Bab 8. Bertemu Suster Maria

1085 Kata
"Mama... Huk.. huk.. huk.. Jangan tinggalkan Kami lagi...." Vita dan Lita menangis memeluk Maria. Atala mengusap airmatanya. "Ya Allah terima kasih, sudah mempertemukan Adik-adikku dengan Suster Maria." "Kenapa perasaanku jadi tak menentu? Kenapa Aku merasa dekat dengan anak-anak ini? Ya Tuhan... Ada apa sebenarnya?" Batin Maria. Maria memeluk Twins dan menciumi wajah Mereka satu per satu. Ada debaran aneh di jantungnya. "Ma... Kita pulang ya?? Vita kangen sama Mama...." Vita menengadah menatap wajah Maria. "Ya Ma... Papa pasti sangat senang kalau ada Mama di rumah. Kasihan Papa, Ma.... Aku sering melihat Papa melamun." Kata Lita. "Sayaaang.... Saya bukan Mama Kalian, Maaf sekali... Saya gak bisa ikut Kalian. Kehidupan Saya di gereja." Kata Maria. "Bagaimana kalau Suster Maria menikah saja dengan Papa Kami?" Kata Vita. Maria terlonjak mendengar perkataan Vita. Maria menatap Suster Joan. Suster Joan pun tak kalah terkejut. "Ya Ma... Papa Kami tampan kok, persis kayak Kak Atala. Mama gak akan kecewa deh. Papa, laki-laki terbaik yang Kita miliki..." Lita mempromosikan Papanya pada Maria. Atala yang dari tadi terharu menjadi tersenyum mendengar penuturan Lita. Maria tersenyum mendengar perkataan Lita. "Sayaang... Suster Maria tidak bisa menikah dengan siapa pun. Seorang Biarawati tidak boleh menikah." Kata Maria lembut. "Lalu bagaimana dengan Kami???" Vita dan Lita berbarengan. Maria terlihat bingung. "Ya Tuhan... Apa yang harus Aku lakukan? Aku sangat mencintai anak-anak ini... Tapi Papa menginginkan Aku menjadi Biarawati? Walau statusku sekarang belum menjadi Biarawati?" Batin Maria. Suster Joan beranjak dari duduknya. Dia menghampiri Miss Agnes. "Miss... Boleh kah Kami meminta ijin mengajak Mereka jalan-jalan? Kami hanya punya waktu sampai jam 3 sore." Suster Joan menangkupkan kedua telapak tangannya, memohon. "Tapi Mereka masih ada pelajaran sampai jam 2 siang ini. Dan Papa Mereka pasti akan mencarinya." Kata Miss Agnes. "Saya mohon Miss. Ijinkan Kami membawa Mereka jalan-jalan. Kami akan mengantar Mereka kembali ke rumah." Suster Joan memberikan identitas Biarawatinya. "Miss boleh mencatat ini." Kata Suster Joan. "Baiklah." Miss Agnes mencatatnya dan memberikan ijin para Biarawati membawa Atala, Lita dan Vita. Karena memang hari ini Miss Agnes bertugas sebagai guru piket. "Atala...." Panggil Miss Agnes. Atala menengok dan menghampiri Miss Agnes. "Ya Miss?" "Ini surat ijin Kalian meninggalkan kelas hari ini. Kamu boleh mengambil tasmu dan Adik-adikmu. Para Biarawati ingin mengajak kalian jalan-jalan. Nanti Papa Kalian, Miss yang kasih tahu." Kata Miss Agnes. Atala menatap Suster Joan. Suster Joan mengangguk. Atala tersenyum. "Terima kasih Suster.. Terima kasih Miss. Atala ke kelas dulu." Atala segera berlari ke kelas nya dan ke kelas Twins. 20 menit kemudian mereka sudah berada di sebuah Mall. Atala mengajak Twins untuk melaksanakan shalat dzuhur. Suster Maria dan Suster Joan sedikit terlonjak karena baru mengetahui kalau Atala dan Twins adalah Orang Muslim. Maria dan Joan tersenyum melihat anak-anak itu taat menjalankan perintah agama. Kemudian Atala, Lita dan Vita terlihat senang. Mereka tak sedikitpun melepaskan tangannya dari tangan Maria. Walau usia Twins waktu ditinggal Sang Mama, 3 tahun. Tak membuat Mereka lupa dengan kasih sayang Sang Mama. Apalagi Lambok yang selalu mengingatkan Mereka agar selalu mendoakan sang Mama. "Ya Allah... Terima kasih karena Engkau mengabulkan doa-doaku... Suster Maria mencari Kami." Batin Atala. Atala mengusap wajahnya. Di Sekolah Saat Yang Sama "Kenapa Kalian mengijinkan orang yang baru Kalian kenal membawa Anak-anak Saya?!" Lambok terlihat sangat khawatir dan kesal. "Maaf Pak... Tapi anak-anak Bapak sepertinya mengenal baik Mereka." Kata Miss Agnes yang merasa tak enak dengan Lambok. "Ya Allah... Lalu kemana Mereka membawa anak-anakku?" Tanya Lambok gusar. "Kami tidak tahu Pak, tadi katanya mau ajak jalan-jalan sampai jam 3 sore. Nanti Mereka akan mengantar Atala dan Twins pulang. Ini, salah satu dari Mereka memberikan identitasnya." Kata Miss Agnes. Lambok membaca tulisan itu. Dia menyalinnya. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak." Lambok bergegas keluar dari sekolah. Lambok yakin Anak-anaknya pergi ke Mall. Karena Mereka selalu pergi ke sana. Lambok melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Dia melihat jam dipergelangan tangannya. Jam 2.30 siang. Sebentar lagi para Biarawati itu kembali. Hanya butuh lima menit, Lambok sudah tiba di parkiran Mall. Lambok bergegas sedikit berlari masuk ke dalam Mall dan mencari Anak-anaknya. Lambok pergi ke arena bermain tapi tidak ada. "Apa Mereka di Foodcourt?" Lambok bergegas ke Foodcourt. Pintu lift terbuka. "Papa....!!" Twins dan Atala memeluk sang Papa. Mereka hendak naik Lift untuk turun. Tapi bertemu dengan Papa Mereka. "Ya Allah... Alhamdulillaah..." Lambok memeluk Anak-anaknya. "Maafkan Kami Pak, Kami tak ijin dengan Anda." Kata Suster Maria. Lambok mengangkat wajahnya dan betapa terkejutnya Lambok menatap wajah Suster Maria. "Sayaaang....??!!" Lambok menghampiri Maria dan segera memeluknya. Suster Maria dan Suster Joan terkejut. Suster Maria mendorong keras tubuh Lambok dan... PLAAAKKK....!! Spontan Suster Maria menampar pipi Lambok. Lambok meringis. Lambok memegang pipinya yang terasa panas. "Maafkan Saya... Saya kira Anda Istri Saya." Kata Lambok penuh penyesalan. Suster Maria yang tak menyangka tangannya menampar Lambok juga meminta maaf. "Maafkan Saya Pak. Saya tak sengaja. Saya refleks melakukannya." Suster Maria menunduk. "Gak apa Suster. Saya yang salah. Atala benar, Anda sangat mirip dengan mendiang Istri Saya." Kata Lambok. "Maaf Pak. Kami harus segera kembali." Tiba-tiba Suster Joan memecahkan keheningan di antara Mereka. "Oh ya... Kalau begitu biar Saya antar." Kata Lambok. "Tidak usah Pak, nanti sangat merepotkan." Kata Suster Joan. "Tidak apa Suster. Maaf karena Anak-anak Saya telah merepotkan Kalian." Kata Lambok. Lambok melihat jam di tangannya. Jam 3.00. "Apa Kalian sudah makan?" Tanya Lambok yang merasa perutnya sangat lapar. "Sudah Pa. Tadi Suster Maria dan Suster Joan mengajak Kita makan." Kata Atala. Maria yang melihat Lambok memegang perutnya merasa tak tega. "Kalau Bapak mau makan, silahkan. Kami akan menunggu." Lambok menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Baiklah, Saya janji Kalian akan tiba sesuai jadwal yang diberikan." Kata Lambok. Lambok bergegas membeli makan siang dan menyantabnya. Atala membelikan Maria dan Suster Joan juga Adik-adiknya Ice ceram. Mereka sangat senang. Apalagi Maria yang menyuapkan ice cream pada Lita, Vita dan Atala. Mereka suap-suapan. Maria terlihat tertawa lepas. Lambok diam-diam terus memperhatikan Maria. "Ya Allah.. Kenapa Dia mirip sekali dengan mendiang istriku. Dia tidak seperti orang bule, Dia seperti orang Indonesia. Tapi kalau Dia memang Istriku, kemana Dia selama ini?" Batin Lambok. Diam-diam Lambok merekam moment kebersamaan Anak-anaknya dengan Maria melalui ponselnya. Azdan Ashar berkumandang dari ponsel Lambok. Lambok telah menyelesaikan makannya. "Maaf Suster. Kami pamit sebentar untuk shalat ashar." Kata Lambok yang segera mengajak Anak-anaknya ke parkiran. Suster Joan dan Suster Maria ikut ke parkiran. Tak lama Mereka telah selesai shalat. Lambok dan Anak-anaknya mengantar Maria dan Suster Joan ke dermaga. Di perjalanan Lambok terus saja memperhatikan wajah Maria. Atala mengelus tangan Sang Papa. Atala tahu, Papa nya juga merindukan sang Mama. Lambok tersenyum pada Atala dan mengusap kepala Atala.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN