Soleh berusaha menyadarkan Cantika dengan meletakan minyak kayu putih di depan lubang hidungnya. Cantika membuka mata, air mata langsung mengaliri pipinya. Soleh mendekap tubuh Cantika dengan erat. "Bie ...." "Ikhlas Sayang, Cantika harus ikhlas. Ini sudah kehendak Allah" Soleh mengelus bahu Cantika lembut. "Tapi kenapa, begitu tiba-tiba begini Bie ...." "Sayang, tidak ada satupun manusia yang tahu kapan ajal akan menjemput. Karena maut datang tanpa permisi, tanpa suara, tanpa aroma. Tidak juga menunggu kita siap untuk dijemput, kita harus ikhlas Sayang, agar yang pergi, bisa meninggalkan kita dengan tenang." "Kita ke rumah Abba yuk Bie" "Iya Sayang, pakai jaketmu ya" Soleh mengambil jaket Cantika, lalu memasangkan ke tubuh istrinya. Diambil juga hijab Cantika, dipasangkan di kep