10. Keliru

2106 Kata

Ziya terdiam membeku. Sesal membanjiri dirinya. Ia tidak bermaksud membalas sindiran Mahesa dengan menanyakan ibunya Essa. Ziya sama sekali tidak tahu kehidupan Mahesa. “Maafkan aku, Mas. Aku tidak tahu—“ “Jika yang kamu maksud wanita yang dipanggil ‘mommy’ oleh Essa hari itu, dia adalah tetangga kami.” Mahesa memotong dengan nada tegas. Ia bangkit dari duduknya lalu mengusap puncak kepala Essa. “Daddy berangkat kerja dulu ya. Essa jangan nakal.” “Iya, Daddy.” Essa tersenyum manja. Anak perempuan yang baru duduk di bangku Taman Kanak-kanak itu melambaikan tangan yang direspons dengan senyuman oleh sang ayah. Kepergian Mahesa yang tergesa-gesa terkesan sedang menghindari Ziya. Ziya bisa merasakannya. Ia pikir lebih baik seperti itu. Intensitas pertemuan di antara mereka sebisa mungkin h

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN