Kenapa Bie tertawa?" Tanya Cantika gusar. Cantika memeluk bantal untuk menutupi dadanya. "Mana ada kuyang, Sayang" Soleh meraih bahu Cantika. Tapi Cantika menggedikan bahu, dan menggeser duduknya menjauhi Soleh. "Bie lupa ya, dulu waktu kita masih kecil ... eeh salah, Cantika yang masih kecil, Bie sudah jadi Paman-Paman. Warga kampung berlarian mengejar kuyang yang terbang di atas lapangan bola. Warga pada bawa ijuk dan wancuh kayu (Sendok nasi yang terbuat dari kayu)?" "Ingat" "Nah, artinya kuyang memang ada'kan Bie?" "Iya, tapi kuyang mengisap darah Sayang, bukan mengisap d**a" "Bie lupa ya, Cantika lagi datang bulan. Kuyang peka sama amis darah dari rahim perempuan" "Sayang, kuyang cuma mengisap darah wanita melahirkan, bukan darah wanita datang bulan" "Terus ini siapa yang men