PART 1 – TANGIS DALAM SUJUD
"Dokter, pasien bernama ibu Anisa kembali mencabut infusnya, dan ingin keluar dari ruangan." Ucap wanita berbaju putih lengkap dengan celana putih dan kerudung putihnya. Dia terlihat kelelahan setelah berlari melewati tangga darurat karena salah satu pasiennya sedang memberontak dan ingin melarikan diri.
Sedangkan laki-laki yang tadinya sedang duduk dikursi sembari menginput hasil diagnosa dari penyakit pasien yang bernama Anisa itu, segera berdiri dan mengambil jas putihnya yang tersampir dikursi bagian belakang. Langkahnya dipercepat kearah ruangan yang dia tuju dengan diikuti perempuan tadi, sebagai susternya.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah ada didalam ruangan yang disebut kamar inap. Tapi waktu yang mereka gunakan terbuang sia-sia karena disana sudah tidak ada lagi seseorang pun. Mereka kelimpungan mencari pasien baru yang sedang ditangani laki-laki itu sebagai dokter umum sekaligus spesialis kanker.
"Dokteer, tolong anak saya Dok." Suara memekikan datang dari arah luar kamar. Melihat wanita sedang memeluk perempuan yang berusaha melepaskan pelukan itu membuat laki-laki itu segera menghampiri dan mencoba menolongnya.
"Dokter tolong, ini Anisa. Dia tidak mau dirawat, tolong anak saya Dok." Ucap wanita itu dengan berlinang airmata. Sedangkan gadis yang ada dipelukannya itu tetap memberontak dengan isakan tangis yang tidak ada hentinya.
"Untuk apa Mama meminta tolong? Tidak ada yang bisa membantu Anisa!" Ujar gadis itu disela tangisnya.
Laki-laki itu mendekat dan mulai memegang pergelangan tangan gadis itu, dan berhasil membuatnya terhenyak. Melihati wajah laki-laki yang berseri-seri didepannya, menghirup aroma mint seperti merelaksasikan dirinya yang sedang kalut.
Dan laki-laki itu tersenyum. Manis, sangat manis.
Gadis itu sudah tidak lagi memberontak, dan wanita paruh baya yang memeluknya tadi perlahan melepas pelukannya.
"Nama saya Zaufar Aliman, kamu bisa panggil Zaufar," Ucap laki-laki itu dengan ramah. Dan Dokter muda bernama Zaufar itu melepas satu tangan Anisa, dan tangannya merogoh-rogoh saku jasnya. "Saya punya coklat untukmu. Coklat sangat baik untuk gadis semanis Anisa."
Ini cara dokter agar pasien yang terpuruk seperti Anisa untuk menurut. Zaufar meletakkan coklat itu ditelapak tangan Anisa.
"Untukku?" Tanya gadis itu.
"Tentu."
"Terimakasih Dok."
"Jangan panggil Dokter, panggil saja Zufar. Kita sekarang bisa masuk kembali keruanganmu kan?" Ucap Zufar perlahan. Matanya melirik kearah wanita yang ada disamping belakang Anisa, wajah wanita itu penuh pengharapan terhadap Zufar.
"Tapi bisakah kamu melepas jas putih itu? Aku takut dengan orang yang berjas putih." Pinta gadis itu.
"Iya bisa... Tapi kamu masuk dulu dengan suster ya? Saya akan melepas jas ini diruangan dokter dulu." Ucap Zufar. Dan gadis itu mengangguk mantap. Langkahnya pelan menuju dalam ruangan sembari dituntun oleh suster bernama Alia.
"Terimakasih Dok, sudah mau menangani anak saya, dan membujuknya untuk kembali ke kamar." Ucap wanita itu setelah mengecek kalau anaknya sudah benar-benar masuk.
"Ini sudah menjadi tugas saya Ibu. Dan ada yang perlu saya omongankan dengan Ibu, ini tentang diagnosa saya."
"Baik, katakan Dok." Ucap wanita itu dengan wajah tegangnya.
"Tapi tidak disini, kita bisa bicara keruangan saya. Mari Bu." Langkah laki-laki itu mendahului.
***
"Begini Bu, setelah melewati test darah lengkap. Insyaallah saya bisa menyimpulkan penyakit apa yang membuat anak anda belakangan ini mengalami kelumpuhan sementara dan ketidakfungsian alat geraknya." Jelas Zufar perlahan, takut wanita yang sejak beberapa minggu lalu itu sendirian mengurus Anisa, anaknya.
"Penyakit apa itu Dok?" Wajahnya memerah.
"Penyakit itu bernama Guillain Barre Syndrom atau biasa disebut GBS. Penyakit ini masih langka didunia, hanya menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya. Penyakit ini menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun." Jelas Zufar, dia berhenti menjelaskan saat wanita itu terisak dan airmatanya perlahan jatuh.
"Guillain Barre Syndrome timbul dari pembengkakan syaraf peripheral, sehingga mengakibatkan tidak adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat diterima oleh otot yang terserang. Karena banyak syaraf yang terserang termasuk syaraf immune sistem, maka sistem kekebalan tubuh pun akan kacau. Dengan tidak diperintahakan dia akan menngeluarkan cairan sistem kekebalan tubuh ditempat-tempat yang tidak diinginkan." Tambah Zufar.
"Lalu apa penyakit itu menyakiti anak saya Dok? Saya tidak tega kalau melihat Anisa kesakitan Dok." Ucap wanita itu berusaha tegar. Dia lekas ingat, suatu musibah akan ada hikmahnya.
"Iya dan tidak... Pasien biasanya merasakan sakit yang akut pada saat GBS. Terutama didaerah tulang belakang dan lengan dan kaki. Namun ada juga pasien yang tidak mengeluhkan rasa sakit, yang berarti meskipun mereka mengalami kelumpuhan parah. Rasa sakit muncul dari pembengkakan dari syaraf yang terserang, atau dari otot yang sementara kehilangan suplai energy, atau dari posisi duduk atau tidur yang mengalami kesulitan untuk bergerak atau memutar tubuhnya ke posisi nyaman. Untuk melawan rasa sakit, saya akan memberikan obat penghilang rasa sakit dan perawat akan memberikan terapi-terapi untuk me-relokasi bagian-bagian tubuh yang terserang dengan terapi-terapi khusus. Rasa sakit dapat datang dan pergi dan itu amat normal bagi penderita GBS." Jelas Zufar.
"Apa anak saya tidak dapat sembuh Dok?"
"Hanya karunia Allah yang berperan kali ini Bu. Saya akan berusaha untuk membantu anak Ibu sembuh. Dan obatnya hanya ada 1 macam yaitu GAMAMUNE ( Imuno globuline ). Karena penyebab pasti GBS tidak dapat menunjuk, tidak ada cara yang diketahui untuk mencegahnya. Namun, penting untuk segera mencari perawatan medis untuk setiap gejala kelemahan otot dan hilangnya refleks. Perawatan dini meningkatkan prospek untuk pemulihan." Jelas lagi Zufar.
"Tolong anak saya Dok, buat dia sembuh. Hanya dia satu-satunya yang saya punya." Wanita itu menyatukan kedua tangannya yang memohon ke Zufar.
"Ibuuu, saya akan membantu Ibu semampu saya. Tapi Ibu juga jangan lupa, ada yang lebih mampu menyembuhkan bahkan mencabut semua penyakit anak anda... Bertafakurlah sama Allah." Ucap Zufar diakhiri dengan senyuman.
"Permisi, Dokter ada pasien baru dikamar anggrek 7." Ucap suster.
"Baik, nanti saya akan kesana." Jawab Zufar.
"Saya berterimakasih sekali dengan Dokter Zufar, Dokter adalah dokter yang baik." Ucap wanita itu. Yang membuat Zufar tersenyum. "Anda ada pasien bukan? Biar saya kembali kekamar Anisa. Sepertinya dia sudah tidur." Ucap Wanita itu yang baru diketahui Zufar bernama Aminah.
"Saya akan ikut dengan anda, saya sudah janji untuk kembali kekamar Anisa." Ucap Zufar.
"Tidak perlu Dok, Dokter ada pasien. Nanti saja kalau waktu anda sudah lenggang." Ucap Aminah. "Saya permisi, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warrahmatullah."
***
Langkah Zufar terhenti ketika kamar yang ia kunjungi kosong dan tidak ada tanda-tanda ditempati orang.
Dia kembali melihat ke pintu yang terbuka dan membaca papan persegi panjang yang tergantung disana. Benar, ini kamar anggrek nomor 7. Tapi dimana pasiennya?
"Kenapa hari ini pasien-pasien bandel banget." Gerutu Zufar sembari melangkah kearah nakas disamping ranjang, dan mengambil gagang telfon kemudian memencet satu persatu nomor yang sudah dihafalnya.
"Halo, Sus coba cek lagi, pasien baru itu ada di kamar apa?"
"Sebentar Dok... Dikamar anggrek nomor 7."
"Baik kalau begitu." Dan Zufar menutup telfonnya. Dia sudah ada ditempat yang tepat. Tapi kenapa tidak ada pasiennya?
Allahu Akbar Allahu Akbar.
"Adzan, lebih baik aku sholat dulu." Ucap Zufar melangkah keluar kamar dan kembali menutup pintunya. Dia kembali celingukan, memastikan pasien itu benar tidak ada atau sedang keluar. Tapi nyatanya memang tidak ada.
***
Setelah wudhu, langkahnya terhenti karena melihat seorang perempuan sedang sujud sangat lama dan dalam sujudnya itu, dia terisak. Zufar penasaran dan ingin menunggu perempuan itu untuk bangkit dari sujudnya. Tapi hampir 20menit perempuan itu masih belum bangun juga. Zufar menjadi khawatir, apa terjadi sesuatu dengan perempuan itu? Langkahnya mengajak untuk segera menghampiri perempuan itu, tidak perduli dia masih punya wudhu. Tapi saat hampir lima langkah, perempuan itu bangun dan duduk kemudian mengucap salam. Perempuan itu sedang sujud syukur? Dan ketika salam terakhirnya,perempuan itu terhenyak karena melihat sosok tinggi tegap ada disampingnya yang hanya berjarak lima langkah dari tempatnya sholat.