Chapter 11

1037 Kata
satu minggu kemudian.. Sejak tiga hari lalu Callista mendapatkan pekerjaan sampingan. Ia melakukan jasa laundry untuk menambah penghasilannya. Mengingat pekerjaan di penthouse Dave tidak menghabiskan waktu yang lama sehingga ia memiliki banyak waktu senggang dalam sehari. Kali ini dirinya akan mempercepat pekerjaannya di penthouse Dave sehingga ia dapat segera kembali. ting.. Suara bel itu membuat Callista mengernyit. "Apa pacar Dave?" gumamnya. Ia pun segera melangkah menuju ruang tamu dan membukakan pintu. Matanya membulat ketika melihat bukan Dave yang berada disana, melainkan seorang wanita paruh baya yang pernah Callista lihat. "Selamat siang, Nyonya." "Siang, Callista. Apa Dave ada?" Callista berusaha bersikap biasa saja dan tidak grogi ketika menyadari yang berdiri di hadapannya adalah nyonya Amanda. Ia sedikit terkejut karena wanita itu mengetahui namanya. "Tuan Dave belum kembali dari bekerja, Nyonya." "A, begitu rupanya." Callista tersenyum. "Silahkan masuk, Nyonya." Wanita itu menganggukkan kepalanya kemudian melangkah masuk. Callista bingung apa sebenarnya hubungan wanita itu dengan Dave sehingga datang kemari dan terlihat begitu akrab. --------- "Aku ingin berterima kasih secara langsung karena kau sudah menyelamatkanku beberapa waktu lalu," ujar Amanda setelah menyesap minumannya. "Maafkan aku baru mengucapkannya secara langsung sekarang," sambung Amanda kemudian. "Tidak masalah, Nyonya." "Kudengar dari Dave kau bisa memasak makanan yang enak." Callista menjadi merasa tersipu. Ia tidak tahu ternyata Dave memiliki pendapat seperti itu terhadap masakannya. Selama ini lelaki itu hanya menikmati semuanya tanpa mengomentari apapun. "Saya hanya berusaha semaksimal mungkin, Nyonya." Amanda menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum menatap Callista. "Aku jadi penasaran. Apa kau tidak keberatan untuk membuatkan makan siang untukku?" Callista tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Sebuah kehormatan bagi saya, Nyonya." Tadi Callista telah memberi kabar kepada Dave bahwa ada ibu Lucas yang berkunjung. Akan tetapi lelaki itu belum membalas pesannya. Callista menduga bahwa Lucas dan Dave memiliki hubungan yang sangat akrab sehingga ibu dari Lucas ini juga terlihat seolah seperti menganggap Dave sebagai putranya sendiri. Atau mungkin bisa saja Dave dan Lucas adalah sepupu. Callista sendiri tidak mengetahuinya. Ia pun mulai membuat makan siang untuk nyonya Amanda. Wanita itu memang tidak meminta menu secara khusus. Callista dibebaskan memasak apapun yang ia inginkan. Akan tetapi hal itu justru membuat Callista justru menjadi bingung untuk memasak. Ia seolah mendadak merasa tidak bisa berpikir untuk memasak. "Ini seperti memastikan calon mertua harus senang dengan masakanku," gumam Callsta dalam hati ketika memilih bahan. ---------- "Kau diminta datang ke rumahnya?!" pekik Audi. Callista langsung menutup bibir gadis itu dan memintanya untuk tenang sejenak. Audi pun menganggukkan kepalanya. "Maaf aku terlalu bersemangat." Audi lantas kembali menatap Callista. "Tapi kau benar-benar diminta datang ke rumahnya?! pekik Audi lagi/ Callista menghela napasnya. "Iya, Audi. Aku juga merasa sangat terkejut." Tadi setelah nyonya Amanda makan siang di penthouse Dave, wanita itu meminta Callista untuk datang ke rumahnya.  Lebih tepatnya Callista diundang untuk makan malam bersama. Nyonya Amanda mengatakan bahwa itu adalah bentuk ucapan terima kasih karena Callista sempat menolongnya beberapa waktu lalu. "Itu hebat, Call. Maksudku." Audi mendekati Callista dan berbisik. "Kau akan memasuki rumah Lucas! Ini Lucas, Call! Ibunya yang memintamu datang. Itu sebuah kesempata emas!" Callista sedikit terkejut karena Audi jauh lebih merasa excited untuk hal ini dibandingkan dirinya. "Kau harus mempersiapkan ini dengan baik!" Kening Callista mengernyit karena ucapan Audi. "Maksudmu?" "Kau harus tampil cantik, Call. Ayolah. Lucas pasti akan berada di rumah. Kau harus tampil menawan supaya dia melirikmu." Callista tidak mengerti ucapan dari Audi. "Aku tidak paham. Aku hanya perlu datang kesana, kan?" Audi menghela napasnya. "Call. Kau suka dengan Lucas, kan? Ini kesempatan emasmu. Setidaknya kau harus tampil cantik dan dia akan menatapmu selama makan malam." Callista terdiam sejenak. Ia tidak tahu harus tampil dalam standar kecantikan yang seperti apa karena dirinya tidak tahu selera Lucas. Meski begitu, ia setuju dengan ucapan Audi. Ini adalah kesempata yang bagus untuk membuat Lucas meliriknya. Mengingat perilaku lelaki itu sangat menyebalkan ketika Callista bersamanya menemani Dave. "Benar. Aku akan berias nanti." Audi menganggukkan kepalanya. "Tunggu sebentar disini, Call." Gadis itu melangkah kembali ke dalam dapur. Callista sebenarnya tidak sopan karena datang di sore hari lalu langsung ke belakang dekat dapur. Ia hanya merasa perlu mengucapkan ini secara langsung kepada Audi.  Gadis itu sedang istrirahat sebentar karena belum ada pesanan lagi. "Ayo," ujar Audi yang tiba-tiba saja kembali menghampiri Callista. "Apa maksudmu?" "Aku pulang lebih dahulu. Kita harus bersiap." "Apa?" tanya Callista bingung. "Kita harus bersiap, Call. Aku akan membantumu berias. Ayo. Aku bantu carikan baju terbaik!" Callista terkejut. "Aa aku tidak berniat membeli pakaian baru." Dirinya sangat menghemat bila itu sudah merupakan sebuah pengeluaran. Lagi pula ia masih memiliki beberapa pakaian yang bisa tergolong pantas untuk dikenakan ke mansion Lucas. "Tenang saja. Aku yang akan menraktirmu." "Apa!" mata Callista membulat. "Tidak perlu, Audi. Kau cukup membantuku berias saja." Audi menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Kau harus tampil totalitas kali ini. Ayo. Aku sangat bersemangat membantumu." "Astaga tapi ini berlebihan, Audi." Audi menggelengkan kepalanya. "Tidak. Ayolah." Audi menarik tangan Callsta dan mengajaknya keluar dari koridor dapur. ------- Callista benar-benar tidak percaya Audi serius kali ini. Gadis itu benar-benar mengajaknya ke butik untuk mencari pakaian baru. Entah sudah berapa pakaian yang dicoba oleh Callista, Audi selalu mengatakan tidak. "Bagaimana dengan ini?" tanya Callista muncul dari bilik ganti baju. Audi mendekati Callista dan menatap tubuhnya dengan seksama. Ia memutari tubuh Callista untuk mengatai detail pakaiannya. "Ini terlalu terbuka. Coba yang ini," ujar Audi mengambil salah satu set pakaian yang sudah diambilanya tadi. Callista menghela napasnya. "Baiklah." Kali ini Callista menuruti apa saja ucapan gadis itu. Audi sudah sangat bersemangat untuk membantunya jadi ia merasa tidak enak bila harus menolak kebaikan gadis itu. Setelah beberapa menit, Callista keluar dengan satu set pakain tadi. "Ini bagus tapi terlihat terlalu ramai." Audi kembali memberikan sebuah pakaian lain yang harus dicoba oleh Callista. "Coba kau pakai ini, Call." "Baik, Yang Mulia." Audi pun tersenyum. Callista kembali memasuki bilik untuk berganti baju. Saat menanti gadis itu keluar, tiba-tiba ponsel Audi bergetar. "Halo," ujarnya dengan santai. "Aku sedang mengantar Callista." Audi menganggukkan kepalanya. "Baiklah." "Bagaimana dengan ini?" Audi terkejut karena Callista telah keluar. Ia segera mematikan sambungan telepon dan kemudian memasukkannya kembali ke saku. Ia menghampiri Callista dan kemudian tersenyum menatap gadis itu. "Ini dia!" Audi memutari tubuh Callista dan menatapnya dengan lekat. Audi juga mencoba memundurkan tubuhnya untuk menatap Callista dari jarak yang cukup jauh. "Tepat sekali!" pekik Audi tersenyum senang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN