"Kamu harus aku hukum!" Qiana membelalakkan kedua matanya, laki-laki itu kini telah menindih dirinya. "Lang..." "Bilang sama aku, apa yang harus aku lakuin, supaya kamu nurut sama aku? Apa aku harus nikahin kamu? Atau aku harus ngurung kamu? Atau...". Erlangga mengusap lembut pipi mulus itu dengan gerakan s*****l, yang membuat Qiana merinding. "Aku menyerangmu menit ini juga!". "Katakan! Apa pilihan kamu?" Gila! Sepertinya kekasihnya itu memang sudah tidak waras. Qiana pikir, Erlangga sudah berubah. Tidak posessive seperti dulu. Tapi... "Lang..." Qiana menghalangi mulut lancang itu, ketika hendak menutup mulutnya. "Kenapa? Sudah tidak mau aku sentuh lagi?" "Bukan?" "Lalu?" "Kamu sedang emosi! Aku enggak mau, akan aku jelaskan. Tapi tidak dengan posisi kaya gini, tolong jangan bu