Chapter 2 - New Secretary
Rutinitas di pagi hari yang sibuk, sudah menjadi makanan setiap hari. Menghitung uang, dalam bentuk digital dan mentransfer pada karyawan kantor. Adalah tugas admin bagian keuangan.
Nadira Febrianti, perempuan polos dan ceroboh yang sekarang sedang bekerja di Multi Fashion Grup sebagai administrasi keuangan. Meskipun sering ceroboh, tapi ia juga sangat pintar dan cerdas. Pagi ini ia mendapatkan tawaran dari managernya, Park Woo Bin. Untuk menjadi sekretarisnya CEO.
Sebulan yang lalu ayahnya Nadira memang baru saja meninggal. Beliau meninggal dengan meninggalkan banyak hutang. Mereka terlilit hutang semenjak ayahnya sering berhutang pada rentenir. Karena tidak bisa bayar, bunganya semakin tinggi dan membengkak. Ayah Nadira berhutang untuk menebus adiknya Nadira yang di penjara karena kasus narkoba.
Nadira yakin adiknya hanya difitnah oleh temannya. Namun, mau bagaimana lagi. Semua bukti memberatkan adiknya. Sayangnya ayahnya Nadira nekat membawa kabur adiknya Nadira saat kunjungan di penjara. Mereka bedua malah menjadi penyebab kecelakaan beruntun. Ayah dan adik Nadira meninggal di tempat kejadian. Sebagian korban meminta pertanggungjawaban atas kecelakaan yang mereka alami. Hal itu membuat perekonomian keluarga Nadira menurun drastis. Belum lagi rentenir dan depkolektor yang selalu menangih uang ke rumahnya.
Ada bagusnya juga kalau Nadira naik jabatan. Mungkin Nadira juga akan lebih banyak menghasilkan uang. Ingin sekali rasanya hutangnya cepat-cepat lunas. Agar ia bisa hidup lebih tenang, tanpa diganggu penagih hutang.
"Ngelamun lo! Jadi mau ngelamar jadi sekretaris pak CEO? Gue denger sih pak CEO itu dingin banget. Selama ini sekretarisnya itu cowok. Belum pernah cewek. Gue juga enggak ngerti kenapa manager Park Woo Bin nawarin jabatan itu ke elo. Keputusan elo naik jabatan apa enggaknya kan tetep pak CEO. Dia itu enggak suka perempuan loh!" rempet Vina saat melihat Nadira yang sedang melamun.
"Lo ini, lihat sahabatnya pengen maju. Bukannya didukung malah bikin enggak semangat!" protes Nadira.
"Bukannya enggak mendukung. Pak CEO beneran enggak suka cewek. Dia itu kayaknya suka sama manager Park Woo Bin," cetus Vina sembarangan.
"Hus! Ngasal aja ngomong. Bisa gawat kalau kedengaran sama yang lain. Elo tahu kan, manager Park Woo Bin itu. Sepupunya pak CEO," tegur Nadira mengingatkan.
"Tahu kok. Itu udah rahasia umum kali. Tahun kemarin, orang tua pak CEO ngadain sayembara buat calon istri pak CEO. Kandidatnya ada dua puluh orang. Dan semuanya ditolak mentah-mentah. Padahal ada artis, anak pejabat dan cewek yang berkelas semua deh. Masa iya semua ditolak," terus Vina.
"Vin, cinta itu memang enggak bisa dipaksain. Kalau memang belum ketemu jodohnya, ya berarti belum. Jangan ngecap orang sembarangan. Sebelum tahu yang sebenarnya," ucap Nadira.
"Terlalu banyak drama ah elo! Oh iya, kapan elo pentas lagi?" tanya Vina mengalihkan pembicaraan. Bisa gawat juga sih kalau ada yang nguping dan ngelaporin ke pak CEO. Kalau mereka sedang bergosip tentang pak CEO. Bisa-bisa mereka langsung dipecat. Pak CEO kan selain dingin dan galak. Dia juga sangat tegas.
"Minggu depan Vin, sabtu jam tujuh malam. Oh iya, ini tiket gratis khusus sahabat gue," sahut Nadira sambil memberikan tiket pada Vina. Vina adalah penonton setia pementasan teater musical Nadira. Nadira memang sangat hobi berakting. Tadinya pengen jadi artis. Namun, sepertinya belum rezekinya. Ia malah jadi staf administrasi.
Beruntung sih Nadira bisa masuk ke kantor ini. Karena sabtu minggu libur. Nadira bisa memakai hari itu untuk kuliah. Lagi-lagi berkat manager Park Woo Bin. Sepertinya Park Woo Bin suka deh sama Nadira. Soalnya sangat terlihat kentara sekali dari sifatnya.
Park Woo Bin itu sangat tampan. Sama lah seperti oppa-oppa Korea lainnya. Punya kulit putih dan muka glowing. Bedanya Park Woo Bin tidak mau melakukan operasi plastik seperti cowok Korea lainnya. Karena ia takut pada jarum suntik. Saat mau tes darah saja ia selalu pingsan. Haha lucu juga.
"Nadira bisa ikut saya ke ruang pak CEO?" tanya manager Park Woo Bin saat melintas di meja kerjanya Nadira.
"Bisa pak," sahut Nadira sambil mengikuti langkah manager Park Woo Bin menuju ruangan pak CEO. Nadira menebak, pasti ia akan diinterview oleh pak CEO.
Kok gue deg degan. Ayo semangat Nadira! Semuanya demi uang, gumam Nadira dalam hati. Berusaha menyemangatinya diri sendiri.
Saat memasuki ruang pak CEO. Atmosfer menjadi berubah. Menjadi sangat dingin sekali. Perasaan Nadira saja, atau memang ruangan pak CEO memang dingin.
"Lapor pak, ini saya bawakan sekretaris barunya," lapor manager Park Woo Bin.
Nicho yang sedang asik membaca berkas. Berhenti sejenak melihat orang yang katanya jadi sekretarisnya. "Saya menolak. Saya enggak mau sekretaris perempuan!" hardik Nicho.
"Ayolah! Aku sudah memilih yang terbaik untuk kamu. Aku yakin, Nadira bisa mengendel kerjaan kamu yang keteteran," rayu manager Park Woo Bin. Ia tahu, Nicho pasti akan menolak Nadira, tapi Park Woo Bin juga tidak mau menyerah. Karena ia yakin Nadira mempunyai royalitas yang besar untuk perusahaan. Meskipun sedikit ceroboh, tapi Nadira mau belajar dan cepat dalam mempelajari sesuatu hal yang baru.
"Elo tahu sendiri kan gue enggak suka sekretaris cewek!" tegas Nicho mulai berbicara santai. Padahal masih didalam kantor dan ada Nadira, bawahannya. Harusnya Nicho memakai bahasa informal.
Park Woo Bin menghela napas panjangnya. Nicho ini sangat keras kepala sekali. Ia harus berusaha lebih keras agar Nadira tetap jadi sekretaris barunya. Park Woo Bin mendekat pada Nicho. Ia mulai membisikan sesuatu.
"Katanya elo mau gue cariin cewek lokal. Ini gue bawaain. Gue yakin selain dia bagus kerjanya. Elo juga bisa jadiin dia jadi calon istri," bisik Park Woo Bin pada Nicho. Sementara Nadira memandang mereka aneh. Nadira jadi kepikiran ucapan Vina. Apa benar pak CEO suka pada manager Park Woo Bin?
"Awas! Kalau elo bawa cewek macem-macem. Oke kali ini gue coba," balas Nicho sambil berbisik juga. Kemudian ia melihat Nadira dari atas sampai bawah. Sepertinya ia pernah melihat Nadira, tapi entah di mana. Atau mungkin Nicho hanya salah lihat. Orang pilihan Park Woo Bin selalu tepat. Semoga saja sekretaris barunya ini bisa memikat hatinya.
"Baiklah. Saya kasih kamu kesempatan menjadi sekretaris saya selama sebulan. Kalau kerjaan kamu bagus. Saya angkat sepenuhnya kamu sebagai sekretaris saya," ucap Nicho. Nadira yang mendengar ucapan Nicho terbelalak. Tadi jelas-jelas Nicho menolak Nadira, tapi kenapa saat manager Park Woo Bin membisikan seseuatu. Justru Nicho berubah pikiran. Nadira jadi semakin curiga mereka ada apa-apanya.
Nadira segera menepis pikiran buruk itu. Masa bodo lah, mau pak CEO itu kekasih manager Park Woo Bin pun. Itu bukan urusan Nadira. Yang perting sekarang, bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak. Nadira ingin segera lepas dari semua hutang-hutang yang semakin menumpuk. Rasanya ia sudah lelah di tagih terus hutang.
"Baiklah, pak manager tolong urus semua tanda tangan kontrak dan lain sebagainya. Kamu ingat tulis kontraknya hanya sebulan. Saya mau lihat kinerja dia dulu," perintah Nicho tegas.
"Baik pak!" sahut manager Park Woo Bin. Setelah itu mereka berdua pamit dari ruangan pak CEO. Nadira mengikuti langkah Park Woo Bin. Sepertinya ia akan memberikan surat perjanjian kontrak untuk Nadira tanda tangani. Nadira kira, ia akan diinterview dulu. Namun, ternyata tidak. Entah apa yang dibisikan manager Park Woo Bin, tapi sepertinya sangat ampuh.
"Ini kontrak yang harus kamu tanda tangani. Dan ini tugas yang harus kamu lakukan. Dari mulai mengatur jadwal meeting, pertemuan dengan klien dan lain sebagainya. Sudah saya catat di sana. Kamu pahami saja dulu. Besok kamu baru mulai jadi sekretaris pak Nicho. Hari ini kamu bereskan dulu saja pekerjaan kamu sebagai staf administrasi keuangan," jelas manager Park Woo Bin.
Bukannya menyimak perkataan manager Park Woo Bin. Nadira malah melamun. Tepatnya melihat pesona ketampanan manager Park Woo Bin. Orang Korea memang sangat tampan. Kulitnya putih dan glowing. Manager Park Woo Bin ini seperti aktor Korea yang Nadira suka. Seperti Lee Min Ho, Lee Jong Suk dan aktor lainnya.
"Hei! Nadira! Kamu dengar saya kan?" tegur manager Park Woo Bin secara halus.
"Eh ita oppa," ceplos Nadira. Respek dia menepuk jidatnya yang tidak bersalah. Gara-gara memnayangkan manager Park Woo Bin seperti aktor Korea. Ia jadi keceplosan bilang 'Oppa'.
"Hahahaha." Manager Park Woo Bin malah tertawa renyah.
"Maaf pak. Saya kelepasan," sesal Nadira, malu banget rasanya. Kalau saja Nadira itu cacing. Mungkin ia sudah masuk kedalam tanah, saking malunya.
"It's ok. Diluar tempat kerja kamu boleh sebut saya oppa, kok,"ujar manager Park Woo Bin.
"Serius pak? Kamsahamnida (Terimakasih)," sahut Nadira senang.
"Hanggukeo jal haeyo? (Apa kamu bisa bahasa Korea?)" tanya manager Park Woo Bin.
"Ne, Mullon imnida (Ya, Tentu saja)" jawab Nadira.
"Coba saya tes. Saya pengen kamu perkenalkan diri kamu pakai bahasa Korea," pinta manager Park Woo Bin.
Diminta seperti itu Nadira malah deg degan. Pasalnya yang ngetesnya langsung orang Korea asli, tapi Nadira harus yakin dengan kemampuannya.
“Annyeong haseyo! Jônēn Nadira imnida. Indonésiaésô wassémnida. Jigēm Jakarta samnida. Mannasô bangabsēmnida (Halo, namaku Nadira. Aku berasal dari Indonesia, sekarang aku tinggal di Jakarta. Senang berjumpa dengan anda)." Nadira memperkenalkan diri dalam bahasa Korea.
"Dangsineun jeongmal daedanaesseoyo. (Kamu benar-benar luar biasa) Perfect! " puji manager Park Woo Bin. Dipuji seperti itu bukannya senang. Nadira malah tersipu malu. Enggak tahu benar apa tidak yang diucapkan oleh Nadira, tapi berhubung manager Park Woo Bin memujinya. Itu artinya bahasa Korea yang ia ucapkan benar.
"Kamsahamnida (Terimakasih)," ucap Nadira. Dulu saat melamar ke kantor ini. Nadira tahu, kalau Multi Fashion Grup adalah perusahaan gabungan New York, Korea dan Indonesia. Kebetulan Nadira juga suka negara Korea. Pasti di kantor Multi Fashion Grup, banyak orang Koreanya. Nadira juga masuk ke Multi Fashion Grup, karena ke fasihannya dalam berbahasa Korea. Namun, herannya, Nadira malu saja kalau bicara dengan manager Park Woo Bin pakai bahasa Korea. Soalnya manager Park Woo Bin mirip sekali dengan aktor idolanya. Mungkin itu yang membuat Nadira malu. Sayang saja, kalau ganteng-ganteng suka sesama jenisnya. Pasti itu hanya gosip saja.
"Baiklah Nadira. Sepertinya saya tepat memilih kamu sebagai sekretaris pak Nicho. Kedepannya akan ada proyek dengan orang Korea. Pak Nicho memang bisa bahasa Korea, tapi nilai plus buat kamu. Karena kamu juga bisa bahasa Korea. Kamu harus tunjukin kemampuan kamu. Agar pikiran pak Nicho salah. Bahwa kamu bisa menjadi sekretaris pak Nicho!" dukung manager Park Woo Bin.
"Siap pak!" sahut Nadira bersemangat. Andai saja CEOnya manager Park Woo Bin yang baik ini. Auto betah deh ke kantor setiap hari. Sayangnya Park Woo Bin hanya seorang manager. Tadi pak Nicho kelihatan galak sih. Semoga saja tidak semenakutkan yang Nadira pikirkan. Bisa saja Nicho bersikap seperti itu, karena baru pertama bertemu dengan Nadira.
Setelah selesai urusannya dengan manager Park Woo Bin. Nadira kembali ke ruang kerjanya. Ia harus segera menyelesaikan tugasnya. Sebelum ia besok menjadi sekretarisnya Nicho. Nadira adalah sekretaris pertama perempuan Nicho. Nadira akan membuktikan, kalau ia akan lebih baik dari sekretaris lelaki, Nicho sebelumnya. Kenapa Nadira sangat percaya diri yah? Padahal kata teman-teman kantornya. Nicho itu orang yang sangat dingin. Sebentar, sebentar. Nadira seperti teringat sesuatu.
Nadira menepuk jidatnya yang tidak bersalah. "Ya ampun! Jadi itu pak CEOnya? Dia kan kakak senior gue di kampus. Dia juga yang ngehukum gue pas ospek! Mampus gue, gara-gara terlalu fokus sama manager Park Woo Bin. Gue sampai lupain muka pak CEO. Astaga! Mana gue udah tanda tangan kontrak lagi," rempet Nadira mengoceh sendiri. Nadira memang jarang bertemu Nicho. Karena memang ruangan dan lantai gedungnya berbeda dengan CEO. Saat diingat-ingat. CEO itu ternyata memang kakak kelas Nadira.
Apa Nadira sanggup menjadi sekretaris Nicho? Apa Nicho juga ingat, kalau Nadira adik kelasnya di Kampus?