PRAS

1051 Kata
            Ada satu hal yang memberatkan pikiran Kinan, tentang perjodohannya dengan Pras, Kinan terus memikirkan hal tersebut, karena hal tersebut adalah permintaan terakhir ibu nya. Kinan bahkan telah berpikir matang – matang, bagaimana pun juga, ia harus menuruti permintaan ibu nya.                 Kinan                         Mas, Kinan mau bicara. Bisa? Mas Pras kapan ada waktu?                                 Prasetyo mengerutkan keningnya, ini adalah kali pertama Pras menerima pesan dari Kinan                 Prasetyo                         Ya, nanti.                 Kinan mendengus kesal membaca balasan pesan singkat dari Pras, bagaimana mungkin ia setuju dengan apa yang ibu nya minta jika Pras saja terlalu dingin, Kinan bergeridik ngeri membayangkan jika ia dan Pras menikah, bagaimana keadaan mereka setelah berumah tangga.                 Kinan menunggu Pras di depan rumah pria itu, alamat nya ia dapat dari kakak nya, Harun. Kinan menunggu Pras di depan rumah nya, menunggu sambil berdiri, sebab sang satpam tak ingin membukakan pintu untuk Kinan. Parah memang. Padahal jika dilihat penampilan Kinan tal se-norak itu untuk jadi seorang tamu para kaum elit di perumahan ini.                 Dari jauh, Kinan melihat sebuah mobil mendekat ke arah nya, mobil yang sama, yang ia lihat setiap kali Pras kembali ke kampung, Kinan menggeser tubuhnya agar tidak tertabrak. Sang pemilik mobil kemudian menurunkan kaca jendela mobilnya perlahan.                 “Nan, kok gak masuk?” Tanya Pras. Ia turun dari mobil , menghampiri Kinan yang sudah gusar kepanasan                 “Ndak di bolehin mas, nunggu Mas Pras pulang katanya” Jawab Kinan, Pras mempersilahkan Kinan untuk naik ke mobilnya, yaa walaupun jarak rumahnya hanya tinggal sepuluh langkah. Tidak, Pras Kasihan melihat sang kembang desa harus berdiri di bawah teriknya sinar panas matahari Kinan naik ke mobil Pras, duduk di kursi samping kursi kemudi, memasuki gerbang besar, rumah yang sangat mewah. Kinan tidak heran, karena Pras memang sudah kaya sejak kecil. Ayah nya dahulu seorang pengusaha batu bara, namun kembali ke desa atas permintaan ibu nya atau neneknya Pras sehingga ia kembali dan menjadi kades.                 Mereka berdua turun, Pras mengeluarkan sebuah kunci dari kantong nya, sementara Kinan menatap pras, heran. Masa iya rumah sebesar ini gak ada pembantu yang nungguin? Seenggak nya buat bersih – bersih . ucap Kinan dalam hati.                 Kinan mengikuti Pras, mengekori pria itu masuk ke dalam rumah. Hingga mereka berdua duduk, duduk bersebelahan dengan segelas air dingin yang baru saja Pras ambil dari kulkas yang terletak di ruang makan.                 “Di minum nan” Ucap Pras                 “Nggih mas” Jawab Kinan, sungkan. Setelah itu keduanya diam, Kinan bingung bagaimana caranya memulai percakapan dengan pria yang minim bicara seperti Pras, Kinan menggaruk tengkuk nya yang tak gatal kemudian bersiap untuk berbicara dengan Pras.                 “Mas Pras…” Panggil Kinan, Pras menoleh, tak menjawab, namun menaikan sebelah alis nya. Cih dingin sekali dia. Ucap Kinan dalam hati                 “Aku setuju dengan… perjodohan kemarin” Ucap Kinan. Pras mengangguk, kemudian menyimpan gelas yang hanya bersisa beberapa es batu saja di dalam nya.                 “Gara – gara pesan terakhir ibu mu kan?” Tanya Pras. Kinan mengangguk. Pras juga ikutan mengangguk.                 “Saya juga setuju saja, ikut saja lah dengan apa yang mereka mau. Toh kamu masih lajang, saya juga. Yasudah. Ibu bapak saya juga menikah karena di jodohkan. Saya jadi aja, udah hampir berkepala tiga malah” Ucap Pras dengan santai nya                 “Mas Pras lajang? Bohong ah” Ucap Kinan tidak percaya, bagaimana mungkin seorang pilot muda yang tampan tidak memiliki seorang kekasih, paling tidak punya teman dekat. Mustahil kalau tidak ada.                 “Yang ada di pikiran kamu apa?” Tanya Pras.                 “Ndak ada, Cuma itu mas yang mau aku sampaikan. Di kantor masih ada kerjaan, Kinan pulang dulu” Jawab Kinan, ia berdiri, hendak pergi. Namun tangannya di tahan oleh Pras.                 “Biar ku antar”  Ucap Pras, Kinan menolak, namun Pras memaksa.                 “Gapapa nan, kamu calon istri ku. Sebentar lagi kamu jadi tanggung jawabku sepenuh nya” Ucap Pras dengan santainya namun membuat jantung Kinan berdegub kencang. Ya allah gustii. *****                 Di mobil, mereka berdua hanya sama – sama diam. Mendengarkan lagu Strawberry and Cigarette yang di nyanyikan oleh Troye Sivan, Kinan tahu lagi itu, Pras juga sama, sebenarnya jika saja ini adalah mobilnya, sudah pasti Kinan akan berkaroke di sepanjang jalan, menembus kemacetan ibu kota yang semakin hari semakin parah. Sementara Pras? Ia hanya bersenandung tipis.                 Pras mengantar Kinan hingga ke depan gedung kantor nya, Pras tau tempat ini. Dulu ia memiliki seorang teman yang juga kerja di sini, Kinan pamit, dan tak lupa berterimakasih kepada Pras. Pras hanya mengangguk, memberikan pesan hati – hati kepada Kinan. Pras sadar bahwa Kinan lupa akan sesuatu, iya , Kinan lupa ponsel nya, tadi ia meminta izin kepada Pras untuk meng-charge handphone nya itu. hanya saja, Kinan tidak ingat.                 Pras memarkirkan mobilnya, kemudian turun dengan sebuah ponsel di tangan kiri nya. Semua orang menatap Pras dengan tatapan Gila cakep bangettt . tubuh tinggi, dengan baju yang ketat, pas di badannya yang cukup atletis. Di tambah topi pilot yang seakan seperti mahkota di kepalanya semakin membuat Pras terlihat menarik. Pras celingak – celinguk, mencari meja resepsionis.                 “Bisa saya bertemu dingan Kinan? Kinara , Kinara Adelia” Tanya Pras dengan seorang resepsionis , yang di tanya hanya diam. Menatap Pras dengan tatapan yang berbinar.                 “Maaf?” Pras membesarkan suaranya sedikit, kemudian yang di tanya akhirnya sadar                 “Eh… iya pak , kalau boleh tau dengan siapanya mba Kinan?” Tanya wanita tersebut                 “Dengan calon suami nya” Jawab Pras mantap, resepsionis itu nampak kecewa. Namun sesaat setelah nya ia mengangguk, kemudian mengangkat gagang telepon, menyambungkan teleponnya dengan Kinan.                 “Di tunggu sebentar ya pak” Ucap wanitu itu, Pras mengangguk, semenit setelahnya Kinan muncul dari balik lift dengan keadaan yang tergesar – gesa.                 “Mas… kenapa?” Tanya Kinan, ia sepertinya belum sadar jika ia meninggalkan handphone nya di mobil Pras.                 “Ini nan, hp kamu, ketinggalan di mobil” Ucap Pras sembari memberikan ponsel Kinan kepada pemiliknya” Kinan langsung menepuk jidat kemudian tertawa renyah, manis sekali.                 “Ahhaha maaf yaa mas, Kinan lupa” Ucap Kinan yang masih cengengesan, Pras malah ikutan tertawa. Ia mengacak rambut Kinan setelah itu ia pamit pulang, Kinan mengangguk kemudian mengantarkan Pras hingga ke lobby.                 Ada satu hal yang menjadi nilai positif Pras di mata Kinan, yaitu, sifat baik Pras. Ya walaupun pria itu seperti es, namun di beberapa kondisi dia menjadi manusia yang careable, contoh saja ketika hari dimana Ibu Kinan di makamkan. Pras datang, di samping Kinan. Menepuk pundak gadis itu pelan, mengucapkan kata – kata penyemangat, atau paling tidak, dulu sewaktu masih berekolah. Pras selalu membela Kinan ketika para perempuan sengaja membully gadis itu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN