Chapter 19

1308 Kata
Callista sebenarnya tidak paham apa yang terjadi. Lucas diam saja dan tidak mau memberitahu apapun. Lelaki itu kemudian mengendarai mobil dan berhenti ketika mereka tiba di rumah sakit. Melihat rumah sakit seperti ini benar-benar membuat Callista terkejut dan bingung. Terlebih lagi wajah Lucas yang menunjukkan kecemasan. Callista menduga pasti sesuatu telah terjadi sekarang sehingga Lucas menjadi begitu panik.   Lucas keluar dari mobil dengan terburu-buru, Callista yang bingung pun hanya bisa mengikuti lelaki itu. Mereka memasuki rumah sakit dengan langkah tergesa.   “Cepatlah melangkah,” ucap Lucas. Callista sudah berusaha berlari mengimbangi langkah lelaki itu. Akan tetapi biar bagaimana pun tentu ia tidak bisa mengejar kecepatan kaki Lucas. Terlebih dirinya tengah mengenakan gaun.   Lucas pun terlihat kesal dan ia lantas langsung menarik tangan Callista. Mengajak gadis itu melangkah bersamanya.   Callista cukup terkejut namun ia memilih diam saja. Sepertinya memang ada sesuatu yang cukup mendesak di tempat ini sehingga Lucas bersikap seperti itu.   Hingga ketika tiba di depan ruangan, Lucas menghentikan langkahnya dan menatap Lucia.   “Bagimana Mommy?” ”Sedang ditangani.”   Gadis itu tampak menangis dan panik. “Callista.” Lucia langsung mendekat menghampiri Callista dan lantas memeluk gadis itu. “Maaf tadi aku meninggalkanmu.”   Callista mengucap punggung Lucia yang tengah memeluknya. “Tidak apa, Lucia.” ”Mommy terkena serangan jantung jadi aku panik dan langsung bersama Dave kemari.” Callista pun lantas menatap Dave. “Tidak apa-apa, Lucia.” ”Aku takut kondisi Mommy parah.” Callista berusaha untuk menenangkan gadis itu. “Tenang dulu ya, Lucia. Kita duduk dulu.”   Callista melepas pelukan dengan gadis itu dan kemudian mengajaknya untuk duduk sejenak.   Lucia langsung memeluk Callista lagi dan menangis.   “Dave, boleh pinjam jasmu?” tanya Callista. Dave pun segera melepaskan jasnya sehingga hanya menyisakan kemeja putih. Lucas berdiri dengan cemas di depan pintu ICU.   Begitu mendapatkan jas dari Dave, Callista pun lantas memasangkan jas itu untuk menyelimuti punggung Lucia yang terbuka. Mereka berdua masih mengenakan gaun dan berada di rumah sakit. Memang terasa begitu aneh namun ini kejadian tidak terduga.   Lucas yang tadinya menatap ke arah pintu kemudian menatap adiknya pun terdiam dengan apa yang dilakukan oleh Callista. Melihat perlakuan Callista, bayangan masa lalu pun muncul di pikiran Lucas. Apa yang gadis itu lakukan, sama percis terhadap apa yang pernah dulu mendiang Carissa lakukan untuk Lucia.   Melihatnya kembali terjadi, membuat Lucas seketika mengingat masa lalu dan merasa terkejut.   “Tenanglah. Ibumu pasti akan baik-baik saja,” ujar Dave seraya menepuk pundak Lucas.       ---------     Ketika tengah malam, kondisi Amanda membaik dan dokter meminta agar orang-orang tidak menjenguknya terlebih dahulu. Hal itu agar Amanda bisa beristirahat setelah melewati masa kritis. Tentu saja kabar itu membuat semuanya merasa sangat lega. Terutama Lucas yang sangat mengkhawatirkan ibunya itu.   Lucas lantas menatap Lucia. “Kau pulanglah dan tidur.”   Adiknya itu menangis sejak tadi sehingga matanya kini sembab. Setidaknya Lucia sudah berhenti menangis setelah mendengar kabar ibunya baik-baik saja. “Aku ingin tetap disini menjaga Mommy.” “Pulang dan tidur. Besok kau boleh kembali kemari.”   Lucia pun terlihat sedih. “Aku tidak akan bisa tidur!” pekiknya. “Lihatlah pakaianmu,” ucap Lucas. “Aku akan meminta pelayan membawakan pakaian ganti.” Lucas pun menatap adiknya itu dengan kesal.   “Lucas, biarkan saja Lucia disini.” Dave pun mengusulkan hal tersebut. Callista memilih untuk diam saja.   “Lucia harus istirahat.” “Aku bisa beristirahat disini. Bila terjadi sesuatu dengan Mommy aku bisa bergerak cepat. Bila Mommy butuh aku, aku bisa langsung menghampirinya.” Lucia sungguh tidak ingin pergi namun Lucas tetap memaksa. “Biarkan Lucia disini. Lagi pula dia tidak akan tenang bila pulang,” ucap Callista.   Lucas langsung menatap gadis itu. “Kau jangan ikut campur.” “Lalu mengapa kau mengajakku kesini?”   Lucas menghela napasnya. “Callista kau mau menemaniku disini, kan?” tanya Lucia.   Callista cukup terkejut. Ia sebenarnya tidak keberatan. Hanya saja ia merasa tidak tahu apa yang menjadi alasan dirinya harus tetap disini. “Kumohon.”   Callista pun menatap Lucas. Entah mengapa ia seolah perlu izin dari lelaki itu. “Aku akan menelpon Ben,” ucap Lucas.   “Kau bisa menemani Lucia, Call? Kita akan berjaga berempat disini. Bagaimana?”   Melihat Lucia yang sangat sedih dan memohon, Callista pun menganggukkan kepalanya. “Terima kasih, Call.” Lucia langsung memeluknya erat. Ia lantas menatap Lucas seraya masih memeluk Callista.   “Lucas, minta Ben membawakan pakaian ganti untuk Callista juga.” Lucas pun berdecak sebal.     --------     Keesokan harinya, Lucas merasa jauh lebih baik begitu ia dapat melihat ibunya membuka mata. Amanda terbangun saat Lucia sedang mencari sarapan ditemani oleh Callista dan Dave. Callista dan Dave benar-benar menginap. Lucas tidak ingin merasa berhutang budi kepada gadis itu namun berkat Callista, Lucia bisa tidur nyenyak. Padahal Lucas tahu bahwa adiknya itu sangat khawatir. “Dimana Lucia?” Ibunya itu terlihat sangat lemah dan pandangannya cukup sayu.” “Lucia sedang sarapan, Mom.”   Amanda kemudian terdiam.   Lucas berani bersumpah ia tidak akan membiarkan ibunya menjadi banyak pikiran lagi. Serangan jantung itu terjadi karena ibunya banyak pikiran. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu.   “Mom, apa yang mengganggu pikiran Mommy?” tanya Lucas serius.   Amanda terdiam dan kemudian menghela napasnya. “Mommy ingin kau segera menikah.” Lucas membeku seketika. Ia tiba-tiba teringat informasi yang diperolah Ben bahwa kemungkinan ibunya akan menjodohkan Lucas dengan Callista.   Lucas hanya bisa terdiam dan kemudian menunduk. “Mommy ingin agar kau segera menikah, Lucas.”   Sebenarnya perihal pernikahan, ibunya itu sudah memintanya sejak lama. Akan tetapi tidak pernah sampai sakit seperti ini. Ini pertama kalinya ibunya sampai terkena serangan jantung karena memikirkan hal itu.   “Mom..” “Mommy sedih melihatmu begini terus.” Lucas menggenggam tangannya. Ia benar-benar merasa bingung. Dirinya siap melakukan apa saja untuk membahagiakan sang ibu. Hanya saja bila itu perihal pernikahan, Lucas tidak sanggup.   “Mom, aku bahagia seperti ini.” Air mata Amanda tiba-tiba saja menetes. Wanita itu pun mengalihkan pandangannya dari Lucas. Seolah tidak ingin menatap putranya. Hal itu membuat Lucas jadi merasa sedih. Ia sungguh akan menuruti apa saja permintaan ibunya asal bukan menikah lagi. Bahkan meski ibunya memberi kesempatan kepada Lucas untuk memilih siapa saja perempuan yang akan ia nikahi, Lucas tetap tidak ingin melakukanya. Ia mencintai Carissa. Sangat mencintainya. Bahkan meski perempuan itu sudah tidak ada di dunia ini.   “Mom. Aku..” “Daddy sudah pergi..” Lucas menutup matanya berusaha menahan getaran di hatinya. Rasa sedih itu akan terus saja muncul. “Lucio dan Carissa juga.” “Mommy tahu kau pasti masih sangat mencintai dia. Tapi hidupmu harus terus berlanjut. Mommy juga ingin melihat kau bahagia dan menjalani hidup dengan normal. Kau sudah begitu banyak berubah, Lucas.” Air mata Amanda pun menjadi menetes lebih deras. Hal itu membuat Lucas menghela napasnya.   “Mommy hanya minta itu saja. Tapi kau tidak bisa memberinya.”   Ibunya itu memang tidak pernah meminta apapun. Satu tahun pertaman setelah kematian Carrisa, ibunya masih baik-baik saja. Dua tahun setelah itu ibunya mulai menunjukkan ingin menantu baru.   “Mom..”   Lucas sudah tahu bahwa ibunya berencana ingin menjodohkan ia dengan Callista. Lucas sendiri tidak tahu rencana apa yang disiapkan ibunya, hanya saja kali ini Lucas merasa telah memutuskan. Lagi pula ia tidak berminat untuk memilih gadis untuk dinikahi.   “Baiklah. Aku akan menikah,” ujar Lucas setelah memantapkan hatinya.   Amanda langsung menatap kepada putranya itu. “Benarkah?”   Lucas menganggukkan kepalanya. “Ya, Mom. Tapi Mommy harus selalu sehat dan jangan bersedih.” Lucas lantas mengusap air mata ibunya itu. Amanda masih terkejut dan terperangah.   “Kau sudah memiliki gadis untuk dinikahi?” tanya Amanda. Hatinya berdebar khawatir Lucas sudah memiliki gadis lain.   “Tidak ada. Aku akan menikahi dengan siapa saja gadis pilihan Mommy.”   Amanda pun tersenyum sumringah. Ia masih tidak menyangka Lucas akan langsung setuju kali ini. “Dia akan menjadi menantu Mommy,” ujar Lucas kemudian. Lucas pun terdiam dan lantas menatap cincin pernikahannya dengan Carissa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN