Karakter Sisiil di semesta lain

1737 Kata
Kalea , gadis berambut coklat itu memasuki kehalaman rumahnya yang sudah tidak terurus akibat kedua orang tua Kalea yang sudah lama bertengkar karena sang ayah terjerat dengan hutang-hutang yang entah sudah habis berapa ratus juta. Mungkin sekitar 5 tahun yang lalu keluarganya sudah tidak seharmonis dulu, sudah tidak ada canda dan tawa seperti halnya masa lalu yang selalu Kalea rindukan. "Aku kan sudah bilang jangan pernah membuka pintu disaat orang-orang k*****t itu mencariku!"teriak Damian, ayah Kalea kepada Sarah ibu Kalea. Kalea yang baru saja pulang dari sekolahnya hanya menghela nafas berat mendengar makian Damian kepada Sarah setiap harinya. Dari semua warisan, tanah bahkan seisi rumah pun habis sudah karena Damian, hanya untuk membayar utang lelaki itu. Seandainya, Kalea cukup berani untuk melawan Damian, mungkin Sarah dan dirinya tidak akan menjadi sasaran empuk laki-laki itu disaat kegilaan Damian kumat. Contohnya sekarang, marah-marah seperti orang kesetanan, itu sungguh membuat Kalea lelah dengan suasana rumah. Jangan kan dirumah yang sudah seperti neraka baginya, sekolah pun sama tidak ada bedanya. Kalea selalu menjadi bahan ejekan teman-teman sekolahnya. Tunggu, maksudnya bukan teman-teman, teman tidak akan bersikap seperti itu bukan? Mereka hanyalah sampah bagi Kalea karena mereka semua hanya berani menyerang Kalea bersama-sama. "KALEA!!!" Panggil Damian dengan nada tinggi, lantas tangan kirinya melempar remot tv kearah nya dan, BUGH!!! Fuck! Kalea menatap kearah laki-laki tua itu disaat kening gadis itu terkena remot yang dilemparkan tadi cukup keras. "KAU, JADI ANAK YANG BERGUNA DONG!" langkahnya mendekat kearah Kalea yang sudah mematung ditempat, tubuhnya sudah siap dengan serangan yang biasa Damian lakukan kepadanya. "JANGAN SEPERTI WANITA JALANG ITU, YANG TIDAK MENGERTI SETIAP PERKATAAN YANG AKU UCAPKAN," Kalea memejamkan kedua matanya ketika Damian menarik keras rambut coklat yang lepek akibat manusia-manusia sampah itu menyiramkan air toilet kepadanya. "KAU MENDENGARKAN KU KAN?!" Kalea mengangguk, "Iya Ayah," "Bagus!" Ucapnya sambil melepaskan rambut Kalea dengan kasar. "Yasudah, pergilah beristirahat," Kalea melangkah kearah kamarnya, lantas kedua matanya melirik Sarah yang sudah menangis tersedu-sedu. "Bodoh!" Ucapnya dalam hati. Setelah Kalea selesai membersihkan tubuhnya dan mengganti seragam dengan baju tidur, gadis itu membanting tubuh kecilnya keatas kasur. Pandangannya menatap langit-langit kamar, sebagaimana indera pendengarannya terdengar samar-samar Sarah menangis, itu tidak membuat Kalea terusik, karena bagaimana pun itu sudah hal biasa untuk sekarang ini. Ngomong-ngomong Kalea mulai membayangkan hal yang tidak masuk akal lagi. Seperti halnya kehidupan Selena. Selena Graceya, gadis populer yang selalu dipuja-puja semua orang. Hidup penuh dengan kedamaian, mempunyai wajah cantik yang selalu dihargai semua orang, bahkan kesalahan yang dilakukan Selena pun selalu dianggap spele oleh semua orang, benar-benar tidak adil! Terkadang Kalea juga ingin sehari saja seperti Selena, jangankan sehari cukup sepuluh menit saja deh, agar tau bagaimana rasanya setiap apa yang ia lakukan di hargai, ditambah mempunyai wajah cantik yang selalu di puja-puja semua orang. Dan dengan wajah seperti itu, Kalea akan percaya diri untuk mendekati Zale dan memintanya untuk menjadi pacar gadis itu kan? Ah Zale, Zale Nasrey laki-laki pintar, tampan dan populer. Teman sekelas Kalea, semua orang pun tergila-gila dengan laki-laki itu, termasuk Selena. Bahkan ada kabar bahwa Selena pernah meminta Zale untuk menjadi kekasih gadis itu, tetapi entah kenapa Zale menolak Selena mentah-mentah dan itu sempat membuat satu sekolah heboh. Yaaa, Zale tampan, sangat tampan di mata Kalea, mungkin karena ia tampan selera laki-laki itu tinggi. Makan dari itu Kalea memilih untuk menjadi pengagum rahasia saja, ketimbang ia di tolak mentah-mentah seperti halnya Selena. TRING! Satu pesan masuk, Kalea buru-buru mengambil ponselnya dan membuka pesan yang entah dari siapa. Namun saat pandangannya jatuh melihat kearah nickname yang muncul membuat Kalea menaikan sebelah alis matanya bingung. "Arnesh?" Gumamnya Tunggu? Arnesh? Arnesh Albert? Laki-laki populer selain Zale. Ada apa laki-laki itu mengirim pesan tengah malem seperti ini kepadanya? "Kau sibuk?" "Tidak, ada apa?" Ibu jarinya menekan tombol send, lalu pandangannya kembali menatap langit-langit kamarnya TING! "Kau sudah mengerjakan tugas yang diberikan Mr.Joo?" "Itu tugas sekitar dua minggu lalu, kenapa kau menanyakan itu tiba-tiba kepadaku?" "Ya, Aku tahu. Tetapi dikelas, kau yang mendapatkan nilai tertinggi kemarin kan?" "Lalu?" "Aku berniat meminjamnya, apakah boleh?" "Sekarang? Tengah malam begini?" "Yup! Kirimkan lokasimu sekarang, aku akan kesana," "Sinting!" Ucapnya pada diri sendiri lalu Kalea bangun dari tidurnya dan mencari buku bahasa Latinnya untuk ia pinjamkan kepada Arnesh. Sebelumnya, dia langsung memberikan lokasinya kepada laki-laki populer itu. Jujur Kalea tidak terfikirkan bahwa Arnesh akan senekat itu kerumahnya tengah malam begini. Benar-benar definisi laki-laki nakal yang selalu di nobatkan semua orang untuk Arnesh. TING! "Kamarmu dilantai dua kan?" Membaca pesan tersebut Kalea mengerutkan dahinya sebentar sebari membenarkan kacamatanya. "Bagaimana kau bisa tahu," Berniat membalas pesan, Kalea terkejut mendengar suara berat yang masuk keindera pendengarannya. "Hai," "Astaga!" Arnesh tertawa pelan, memperlihatkan gigi rapihnya kepada Kalea, Laki-laki tampan tersebut masuk kedalam kamarnya melalui jendela yang lupa ia tutup, dan itu membuat Kalea menepuk jidatnya pelan yang menyadari kecerobohan dirinya. "Kau, tidak masalah kan jika aku masuk dengan cara seperti ini?" Tanya Arnesh. Kalea hanya mengangguk, kemudian menyodorkan buku kepadanya dengan ekpresi datar. Arnesh mengambil buku tersebut, namun pandangan nakalnya entah kenapa malah memperhatikan lekuk tubuh Kalea yang hanya terbalut baju tipis berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam. Arnesh meneguk air liurnya, saat sadar bahwa gadis cupu dikelasnya itu tidak seburuk yang orang lain fikir, mungkin karena Kalea memakai seragam biasa yang kesannya membuat tubuh gadis itu tidak menarik. Arnesh masih berdiri dihadapan Kalea membuat Kalea berdecak pelan kepadanya. "Kau mau sampai kapan berdiri disitu?" Arnesh mengerjap, laki-laki itu menggaruk pipi kanannha yang tidak gatal, sedikit malu dan merutuki diri sendiri didalam hati. "Kal," "What?" "Do you ever have a kiss?" "Wait? What?!" "Aku hanya bertanya saja, lagi pula apa salahnya aku bertanya kan?" Kalea menggeleng tidak percaya, apa-apaan laki-laki dihadapannya ini. "Kau meremehkan ku?" Jelas, itu sudah jelas, Arnesh disini sedang meremehkan dirinya. Karena bagaimanapun laki-laki itu tahu bahwa Kalea bahan rundungan semua orang termasuk teman-temannya. "Tidak, aku hanya bertanya," Arnesh menjawab, ia sedikit berdehem lantas melangkah mendekat kearah Kalea. Reflek Kalea mundur,"Kau mau apa?" Arnesh tidak menjawab, namun langkahnya terus mendekat kearah Kalea. Kalea panik, entah apa yang ada dipikirannya, itu membuat Kalea tidak bisa menebak apa yang ada dikepala laki-laki itu. Akan tetapi, tiba-tiba Arnesh memegang leher putih Kalea dan tubuhnya ia dorong sehingga jatuh diatas kasur miliknya. Posisi mereka berdua benar-benar agak intim sekarang, dengan Arnesh diatas tubuh Kalea ditambah tubuh mereka hanya dibatasi kain yang mereka pakai. Kalea terdiam, masih terkejut dengan apa yang barusan terjadi, ditambah gadis itu saat ini terhipnotis dengan wajah tampan Arnesh yang berharak hanya beberapa sentimeter dengan wajahnya. "Do you wanna try it?" Tawarnya, Kalea masih terpaku. Ia benar-benar terhipnotis dengan pandangan laki-laki itu, ditambah hembusan nafasnya yang sudah ia rasakan di wajahnya. Tidak ada jawaban dari Kalea, Arnesh langsung melumat bibir mungil gadis itu dengan lembus, Kalea yang belum pernah merasakan ciuman selama dalam hidupnya. Ia terhanyut akan ciuman yang di berikan oleh Arnesh. Tangan kanan Arnesh yang tadi memegang leher jenjang Kalea, kali ini ia membelai lembut lehernya sehingga menimbulkan sensasi geli pada tubuh Kalea. Apa ini? Ini perasaan apa? Kalea benar-benar kali pertama merasakan ini, dan itu sangat memabukan. Namun dengan otak yang masih waras, Kalea langsung mendorong Arnesh dan membuat Arnesh menatap gadis itu dengan pandangan yang tidak bisa ia tebak. Mereka berdua terdiam, hanya nafas keduanya yang terdengar saat ini. "Your first kiss,eh?" Ucap Arnesh memecahkan keheninggan diantara mereka berdua. Tanpa pikir panjang, Arnesh bangkit dari kasur dan melangkah kearah jendela. "Kau tau? Menurutku kau tidak sejelek yang teman-temanku pikirkan," "Cobalah memakai kontak lensa, dan copot kawat gigi yang kau gunakan itu. Jangan lupa ubah model rambutmu juga," ucapnya lalu melompat keluar dan pergi meninggalkan Kalea yang masih mematung dan mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Tetapi tiba-tiba entah kenapa pikiran anehnya muncul kembali. "Seandainya itu Zale," gumamnya. ==== Masih pukul 5 pagi, akibat semalam ia tidak bisa tidur akhirnya Kalea memutuskan untuk bergegas kesekolah sepagi ini, walaupun jarak dari rumah ke sekolah hanya menghabiskan waktu 15 menit. Lebih baik seperti itu, datang dari awal agak tempat duduknya tidak menjadi sasaran empuk manusia-manusia sampah yang selaly menganggunya setiap hari. Langkahnya menelusuri koridor sekolah, masih sepi dan hawanya sedikit dingin akibat musim dingin sebentar lagi akan muncul. Saat langkahnya berada tepat didepan kelasnya, kedua mata Kalea mebelalak setelah melihat Selena dan Zale sedang berciuman didalam kelas. Apa? Apa-apaan ini? Bukannya Zale sudah menolak Selena mentah-mentah beberapa hari yang lalu? Kalea melihat mereka, melakukan ciuman yang semakin panas. Risih dengan pemandangan tersebut, gadis itu membalikan tubuhnya dan pergi dari situ. "Selena, benar-benar gadis jalang," gumamnya. Kalea memutuskan diam di toilet, mengingat kejadian yang membuat hatinya berkecamuk, gadis itu menatap dirinya pda pantulan cermin. Rambut pendek, berkacamata dan gigi yang masih dalam penyembuhan agar rapih. Itu membuat Kalea merutuki dirinya, kenapania tidak bisa secantik Selena. "ARGH!!" Teriaknya sambil menendang tong sampah sembarangan. "Aku bersumpah kau akan menyesal melakukan hal murahan seperti itu kepada Zale, Selena," ucap Kalea lebih ke diri sendiri. Gadis itu tersenyum kecil, lantas menggeleng pelan dan tiba-tiba tertawa puas. Entah apa yang ada dipikiran Kalea saat ini, tetapi baginya, Selena benar-benar mencari masalah dengannya. Suara pintu terbuka membuka Kalea menoleh, sosok Selena berdiri di hadapannya dengan ekpresi datar dan lebih cenderung tidak peduli akan kehadirannya. Kalea memperhatihan gerak gerik Selena yang sedang mencuci tangan kemudian mememakai lipstik berwarna nude kearah bibirnya. Selena yang sadar sedang diperhatikan melirik kearah Kalea. "Nerd, what the f**k you see?" Kalea berdecak, lantas melangkah pergi dari situ meninggalkan Selena yang sedikit keheranan dengan sikapnya. Setelah ia buru-buru berjalan kearah kelas tanpa memperhatikan suasana, tanpa sengaja seseorang menyenggol pundaknya dan membuat langkah Kalea mundur beberapa langkah. "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya memastikan. Kalea sedikit mematung, gadis itu agak sedikit tertegum dengan pemandangan yang ada didepannya saat ini. Tanpa di sangka-sangka, entah ada angin apa Zale mengajaknya bicara sebagaimana tindakan tadi bisa dibilang tidak sengaja. "Kalea, you okay right?" Mata coklat terangnya memandang khawatir kepada Kalea dan tangan kanannya meraih pundak gadis itu. Degup jantung Kalea tidak bisa ia kontrol sekarang, mengapa Zale bisa sebaik ini kepadanya? Atau jangan-jangan. "Kau menyukaiku?" Tembak Kalea, membuat Zale menaikan sebelah alis matanya. "Hah?" "Kau menyukaiku kan? Maka dari itu kau sengaja menyenggolku dan mengajakku bicara," Zale diam, beberapa detik kemudian ia tertawa kecil sebari menggeleng kepalanya pelan. "Astaga," jari jemarinya menyisir rambut coklat lelaki itu secara kilat. "Kau sedikit ngelantur ya? Bagaimana bisa aku menyukai gadis seperti mu," jawabnya dengan tangan yang menepuk pundak Kalea lantas pergi meninggalkan Kalea yang masih mematung ditempat. Kalea terkekeh, tangannya menyentuh pundak yang baru saja di sentuh oleh laki-laki tampan itu,"Iya kau menyukaiku," ucapnya pelan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN