu kandungnya Nadira. Pasalnya Nadira memang selalu tidak kenal waktu kalau sudah nonton drama Korea.
"Iya kak maaf," sesal Nadira.
"Kamu harus dihukum. Tulis esai atau sebuah konsep persentasi tentang fashion. Besok serahkan pada saya," tegas Nicho. Kejam kan hukumannya? Dia pikir semudah itu buat konsep.
"Harus besok kak?" tanya Nadira.
"Iya besok. Kamu pikir tahun depan. Kembali kesekolah lagi aja kamu, kalau harus malas-malasan!" tukas Nicho.
Nadira pasrah deh. Dari pada nantinya kena semprot Nicho lagi. Kenapa juga di hari pertama ospeknya, malah ketemu sama kakak senior yang galak.
"Heh ngelamun lagi! Dengar saya bicara tidak!" tegur Nicho.
Nadira tersadar dari lamunannya saat dulu di kampus. "Eh iya pak,"
"Kamu itu harus konsentrasi saat kerja. Jangan sampai sifat ceroboh kamu malah bikin kacau segalanya. Saya tidak mau kecerobohan kamu dulu terjadi saat sedang bekerja!" tegas Nicho.
Lagi-lagi Nicho mencela Nadira. Katanya anggap tidak kenal. Terus tidak ada yang boleh tahu mereka satu almamater, tapi Nicho terus mengingat kejadian saat di Kampusnya dulu. Hmm dasar plin plan.
"Iya pak," sahut Nadira malas.
*********
Sesampainya di kantor Nadira langsung dibeikan setumpuk berkas oleh Nicho. Katanya Nadira harus mereka ulang berkas itu. Paling cepat besok harus sudah beres. Ini nih kebiasaan Nicho. Selalu ingin cepat tanpa memikirkan dulu orang itu mampu apa tidak. Pantas saja kebanyakan sekretarisnya tidak ada yang betah. Orang baru hari petama saja, sudah diberikan kerjaan seabrek kayak gini. Auto kaburlah.
Namun, Nadira harus kuat. Karena hanya kerjaan ini yang bisa Nadira kerjakan. Gaji jadi sekretaris lebih besar dibandingan jadi staf. Nadira harus kuatkan dengan sifat Nicho yang memang dingin dan tegas. Nanti juga kalau lama kelamaan Nadira akan terbiasa dengan sifat CEOnya.
Nadira kembali ke ruangan barunya di depan ruangan Nicho. Nadira membawa setumpuk berkas itu dan meletakannya di meja kerjanya. Berat juga hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris. Nadira duduk kemudian ia merentangkan tangannya ke atas. Nadira melakukan sedikit olahraga. Untuk merileksasikan otot-ototnya yang kaku.
"Ayo Nadira kamu pasti bisa!" seru Nadira menyemangati dirinya sendiri. Nadira membuka berkas pertamanya. Baru membacanya satu lembar. Tiba-tiba pintu ruangannya di ketuk.
"Masuk!" ucap Nadira. Pintu dibuka. Ternyata Vina yang mengetuk pintunya.
"Halo sekretaris baru. Sibuk banget sih sama kerjaan barunya," sindir Vina. Datang-datang langsung nyindir. Sahabat yang menyebalkan.
"Ngapain elo ke sini?" tanya Nadira sengaja agak nyolot. Habisnya Vina duluan yang menyebalkan.
"Emmhh mulai jutek nih. Iya deh maaf. Makan yuk Ra! Ini udah jam istirahat loh," ajak Vina.
Nadira melirik jam dinding di ruangannya. Benar saja waktu telah menujukan pukul dua belas siang. Itu tandanya sudah masuk jam istirahat. Nadira ingin sekali istirahat dan makan, tapi melihat berkas yang setumpuk. Mana besok harus selesai. Nadira jadi hilang napsu makan.
"Elo duluan aja deh, Vin. Gue pengen banget istirahat, tapi elo lihat sendiri kan. Kerjaan gue banyak banget. Mana besok harus selesai," ujar Nadira.
"Astaga! Semua ini harus selesai besok Ra?" tanya Vina tidak percaya. Nadira mengangguk. "Gila! Beneran kejam pak Nicho! Lagian udah gue bilang. Pak Nicho itu sangat dingin dan kejam. Elo jadi kewalahan kan ngerjain kerjaan dia. Hari pertama aja udah ketar ketir kayak gini. Apalagi entar!" damprat Vina kesal. Sebelum Nadira melamar menjadi sekretaris Nicho, Vina memang sudah sering memperingatkan Nadira. Namun, Nadira bersi kukuh untuk tetap nekat jadi sekretaris Nicho. Apalagi setelah mendapatkan pujian manager Park Woo Bin.
Vina tahu kok, Nadira naksir sama manager Park Woo Bin. Maka saat manager Park Woo Bin menyuruh Nadira, untuk melamar jadi sekretaris Nicho. Nadira langsung antusias. Karena katanya jabatan itu sangat cocok buat Nadira. Manager Park Woo Bin sampai bilang Nadira pintar dan cerdas. Bagaimana tidak terbang hati Nadira? Dipuji oleh orang yang ia taksir.
"Vin, gue enggak apa-apa kok. Lagian ini udah jadi kerjaan gue juga. Gue yang berani maju. Gue juga yang harus terima resikonya. Gue nitip roti bakar disamping restoran Libra," pinta Nadira.
"Hmm.. Ya udah deh, kalau itu yang elo mau. Gue bakalan balik ke kantor lebih cepet. Setelah makan gue langsung ke kantor buat ngasih elo roti bakarnya yah. Semangat Nadira!" ujar Vina memberikan semangat.
Vina memang selalu ada saat Nadira sedih atau senang. Sering kali ia ingin membantu Nadira dalam menyicil hutangnya. Namun, Nadira selalu menolaknya. Bukannya tidak mau, Vina masih punya tanggungan dalam keluarganya. Ayah Vina juga sudah meninggal. Vina jadi tulang punggung keluarga. Karena ia tidak mau ibunya berkerja. Ia harus membiayai kedua adiknya yang masih sekolah.
Nadira dan Vina sama-sama berjuang dalam kerasnya kehidupan. Nadira dengan hutangnya yang banyak. Sedangkan Vina dengan tanggungan ibu dan adik-adiknya. Dua cewek yang hebat, yang berjuang untuk keluarganya.
"Oke. Makasih yah, Vin!" ucap Nadira.
Setelah itu Vina keluar ruangan Nadira. Ia segera bergegas menuju cafetaria di kantornya. Daripada makan di restoran. Cafetaria di kantor harganya lebih miring. Ya mending di cafetaria saja.
Nadira mulai berkutat dengan pekerjaannya. Ia melihat sketsa baju yang sudah lusuh, tapi ia sangat tertarik sama desainnya. Sederhana dan elegan. Nadira melihat sebuah nama pojok kanan sketsa itu.
"Mevita Aurora. Bukannya itu artis sekaligus desainer terkenal yah? Kok sketsa ini kayak habis di acak-acak sih? Kayak yang udah diremas-remas terus dibuang," Nadira ngomong sendiri.
Mampukah Nadira menyelesaikan tugas dari Nicho? Lalu apa hunungannya Mevita Aurora dengan Multi Fashion Grup?